Peringatan:
Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan bunuh diri. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.
Keluarga perwira TNI AL asal Sumatera Utara (Sumut) Lettu Laut (K) dr Eko Damara (31) meminta autopsi hingga uji balistik sebab merasa janggal dengan laporan tewasnya dr Eko yang disebut karena sebab bunuh diri. TNI AL mengungkap sebab Lettu Eko tak diautopsi lantaran kepastian soal bunuh diri mencapai 99 persen.
Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjend TNI Mar Endi Supardi mengatakan, pihaknya meyakini Lettu Eko bunuh diri setelah melakukan investigasi. Pihaknya bahkan melakukan digital forensik untuk mengetahui sebab bunuh diri.
"Untuk autopsi, kalau dari keluarga ingin ya silakan ditempuh. Kami tidak melakukan itu karena kami sudah yakin bahwa itu bunuh diri, kenapa harus diautopsi. Kalau dari keluarga masih keraguan, silakan. Mungkin dilakukan dengan ketentuan atau jalur yang ada untuk menempuh autopsi ini," kata Dankormar Mayjend TNI Mar Endi Supardi kepada wartawan, Senin (20/5/2024).
"Ini saya kira jelas sekali. Dan seandainya misal ada yang curiga di staff saya, saya tak akan menunda, saya akan lakukan langsung. Karena semua keterangan yang ada, tim investigasi mengatakan 99,99 persen bunuh diri," sambungnya.
Mayjend Endi melanjutkan, teman Lettu Eko sempat mendengar suara letusan yang ditembakan dari senapan SS-2 V1. Itu adalah tembakan bunuh diri yang Eko lakukan di ruangan.
"Satu persen kenapa? Karena pas saat nembak tidak ada yang melihat, karena dari bukti yang ada, teman yang ada di depan pos saat letusan itu ada dan langsung menuju sana, tidak ada orang lain," jelasnya.
Endi menggambarkan tembakan Lettu Eko dilakukan di kepala. Proyektil peluru menembus bagian tempurung kepala.
"Dan dari peluru yang ada kalau ketembak musuh atau teman,isalkan lurus keluar dari samping (lurus) depan (lurus) mungkin ditembak," ucapnya.
"Ini dari sisi bawah ke atas, nembaknya gimana. Beliau lagi duduk, yang nembak tiarap dulu? Kan nggak mungkin. Masa mau hadapan, duduk lalunsatu tiarap. Nggak mungkin, nggak logis. Ini dari kacamata militer yang ada di lapangan sudah jelas gamblang kenapa bisa seperti ini," ungkap dia.
Lantas bagaimana dengan pihak keluarga yang mengatakan ada lebam di tubuh Lettu Eko? Endi menjawab, lebam itu tidak pernah ada bahkan saat dimandikan hingga dikafani.
"Tadi katanya ada melihat lebam, kenapa ini-ini. Tadi jelas, dokter sudah mengungkapkan, yang memandikan juga menjelaskan lihat langsung, depan belakang tidak ada sedikit pun (lebam), bersih semuanya," ujarnya.
"Jadi saya diam kurang lebih tiga pekan, tapi saya diamnya tetap mediasi dengan keluarga, bagaimana mencari solusi yang terbaik. Karena saya yakin almarhum bagian dari kami, dan menjaga marwah keluarga di lingkungan," sambungnya.
Alasan Gunakan Sebab Kematian Malaria
Mayjend Endi mengungkapkan mengapa pihak TNI AL sempat membuat alasan kematian Lettu Eko karena malaria. Hal ini untuk menjaga nama baik keluarga dan nama Lettu Eko di mata publik.
"Kalau malaria itu sebetulnya upaya kita untuk menjaga nama baik keluarga, jadi kejadian yang sesungguhnya kan bukan malaria. Sesungguhnya yang tadi kami sampaikan. Cuman saya sayang dengan keluarga, saya menjaga nama baik keluarga, saya menjaga nama baik almarhum, marwah almarhum di mata tetangga dan saudara-saudara," ungkapnya.
Katanya, TNI AL tak ingin ada gosip miring yang beredar di masyarakat mengenai kematian Lettu Eko. Katanya keluarga akan lebih malu jika orang tahu jika anak atau saudaranya tewas karena bunuh diri daripada sakit malaria
"Lebih malu mana meninggal karena malaria dengan meninggal bunuh diri karena judi online? Lebih terhormat mana? Malaria kan. Maka saya buat beritanya malaria. Disampaikan lah di laporan seperti itu. Kalau di sana perwakilan yang sesungguhnya adalah meninggalnya karena bunuh diri," jelasnya.
(dnu/dnu)