Ahli gizi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Marudut Sitompul memuji langkah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri atau dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) Polri yang melakukan rapid test food safety dalam penyajian menu program MBG. Menurutnya, penerapan rapid test dan hazard analysis of critical counter points (HACCP) atau analisis bahaya di dapur MBG merupakan terobosan luar biasa.
"Oleh karena itu, ada pendekatan manajemen sistem keamanan pangan, food safety management system, yaitu hazard analysis of critical counter points (HACCP) atau analisis bahaya dan pengendalian titik kritis itu perlu diimplementasikan," kata Marudut Sitompul dalam diskusi MBG di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (16/10/2025).
Marudut menjelaskan cara penerapannya dengan organoleptik atau menilai dan menguji suatu bahan menggunakan pancaindra, misal penciuman, penglihatan, dan peraba. Deteksi dini ini dapat meminimalisasi bahan terbuang.
"Kita lihat di SNI, mutu suatu produk itu dilihat dari organoleptik atau subjektif. Berarti kalau diimplementasikan, hazard plan-nya sudah ada, dan yang sudah diimplementasikan ini karena terus-menerus dilakukan, maka harus diaudit dan juga harus dikawal bahwa hazard yang dilakukan itu on the track," jelasnya.
Menurutnya, hal ini bisa dilakukan tak hanya oleh ahli gizi, tapi bisa juga dilakukan petugas SPPG di lapangan. Sehingga saat deteksi ini dilakukan, bahan makanan yang bermasalah dapat segera diganti sebelum diolah.
(isa/dhn)