Jakarta -
Perkelahian antarsiswa madrasah aliyah (MA) di Tebet, Jakarta Selatan, berujung korban berinisial AAP mengalami koma. Remaja berusia 16 tahun itu berduel dengan kakak kelasnya, N (17).
Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa, 8 Oktober 2024, siang di jam istirahat. Korban dan pelaku berkelahi di sebuah gang di dekat sekolahan.
Polisi saat ini masih menyelidiki perkelahian tersebut. Berdasarkan keterangan sementara, korban dan pelaku berkelahi gara-gara persoalan asmara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah saksi, termasuk kepala sekolah, diperiksa polisi untuk mendalami kasus tersebut. Berikut informasi selengkapnya yang dirangkum detikcom, Sabtu (12/10/2024).
Diduga Dipicu Masalah Asmara
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Gogo Galesung mengatakan peristiwa tersebut merupakan perkelahian antar-siswa.
"Selasa siang ada perkelahian korban A dengan pelaku N satu lawan satu," kata Gogo saat dihubungi detikcom, Kamis (10/10).
Polisi saat ini masih mendalami soal motif perkelahian tersebut. Dugaan sementara perkelahian itu dipicu masalah wanita.
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Gogo Galesung. (Foto: dok. Istimewa) |
"Diduga cekcok mungkin masalah perempuan, ini masih dugaan ya," kata Gogo.
Kuasa hukum korban, Saut Hamonangan Turnip, tidak membantah soal itu. Saut mengatakan pihaknya juga mendapatkan informasi mengenai motif perkelahian diduga masalah asmara.
"Untuk sementara memang informasi, betul itu ada informasi (motif soal asmara). Tapi buktinya kan tidak ada, masih pendalamanlah. Nanti mungkin pihak kepolisian yang akan mendalami," kata Saut di Polres Jaksel, Jumat (11/10).
Perkelahian di Gang Dekat Sekolah
Polisi mengungkapkan korban dan pelaku yang merupakan kakak kelasnya itu berkelahi satu melawan satu. Perkelahian terjadi di sebuah gang di dekat sekolah.
"Jadi dari keterangan yang didapat oleh penyidik kejadiannya memang terjadi di sebuah gang gitu. Jadi mereka di situ berkelahi, itu berkelahi bukan bullying," kata Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi di kantornya, Jumat (11/10).
Baca di halaman selanjutnya: bekas sepatu di wajah hingga kronologi kejadian....
Ada Bekas Sepatu di Wajah
Orang tua AAP (16), siswa madrasah aliyah (MA) di Tebet, Jaksel, mengungkapkan anaknya diinjak di bagian wajahnya. Sang ayah, M (49), mengungkapkan ada bekas sepatu di wajah korban.
"Iya, memang diinjak beberapa menit, terus diinjak terus diputar, terus digetokin sampai diinjak. Yang atasnya (muka) kan bekas telapak sepatu yang kanan sampai retak itu tulangnya," kata M saat dihubungi, Jumat (11/10).
Informasi tersebut didapatkan M dari beberapa siswa lain yang menyaksikan sekaligus mengantar korban ke rumah sakit. Berdasarkan diagnosis dokter sementara, korban mengalami sejumlah luka serius hingga pendarahan otak.
"Sebelah kanan retak bengkak, pendarahan otak yang kirinya itu otaknya rusak. Iya, pendarahan otak, jadi otaknya itu sampai remuk juga, bukan pendarahan aja. Otak kirinya itu remuk, rusak itu," ujarnya.
Penganiayaan tersebut terjadi saat jam istirahat di sebuah gang dekat sekolah. M mengatakan kala itu anaknya ditarik ke lokasi kejadian hingga berujung dianiaya.
M mendapatkan informasi dari pihak sekolah bahwa anaknya terlibat perselisihan hingga tidak sadarkan diri.
"Kata teman yang mengantar, dia (pelaku) menginjak sampai beberapa menit, nggak satu menit dua menit-lah diinjak sampai pingsan, hampir mati jatuhnya. Pokoknya sampai di RS sudah kritis," tuturnya.
Kronologi Versi Ortu Korban
M mengatakan peristiwa terjadi saat jam istirahat di sebuah gang dekat sekolah. Ia mengatakan saat itu putranya ditarik ke luar area sekolah menuju gang.
"Saya nggak tahu perselisihan apa, yang cerita dari temannya itu katanya anak saya ditarik pas jam istirahat itu. Kan memang sekolah itu kan punya masjid di luar pagar sekolah, memang satu yayasan semua. Jadi pas jam istirahat itu anak saya ditarik dibawa ke dalam gang," kata M saat dihubungi, Jumat (11/10).
Ilustrasi penganiayaan (Edi Wahyono/detikcom) |
Di gang tersebut anaknya dianiaya terduga pelaku. M mengatakan di lokasi kejadian ada sekitar 12 siswa lainnya yang menyaksikan.
"Di dalam gang itu kata temannya udah menunggu beberapa orang. Terus ya sampai terjadilah kejadian seperti ini, hancur kepala anak saya," ujarnya.
Penganiayaan terhadap korban dilerai warga sekitar, termasuk salah satunya kerabat M yang tinggal di sekitar lokasi. Saat itu korban dalam kondisi sudah tergeletak.
"Kebetulan juga kejadian itu pas salat Zuhur itu ada saudara saya juga, saudara satu kampung. Pas lagi salat Zuhur itu memang melihat rame-rame ribut di depan masjid itu. Di depan masjid itu kan ada gang, jalan, rame-rame. 'bubar... bubar...' kata warga yang lain, 'apa berantem di sini'. Pada bubar, lari ketawa-ketawa, terus ada tergeletak satu, katanya pingsan. Pada diangkat sama yang lainnya, yang nggak lari diangkat dibawa ke sekolahan," jelasnya.
Korban selanjutnya dibawa ke rumah sakit. Bahkan, lanjut M, terduga pelaku ikut bersama pihak sekolah untuk mengantar korban ke rumah sakit. M menyebut dirinya sempat bertanya kepada pelaku alasan anaknya dianiaya.
"Ada temannya yang mengantarkan, kakak kelasnya juga ada yang mengantarkan ke RS bersama guru. Jadi kata guru karena berantem, saya menyanggah hal itu. (Guru bilang di RS) 'ini pelakunya', saya bilang 'Kamu apain anak saya. Sebesar apa salah anak saya sama kamu kok sampai separuh mati begini kamu bikin'," jelasnya.
Saksikan juga Sosok: Etno-Elektrik Sasando, Upaya Ganzerlana Lestarikan Musik Etnik
[Gambas:Video 20detik]
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini