Beberapa hari ini, beberapa wilayah di Indonesia dihebohkan dengan fenomena puting beliung hingga hujan es. Salah satu penyebab dari kedua fenomena alam tersebut adalah sistem awan Cumulonimbus.
Apa itu awan Cumulonimbus? Bagaimana ciri-ciri hingga proses pembentukan awan Cumulonimbus? Simak penjelasannya di bawah ini.
Tentang Awan Cumulonimbus
Dikutip dari situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), awan Cumulonimbus adalah salah satu awan konvektif atau awan yang menjulang tinggi ke atas. Jika dilihat dari bentuknya, awan ini seperti jamur di mana pada bagian atas terdapat seperti bentuk topi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada kawasan tropis ketinggian awan ini dapat mencapai lebih dari 18 kilometer. Awan ini juga dapat menembus hingga lapisan stratosfer yang biasanya disebut sebagai overshooting top cumulonimbus.
Jika dilihat dari permukaan, awan ini terlihat tebal, gelap, dan tinggi. Awan Cumulonimbus berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem, hujan lebat, sambaran petir, hingga angin kencang.
Awan Cumulonimbus single sel memiliki siklus hidup yang berkisar antara 30-60 menit, sedangkan awan Cumulonimbus multisel ataupun super sel dapat lebih dari waktu tersebut.
![]() |
Ciri-ciri Awan Cumulonimbus
Awan Cumulonimbus menjadi salah satu penyebab cuaca ekstrem. Berikut ciri-ciri awan Cumulonimbus.
- Bentuk awan Cumulonimbus terlihat seperti jamur karena pada bagian atas terdapat seperti bentuk topi;
- Penampakan awan terlihat tebal, gelap, dan tinggi;
- Awan pembawa hujan dan mengandung petir;
- Awan Cumulonimbus menjadi pertanda cuaca ekstrem.
Proses Pembentukan Awan Cumulonimbus
Awan Cumulonimbus mempunyai beberapa tahapan sebelum matang dan luruh menjadi hujan lebat. Berikut tahapan pembentukan awan Cumulonimbus.
- Pada tahap pertama, awan akan tumbuh menjulang ke atas dalam fase cumulus. Di dalam awan cumulus ini memiliki updraft (gaya hentakan ke atas) yang cukup kuat, sehingga mendorong awan dapat tumbuh ke atas.
- Pada tahap kedua atau fase matang, awan Cumulonimbus terbentuk yang ditandai dengan adanya sambaran petir, angin kencang, dan hujan lebat. Fase ini awan memiliki updraft maupun downdraft (gaya hentakan ke bawah) yang kuat, sehingga berbahaya bagi dunia penerbangan.
- Pada tahap terakhir yaitu fase peluruhan, berarti awan sudah mulai luruh dan menghilang. Biasanya akan disertai hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Pada fase ini, hanya tersisa downdraft dan tidak ada updraft sehingga awan tidak dapat mempertahankan bentuknya, dan luruh.