Waka MPR Bicara Kepekaan Sosial Masyarakat Hadapi Ancaman Bencana Alam

Syahdan Althalif - detikNews
Rabu, 15 Mei 2024 20:48 WIB
Foto: MPR
Jakarta -

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menilai kepekaan sosial masyarakat atas sejumlah risiko bencana alam merupakan hal yang perlu ditumbuhkan. Menurutnya, hal ini bagian dari upaya negara dalam melindungi bangsa dari ancaman perubahan iklim yang sedang terjadi saat ini

Pasalnya, kata dia, dampak perubahan iklim saat ini berada pada tingkat mengkhawatirkan. Hal ini dikarenakan sumber daya air semakin langka, bencana alam berulang, kekeringan, kegagalan panen, kebakaran lahan, hingga fenomena lainnya yang tidak dapat dihindari.

"Kondisi anomali iklim yang terjadi dewasa ini mengingatkan tentang ancaman fenomena perubaha, iklim semakin nyata dan kita dituntut memperhatikan kelestarian lingkungan hidup," ujar Lestari Moerdijat dalam keterangannya, Rabu (15/5/2024).

Hal ini dia ungkapkan saat membuka diskusi daring bertema Mitigasi Dampak Ancaman Nyata Banjir dan Udara Panas di Indonesia yang diselenggarakan Forum Diskusi Denpasar 12

Berdasarkan Catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lestari melaporkan terdapat 507 kejadian bencana banjir yang terjadi di Indonesia sejak 1 Januari-14 Mei 2024. Salah satu upaya mitigasi bencana yang diperlukan secara berkelanjutan, adalah sosialisasi dan edukasi

"Bagaimana, kita bisa hidup aman dan nyaman berdampingan dengan alam, sehingga pelestarian lingkungan hidup juga harus diperluas untuk menekan dampak bencana yang terjadi," tegasnya.

Seluruh elemen masyarakat, kata dia, harus menyadari kondisi Indonesia yang selalu menghadapi risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan kekeringan. Oleh karena itu, peran para pemangku kepentingan, dunia usaha, dan seluruh elemen masyarakat sampai tingkatan yang paling dasar (three sector collaboration) harus konsisten dalam mewujudkan kepekaan sosial terhadap berbagai risiko yang muncul dari dampak perubahan iklim.

Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan DAS, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Muchamad Saparis Soedarjanto mengungkapkan terdapat sejumlah potensi perubahan lanskap dan bentang alam akibat perubahan iklim di tengah kemewahan ragam vegetasi dan lingkungan yang kita miliki.

Selain itu, ujar Muchamad Saparis, indeks bencana alam Indonesia begitu tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh laju sedimentasi yang tinggi di sejumlah aliran sungai hingga mencapai 250 ton/Km2/tahun.

Muchamad menambahkan gangguan lingkungan di kawasan hulu sungai juga menyebabkan sejumlah daerah di Tanah Air mengalami kekurangan pasokan air bersih. Padahal, Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi.

Oleh karena itu, perbaikan lingkungan hulu sungai harus segera dilakukan guna meningkatkan ketersediaan air bersih. Selain itu, perbaikan ini juga sekaligus meningkatkan kualitas air yang terkandung di dalamnya.

Sejumlah bencana banjir yang terjadi di Demak, Jawa Tengah dan Sumatera Barat, menurut Muchamad, harus diantisipasi dengan berbagai skema adaptasi yang berkelanjutan.

Sebagai informasi, Diskusi daring 'Mitigasi Dampak Ancaman Nyata Banjir dan Udara Panas di Indonesia' ini dimoderatori oleh Arimbi Heroepoetri, S.H, LL.M (Staf Khusus Wakil Ketua MPR RI). Diskusi ini turut menghadirkan Dr. Muchamad Saparis Soedarjanto, S.Si., M.T (Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan DAS, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI), Berton Suar Pelita Panjaitan, S.K.M., M.H.M., Ph.D. (Direktur Mitigasi Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB), dan Eko Prasetyo, MT. (Kepala Pusat Meteorologi Maritim, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika/BMKG)

Selain itu, hadir pula Didi Setiadi (Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional /BRIN) sebagai narasumber dan Dr. Djati Mardiatno, M.Si, (Staf Ahli Pusat Studi Bencana Alam, Universitas Gadjah Mada/UGM) sebagai penanggap.

Simak juga 'Korban Bencana dan Kecelakaan Alami PTSD, Psikolog Bilang Gini':






(akd/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork