Bareskrim Polri mengungkap ratusan anak terlibat dalam kerusuhan di tengah demonstrasi Agustus lalu. Angka terbanyak terdapat di Polda Jawa Timur 144 anak.
Hal ini disampaikan Wakabareskrim Irjen Nunung Syaifuddin dalam sambutan di acara focus group discussion (FGD) bertajuk 'Sinergi Antar Lembaga untuk Terlindunginya Hak-hak Anak yang Berhadapan dengan Hukum', Selasa (4/11/2025).
Dia membeberkan yang terbanyak ada di Polda Jawa Timur, yakni 144 anak. Kemudian peringkat kedua terbanyak ada di Polda Jawa Tengah sebanyak 77 anak. Kemudian Polda Jawa Barat ada 34 anak, Polda Metro Jaya 36 anak, sisanya terdapat di Polda DIY, NTB, Lampung, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Bali, dan Sumatera Selatan.
"Yang menarik, lebih dari 90 persen dari mereka adalah pelajar, mulai dari SMP hingga SMA atau SMK, bahkan ada yang masih mengikuti program kejar paket. Sebagian besar terseret bukan karena niat kriminal, tetapi karena ikut-ikutan, termobilisasi, atau tidak memahami konsekuensi hukum dari tindakannya," kata Irjen Nunung.
Dia melanjutkan, dari 332 anak terlibat kerusuhan itu, 160 anak diantaranya telah menjalani diversi, 37 anak ditangani melalui pendekatan restorative justice, 28 anak masih berada di tahap satu, 73 anak di tahap dua. Kemudian 34 anak berkasnya telah dinyatakan P21 atau siap diserahkan ke kejaksaan.
"Yang menarik, lebih dari 90 persen dari mereka adalah pelajar, mulai SMP hingga SMA atau SMK, bahkan ada yang masih mengikuti program kejar paket," sambung dia.
Dalam sambutannya itu, Nunung berharap lahir sebuah rumusan kebijakan lintas sektoral untuk memperkuat penanganan anak yang berhadapan dengan hukum. Namun dia ingin hal ini tidak mengabaikan sisi humanisme.
"Kemudian membuat SOP, koordinasi antarlembaga, dan penerapan diversi serta restorative justice. Ketiga, membuat action plan atau rencana aksi yang konkret dan dapat diterapkan di seluruh wilayah Indonesia," kata dia.
"Dan terakhir, kita bisa menentukan strategi pencegahan, melakukan edukasi, literasi digital, dan penguatan peran keluarga serta sekolah agar anak tidak mudah terprovokasi untuk terlibat dalam aksi-aksi berisiko hukum," imbuhnya.
Lihat juga Video: Kerusuhan Pecah di Kamerun Jelang Pengumuman Hasil Pilpres
(rdp/rdp)