Tunjangan hingga gaji anggota DPRD DKI Jakarta jadi sorotan. DPRD DKI Jakarta janji akan mengevaluasi tunjangan puluhan juta yang diterima anggota dewan Kebon Sirih.
Massa dari Aliansi Mahasiswa Peduli Sosial dan Demokrasi (AMPSI) menggelar demo di depan Gedung DPRD DKI Jakarta kemarin. Mereka menuntut transparansi tunjangan anggota DPRD hingga pengelolaan anggaran BUMD DKI.
"Kami minta transparansi dari DPRD. Apa saja yang sudah kalian nikmati dari pajak kami. Tunjangan kalian diduga melebihi dari DPR RI kawan-kawan. Maka gerakan ini akan terus kami kawal," kata orator.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut tiga poin utama tuntutan massa aksi:
1. Meminta transparansi dan evaluasi gaji serta tunjangan DPRD DKI Jakarta yang dinilai lebih besar dari pada DPR RI.
2. Menuntut penurunan sekaligus penghapusan tunjangan anggota DPRD DKI Jakarta yang dianggap berlebihan dan tidak berpihak pada kepentingan rakyat.
3. Mendesak dilakukannya audit menyeluruh terhadap laporan keuangan BUMD DKI Jakarta, khususnya Darma Jaya, Pasar Jaya, Food Station, PAM Jaya, dan Jakpro.
Adapun dasar tunjangan perumahan anggota DRPD DKI Jakarta mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD, serta Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 17 Tahun 2022 yang menjadi perubahan atas Peraturan Gubernur Nomor 153 Tahun 2017.
Aturan itu menyebutkan, jika pemerintah daerah belum dapat menyediakan rumah jabatan bagi pimpinan DPRD, maka tunjangan perumahan diberikan dalam bentuk uang setiap bulan dengan memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, dan rasionalitas.
Kemudian, besaran tunjangan anggota DPRD DKI diatur dalam Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 415 Tahun 2022. Tunjangan perumahan bagi pimpinan DPRD DKI ditetapkan Rp 78,8 juta per bulan termasuk pajak. Sementara bagi anggota DPRD DKI, tunjangan perumahan yang diberikan sebesar Rp 70,4 juta per bulan.
DPRD DKI Janji Evaluasi Tunjangan Rumah
Pimpinan DPRD DKI Jakarta kemudian menemui massa aksi. Pimpinan DPRD mengatakan seluruh fraksi setuju untuk mengevaluasi tunjangan anggota DPRD DKI.
Massa diajak masuk ke gedung DPRD DKI. Saat audiensi, Koordinator aksi Muhammad Ihsan menyoroti besarnya tunjangan perumahan anggota DPRD DKI yang dinilai tidak sebanding dengan kondisi perekonomian masyarakat. Dia menegaskan pihaknya tidak meminta tunjangan dihapus, namun dikurangi dan disesuaikan.
"Melihat situasi dan kondisi perekonomian yang tidak berbanding terbalik dengan wakil rakyat saat ini, maka perlu dievaluasi. Kalau bisa bukan dihapus, tapi dikurangi," kata Ihsan.
Massa juga mendesak DPRD DKI melakukan pengawasan ketat terhadap BUMD DKI. Mereka menyinggung sejumlah perusahaan daerah, dari Dharma Jaya hingga JakPro, yang kerap diterpa isu miring terkait pengelolaan.
"Ini kan BUMD-BUMD ini besar, tujuannya bukan untuk mencari keuntungan sebenarnya. Bukan untuk berbisnis yang mencari keuntungan, tapi harus lebih dirasakan lagi oleh masyarakat," lanjutnya.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Basri Baco menyatakan pihaknya sepakat melakukan evaluasi terkait tunjangan rumah anggota Dewan. Menurut dia, seluruh fraksi setuju untuk dilakukan evaluasi.
"Terkait tunjangan dan gaji, kami sudah bersepakat semuanya, tidak ada satu pun fraksi yang menolak. Kami siap untuk dievaluasi mengenai tunjangan perumahan, disesuaikan dengan kondisi yang ada sekarang," ujar Baco.
Baco juga memastikan Komisi B DPRD DKI, yang membidangi perekonomian, termasuk BUMD, akan merekomendasikan audit menyeluruh terhadap perusahaan-perusahaan daerah tersebut.
"Kami juga sepakat kebetulan BUMD itu ada di Komisi B dan saya adalah koordinator Komisi B. Jadi bisa saya pastikan teman-teman kami akan jadikan hasil rapat ini adalah sebagai bahan rekomendasi kepada Gubernur DKI Jakarta untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap semua BUMD yang ada, agar lebih transparan terkait dalam penanganan keuangan dan lain-lain," imbuhnya.
Disesuaikan Pendapatan Daerah
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Ima Mahdiah menyebut besaran tunjangan DPRD nantinya akan disesuaikan dengan kemampuan pendapatan asli daerah (PAD) DKI.
"Terkait gaji dan tunjangan, kami pastikan apa yang kami dapat dikembalikan kepada masyarakat melalui advokasi, aspirasi, dan sebagainya," kata Ima di gedung DPRD DKI Jakarta, Kamis (4/9/2025).
"Kami nanti akan sesuaikan dengan PAD yang ada," lanjutnya.
Ima menegaskan pihaknya terbuka soal transparansi keuangan. Dia mengaku sudah mempublikasikan gaji, tunjangan, dan laporan keuangannya sejak awal periode.
"Saya juga sudah mem-publish sejak periode pertama gaji, tunjangan, dan laporan keuangan sampai dengan bulan ini. Jadi, masyarakat bisa bebas melihat dan kita bisa mempertanggungjawabkan kepada masyarakat," ungkapnya.
Selain itu, Ima mengatakan tuntutan itu akan diteruskan ke Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung dan wakilnya, Rano Karno.
"Kalau audit BUMD itu ranahnya eksekutif, nanti kami juga menyampaikan agar diaudit secara berkala," ucapnya.
DPRD DKI Dorong BUMD Transparan
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Basri Baco berjanji menindaklanjuti keluhan terkait transparansi di BUMD. Baco mengatakan perseroan daerah harus mengedepankan pelayanan kepada masyarakat.
Sebagai Koordinator Komisi B DPRD DKI Jakarta, Baco, akan menyampaikan aspirasi tersebut kepada eksekutif.
"Kami akan jadikan hasil rapat ini adalah sebagai bahan rekomendasi kepada Gubernur DKI Jakarta untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap semua BUMD yang ada, agar lebih transparan, terkait dalam penganggaran keuangan dan lain-lain," kata Baco di gedung DPRD DKI Jakarta, Kamis (4/9/2025).
Baco juga menyoroti aspirasi dari massa mengenai transparansi keuangan yang ada di Perumda Dharma Jaya. Dia meminta massa menyerahkan persoalan ini kepada eksekutif dan legislatif untuk menindaklanjuti keluhan tersebut.
"Jadi kan yang digarisbawahi oleh teman-teman di sini mengenai Dharma Jaya, terutama ya. Oke nggak apa-apa nanti tetap (ditindaklanjuti), yang pasti bahwa, enggak usah khawatir, dan ini boleh dikontrol," ungkapnya.