Apa Itu Awan Cavum? Seperti Fenomena Awan Berlubang di Jember

Widhia Arum Wibawana - detikNews
Kamis, 06 Jun 2024 14:09 WIB
Fenomena awan berlubang di Jember (Foto: Istimewa)
Jakarta -

Penampakan fenomena awan berlubang di langit wilayah Jember, Jawa Timur sempat viral di media sosial. Terkait hal itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena awan berlubang adalah awan cavum.

Seperti dilansir detikJatim, fenomena awan berlubang yang terjadi di Jember itu merupakan awan yang biasa disebut dengan awan cavum. Atau dikenal juga dengan istilah awan celah melingkar, awan lubang jatuh dan awan lubang-lubang.

"Awan cavum dapat ditemukan di antara tiga jenis awan, yakni cirrocumulus, altocumulus, dan stratocumulus," kata Forecaster BMKG Banyuwangi Pos Meteorologi Jember, Hukama Nur Akmal dalam keterangannya, dilansir Rabu (5/6/2024).

"Bentuk seperti celah pada awan itu paling sering ditemukan di lapisan awan altocumulus, diikuti oleh cirrocumulus dan kemudian stratocumulus," imbuhnya.

Fenomena Awan Cavum

Secara umum, Akmal menjelaskan, awan cavum atau lubang pada awan tersebut lebih tampak di lapisan altocumulus atau awan menengah. Terbentuk ketika pesawat terbang melintasi lapisan awan cumuliform yang tipis dan memicu glasial. Glasial membuat partikel awan yang berubah dari tetesan air menjadi partikel es. Sehingga muncul seperti efek domino.

Efek domino pada awan tersebut menciptakan celah di awan, tempat partikel es turun di ketinggian, dan terkadang melengkung karena kecepatan angin yang berbeda di ketinggian yang berbeda-beda. Akmal menjelaskan, dalam ilmu cuaca, awan tersebut bisa disebut sebagai Cirrocomulus Cavum, Altocomulus Cavum, dan Stratocomulus Cavum yang masing-masing disingkat menjadi Cc cav, Ac cav, dan Sc cav.

"Jadi memang itu merupakan fenomena alam yang bisa dijelaskan secara sains," pungkasnya.

Fenomena awan berlubang di Jember (Foto: Istimewa)

Apa Itu Awan Cavum?

Selaras dengan pernyataan di atas, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mendefinisikan awan cavum sebagai lubang yang umumnya berbentuk lingkaran (terkadang linier) yang terbentuk dalam lapisan tipis awan tetesan air yang sangat dingin. Cavum biasanya berbentuk melingkar jika dilihat langsung dari bawah, tetapi dapat terlihat berbentuk oval jika dilihat dari kejauhan.

Awan cavum biasa terjadi pada jenis awan altocumulus dan cirrocumulus dan jarang terjadi pada stratocumulus. Awan cavum terbentuk secara langsung dari interaksi pesawat terbang dengan awan, umumnya berbentuk linier (dalam bentuk jejak disipasi). Virga biasanya jatuh dari jejak disipasi yang semakin melebar.

Terbentuknya Awan Cavum

Mengutip NASA, awan cavum, yang juga disebut awan berlubang dan lubang jatuh, terlihat sangat aneh sehingga orang terkadang berpendapat bahwa itu adalah pertanda fenomena anomali, namun tidak demikian. Dilihat dari bawah, awan cavum dapat terlihat seperti lingkaran besar atau elips yang telah dipotong dengan rapi dari awan, dengan gumpalan bulu yang tertinggal di tengah lubang.

Menurut para ilmuwan NASA, terbentuknya awan cavum disebabkan oleh interaksi aktivitas pesawat terbang yang bergerak melalui tepian awan altocumulus, yakni awan tingkat menengah. Ketika pesawat melewati awan pada sudut yang cukup tajam, para peneliti menemukan bahwa awan cavum kecil melingkar muncul.

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi panjang awan cavum adalah termasuk ketebalan lapisan awan, suhu udara, dan tingkat geseran angin horizontal. Analisis para peneliti NASA juga menunjukkan bahwa spektrum penuh jenis pesawat termasuk jet dapat menghasilkan awan cavum dan awan kanal.




(wia/imk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork