Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri di bawah komando Irjen Agus Suryonugroho sukses besar dalam akselerasi transformasi. Strategi pendekatan humanis melalui program Polantas Menyapa dan digitalisasi penegakan hukum melalui ETLE Nasional, terbukti efektif.
Irjen Agus menegaskan bahwa Polantas Menyapa adalah gerakan moral untuk menghadirkan polisi yang responsif, ramah, dan berintegritas. Program ini menempatkan petugas sebagai mitra masyarakat yang siap menolong dalam berbagai situasi, bukan hanya mengatur lalu lintas.
Program Polantas Menyapa menjadi simbol perubahan wajah Polantas di era transformasi Polri. Petugas di lapangan bertugas dengan semangat melayani dan
berempati kepada masyarakat. Mereka mendengarkan keluhan warga, memberikan edukasi keselamatan, dan membantu masyarakat yang membutuhkan pertolongan di jalan.
Berbagai aksi nyata menunjukkan implementasi program ini di berbagai wilayah. Di Surabaya, petugas menghentikan pengawalan pejabat untuk membantu seorang ibu yang hendak melahirkan. Di Sukabumi, anggota Polantas membantu ambulans yang terjebak kemacetan. Di Sukoharjo, personel mengawal korban patah tulang menuju
rumah sakit. Di Riau, jajaran Ditlantas membagikan bendera dan bunga menjelang HUT RI ke-80 sebagai simbol kepedulian dan semangat kebangsaan.
"Polantas harus hadir untuk menyapa, membantu, dan menjadi mitra masyarakat. Kita ingin menghadirkan polisi lalu lintas yang responsif, ramah, dan berintegritas," ujar Kakorlantas.
Ia menginstruksikan seluruh Kasatlantas agar aktif turun ke lapangan dan memastikan pelayanan publik berlangsung optimal. Setiap personel diharapkan
menjadi teladan dalam membangun budaya melayani dan menjaga citra kepolisian yang profesional.
Pengamat kebijakan publik, Nasky Putra Tandjung, menyebut program ini sebagai "simbol kedekatan dan empati" yang sangat edukatif, humanis, dan inovatif, karena merespons langsung aspirasi publik.
(hri/zap)