Bisakah China Pakai Pengaruhnya untuk Perdamaian Ukraina

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Jumat, 26 Jul 2024 23:47 WIB
Menlu Ukraina dan Menlu China (Via DW)
Jakarta -

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengunjungi China untuk pertama kalinya setelah diundang untuk berunding oleh Menlu China, Wang Yi. Beijing berupaya untuk memperluas posisinya sebagai mediator dalam membantu mengakhiri perang di Ukraina.

"Saya yakin bahwa perdamaian yang adil di Ukraina merupakan kepentingan strategis China, dan peran China sebagai kekuatan global untuk perdamaian adalah penting," kata Kuleba dalam sambutan pembukaannya pada Rabu (24/7/2024) .

Ia adalah pejabat Ukraina berpangkat tertinggi yang mengunjungi China sejak Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada bulan Februari 2022.

Sebelum pembicaraan selama tiga jam pada hari Rabu di kota Guangzhou di selatan, Menlu Wang menekankan bahwa Ukraina dan China terus menjaga hubungan kerja sama "meskipun situasi internasional dan regional yang kompleks dan terus berubah."

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Pada bulan Juni, Wang menegaskan kembali "posisi China terkait krisis Ukraina" bahwa Beijing "berkomitmen untuk mempromosikan perundingan demi perdamaian."

Kementerian Luar Negeri Ukraina pada hari Rabu mengatakan Kuleba memberi tahu Wang bahwa Ukraina "siap untuk berunding dengan pihak Rusia pada tahap tertentu, saat Rusia siap berunding dengan itikad baik, tetapi menekankan bahwa saat ini belum ada kesiapan seperti itu dari pihak Rusia."

Peran China sebagai mediator

Meskipun Beijing memposisikan dirinya sebagai penengah yang netral, China secara luas dipandang oleh Ukraina dan sekutunya di AS dan Eropa sebagai pendukung Rusia untuk melanjutkan perangnya di Ukraina.

Beijing juga dituduh oleh AS dan Eropa menyediakan peralatan mesin dan mikroelektronika yang digunakan untuk memproduksi senjata Rusia. Beijing membantah tuduhan ini. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada pertemuan puncak G7 pada bulan Juni bahwa Presiden China Xi Jinping "memberinya janji" bahwa negaranya tidak akan memberikan senjata kepada Rusia.

China juga menyatakan bahwa pembicaraan untuk mengakhiri perang harus mempertimbangkan kepentingan Rusia dan Ukraina. Hal ini dipandang sebagai hal yang tidak mungkin di Kyiv, karena Ukraina mengatakan bahwa penyelesaian damai apa pun bergantung pada penarikan Rusia dari wilayah Ukraina. Setelah lebih dari dua tahun perang, Rusia sekarang menguasai sekitar 18-20% wilayah Ukraina.

"Bermitra dengan Ukraina memastikan bahwa China tidak dianggap terlalu memihak Rusia. Meskipun China tidak secara eksplisit mendukung perang Rusia melawan Ukraina, tindakannya menunjukkan dukungan tidak langsung melalui hubungan ekonomi, sistem keuangan, dan manuver diplomatik," kata kepala layanan China DW, Petra Aldenrath.

"China berupaya memperluas pengaruhnya di Eropa Timur dan memposisikan dirinya sebagai mediator global utama," tambahnya.

Akankah China dukung pertemuan puncak perdamaian?

Satu hal yang diharapkan dalam agenda selama kunjungan Kuleba adalah melobi pejabat China untuk menghadiri pertemuan puncak perdamaian lainnya yang diharapkan sebelum pemilihan presiden AS pada bulan November.

China tidak mengirimkan perwakilan ke pertemuan puncak perdamaian yang diselenggarakan oleh Swiss pada bulan Juni, yang juga tidak melibatkan Rusia.

Sebelum pertemuan puncak bulan Juni, Wang mengatakan China telah "mengajukan saran yang membangun" kepada Swiss, menurut kantor berita resmi Xinhua.

"Ada banyak pertemuan puncak di dunia saat ini. Apakah dan bagaimana berpartisipasi, China akan memutuskan secara independen sesuai dengan posisinya sendiri," tambah Wang.

Presiden Zelenskyy mengatakan pada forum pertahanan Dialog Shangri-La di Singapura bulan lalu bahwa Rusia berupaya menggunakan pengaruh China pada negara-negara Asia yang lebih kecil untuk "mengganggu" pertemuan puncak perdamaian.

Pejabat Ukraina mempelopori pertemuan puncak tersebut untuk menyoroti dukungan internasional atas apa yang disebut Zelenskyy sebagai "formula perdamaian" untuk mengakhiri perang. Poin utamanya adalah "memulihkan integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina" ke perbatasan yang diakui secara internasional, termasuk Krimea, yang dianeksasi secara ilegal oleh Rusia pada tahun 2014.

Menjelang konferensi Swiss, China bersama dengan negara anggota BRICS, yakni Brasil, menerbitkan rencana perdamaian enam poin terpisah yang tidak mencakup pemulihan wilayah Ukraina, tetapi menyerukan "konferensi perdamaian internasional yang diadakan pada waktu yang tepat yang diakui oleh Rusia dan Ukraina."

Menjelang kunjungannya minggu ini, Kuleba mengatakan di media sosial "kita harus menghindari persaingan rencana perdamaian." Sementara Alexander Gabuev, Direktur Carnegie Russia Eurasia Center, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa kunjungan Kuleba dapat "meyakinkan China agar berpartisipasi dalam pertemuan puncak perdamaian kedua."

Apa visi China bagi perdamaian?

China memang tidak pernah mengecam invasi Rusia ke Ukraina. Dua minggu sebelum Rusia melancarkan menginvasi Ukraina pada tahun 2022, Xi dan Putin memuji kerja sama "tanpa batas" antara negara mereka. Kedua negara sama-sama menganjurkan tatanan dunia "multipolar" sebagai alternatif bagi Amerika Serikat dan Eropa.

Dalam dokumen tahun 2023 yang menguraikan posisi China mengenai "penyelesaian politik krisis Ukraina," China menyerukan penegakan "kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial semua negara," sambil menganjurkan perundingan damai dan mengakhiri permusuhan.

Dokumen tersebut juga menyerukan untuk "meninggalkan mentalitas Perang Dingin," dengan menekankan "keamanan suatu kawasan tidak boleh dicapai dengan memperkuat atau memperluas blok militer," kata dokumen tersebut.

Setelah Putin bertemu dengan Xi pada bulan Mei, Presiden Rusia itu menyalahkan Ukraina karena menolak perundingan perdamaian, sambil memuji upaya diplomatik China.

Dalam pernyataan selama pertemuan tersebut, Moskow juga mengklaim tengah mencari "dialog" untuk mengakhiri perang yang telah mereka mulai. (ae/hp)

width="1" height="1" />




(haf/haf)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork