Nama Kompol Putra Pratama diusulkan masyarakat Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat (Jakbar), dalam Hoegeng Awards 2024. Warga terkesan dengan kiprah Kompol Putra Pratama saat menjadi Kapolsek Tambora tahun lalu.
Warga itu bernama Haris Candra, Ketua RW 07 Kelurahan Angke. Haris menyebut Kompol Putra sosok polisi yang ramah, rendah hati, dan dekat dengan masyarakat di mana tempatnya bertugas.
Haris mengatakan awalnya tidak kenal dengan Kompol Putra Pratama. Menurutnya, saat pertama kali menjabat sebagai Kapolsek Tambora, Kompol Putra menghubungi dirinya dan para lurah serta seluruh RW di Tambora. Hal itu yang membuat Haris terkesan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak kenal beliau, tapi beliau selaku kapolsek dengan rendah hati malah memperkenalkan diri kepada saya terlebih dahulu. Diawali dengan by WA, dulu dia kontak saya," kata Haris kepada detikcom, Rabu (21/2/2024).
Karena hal ini, Haris kerap mengundang Kompol Putra ke wilayahnya setiap kali ada kegiatan keagamaan dan lainnya. Ternyata Kompol Putra, kata Haris, tidak pernah absen dari undangan warga tersebut. Bahkan ketika ada permasalahan warga dan diadukan ke Kompol Putra, langsung direspons cepat kapan pun dikontak.
"Seperti yang saya sampaikan begitu ada kejadian yang butuh penanganan cepat dari kepolisian di jam 2 pagi, beliau saya telepon pun diangkat, direspons, sangat jarang seorang kapolsek merespons seperti itu. Biasanya kan 'oh suruh anak buahnya aja' tapi kalau beliau tidak. Setiap keluhan masyarakat direspons sangat baik," ucapnya.
Haris menilai Kompol Putra juga sosok polisi yang detail dan perhatian kepada warga di wilayahnya. Dia pernah melihat Kompol Putra memunguti sampah di tengah-tengah kegiatan kunjungannya ke wilayah Angke, Tambora.
"Saya pernah memperhatikan beliau lagi ada acara di wilayah saya, beliau ini melihat ada sampah kecil, diambil sama beliau. Diambil itu nggak dibuang sembarangan lagi sama beliau, tapi disimpan oleh beliau saya lihat. Di situ saya lihat kalau hal kecil aja diperhatikan, sekelas sampah kecil-lah ya, apalagi hal-hal besar yang berkaitan dengan masyarakat, saya yakin akan lebih diperhatikan sama beliau," ujar Haris.
Tak hanya itu, Kompol Putra juga disebut responsif terhadap aduan-aduan masyarakat. Haris bercerita dirinya pernah menghubungi Kompol Putra tengah malam karena ada peristiwa mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat setempat. Ternyata telepon Haris itu diangkat oleh Kompol Putra dan direspons cepat dengan menerjunkan anggota Polsek Tambora ke lokasi.
"Saya telepon lah Kapolsek Tambora itu jam 2 pagi, diangkat sama beliau. Nggak lama saya telepon beliau, datang lah patroli panwas yang setiap hari keliling Tambora," kata Haris.
"Bukannya menjelekkan ya, tapi saya sebelum menelepon beliau, saya telepon binmasnya dulu, itu pun nggak diangkat, mungkin tidur ya. Jadi saya berpikir sekelas bawahannya kalau malam agak sulit kita hubungi aja nggak respons. Tapi beliau selaku kapolsek justru yang merespons, salah satu contoh positif untuk anak buah," tambahnya.
Sosok Kompol Putra disebut Haris berbeda dari Kapolsek Tambora sebelum-sebelumnya. Menurut Haris, Kompol Putra sering turun ke lapangan untuk bersilaturahmi dengan warga sehingga masyarakat merasa begitu dekat polisi.
"Jadi saya merasa di zaman beliau, masyarakat khususnya di RW 7 ini lebih merasa dekat dengan kepolisian, karena intensnya beliau... kalau menurut saya lebih sering ke wilayah. Jadi nggak hanya sekali ketika Jumat Curhat. Memang sebelum-sebelum beliau, saya tidak merasakan hal-hal yang seperti ini," imbuhnya.
Seperti Keluarga Besar
Senada dengan Haris, kesaksian tentang kerendahan hati dan responsifnya Kompol Putra datang dari warga lainnya yang enggan disebutkan namanya. Dia merupakan salah satu warga di Kelurahan Pekojan.
Dia merasa bahwa sosok Kompol Putra sangat luar biasa sebagai Kapolsek di Tambora. Menurutnya, respons cepat Kompol Putra bisa memberi rasa aman kepada warga.
"Kalau dia selama di Tambora itu sangat-sangat luar biasa. Jadi bukan terkait itu saja, dia bisa datang ke masyarakat, bercerita, ngobrol, segala macam. Jadi komunikasinya kalau untuk masyarakat kita ini sangat luar biasa itu," katanya.
Kepada warga, Kompol Putra disebut tak berjarak. Dia menyebut hadirnya Kompol Putra di tengah-tengah warga seperti keluarga besar.
"Kita sama Pak Putra itu seperti keluarga besar jadinya. Kadang-kadang kan ada polisi itu yang sombong, segala macam. Tapi kalau Pak Putra itu walaupun dia Kapolsek, saya sih angkat jempol buat beliau itu," sebutnya.
Warga sering mengadukan masalah keamanan kepada Kompol Putra. Tak butuh waktu lama, tindak lanjut aduan tersebut segera dilakukan.
Kompol Putra juga disebut tak sungkan berkoordinasi dengan warga terkait masalah keamanan. Sosok polisi seperti itu yang menurutnya yang patut dijadikan contoh.
"Dia kan suka buka link, kita kalau telepon ke beliau langsung turun cepat. Orangnya nggak neko-neko, segala macam. Itu salah satu contoh polisi bagus," bebernya.
Hal itu kemudian yang menumbuhkan kesadaran di masyarakat untuk menjaga keamanan. Mereka tak segan untuk melaporkan hal-hal mencurigakan.
Sebab, aduan warga direspons cepat. Sehingga kawasan Tambora, khususnya yang dirasakan Ali di Pekojan, menjadi aman dari gangguan tindak kejahatan.
Kompol Putra juga kerap memberi apresiasi kepada warga yang melaporkan tindak kejahatan. Sehingga kerja sama yang terbangun, menurut dia, sangat baik antara pihak kepolisian dan warga.
"Bagus dia di masyarakat tempat kita, baru menjabat saja udah nangkap maling motor segala macam," ucapnya.
Ungkap Penampungan Prostitusi Berkat Polisi RW
Dia menceritakan salah satu pengungkapan yang dilakukan Kompol Putra bersama jajarannya. Pada tahun lalu, Polsek Tambora membongkar penampungan prostitusi di Kelurahan Pekojan.
Saat itu, program Polisi RW gencar dilakukan. Salah satu dampaknya yaitu terbongkarnya kasus prostitusi tersebut.
"Itu kan saya sama Ketua RW. Jadi Ketua RW, saya, sama Babinsa, ada polisi RW juga itu. Itu terkait laporan dari sana. Terus ke sana, ceritakan ke Pak Putra," ungkapnya.
Dia sendiri pada mulanya merasa takut untuk mengadukan hal tersebut. Sebab, dia khawatir ada pihak yang membekingi penampungan prostitusi.
Khawatir akan keselamatannya, dia sempat ragu untuk melaporkan. Namun akhirnya, dia bersama warga memberanikan diri melaporkannya kepada Kompol Putra.
"Akhirnya ke Pak Putra yang terbaik, ternyata dia concern banget betul-betul perhatian untuk masalah ini. Sampai akhirnya habis sama dia itu benar-benar luar biasa itu," tuturnya.
Keberanian itu muncul sebab dia bersama warga percaya Kompol Putra dan jajaran bisa memberantasnya. Dia juga merasa khawatir penampungan prostitusi akan berdampak kepada anak-anak di sana.
Meski takut, namun warga tetap melaporkan juga. Hingga akhirnya indekos yang menjadi tempat penampungan prostitusi itu berhasil ditindak.
"Kita nggak mau itu sama anak-anak kita, itu kan masyarakat kita, kasihan. Di sisi lain harus kita tindaklanjuti, ngeri-ngeri juga kita," imbuhnya.
Dihubungi terpisah, Kompol Putra Pratama menyebut dirinya menjadi Kapolsek Tambora sejak November 2022 hingga Desember 2023. Saat ini, Kompol Putra tengah menempuh pendidikan Sespimen Polri di Lembang, Jawa Barat.
Dia menceritakan, sebelum ditunjuk menjadi Kapolsek Tambora pada 2022, 14 tahun lalu dirinya pernah magang di Polsek Tambora saat masih Taruna Akpol. Dahulu, jumlah personel Polsek Tambora lebih dari 200 orang. Namun, ketika Kompol Putra menjabat Kapolsek Tambora, anggotanya hanya 80 orang.
"Idealnya kan semakin tahun itu kan tantangan, gangguan, dinamika masyarakat itu kan semakin berkembang. Idealnya jumlah personel itu kalau tidak bisa nambah, mestinya setara atau sama. Faktanya yang terjadi bahwa jumlah personel Polsek Tambora itu jauh menyusut dari tahun 2008 sampai tahun 2022, kemudian setelah saya selesai di 2023 juga menyusut. Ada yang meninggal dunia, ada yang pindah mutasi, ada yang sekolah," kata Kompol Putra.
Kompol Putra mengatakan meskipun jumlah personel terus berkurang, dinamika masyarakat di Tambora semakin tinggi, dan permasalahannya banyak. Oleh sebab itu, ia berpikir bagaimana polisi agar bisa dekat dengan masyarakat demi mendapat informasi yang cepat untuk mengambil tindakan yang cepat juga.
Dia menilai seorang kapolsek dekat dengan warga bukan hanya kewajiban, tapi juga kebutuhan. Oleh sebab itu, ia bergabung ke seluruh grup WA 11 kelurahan di Tambora yang isinya lurah, Babinsa, Bhabinkamtibmas, ketua RW, dan ketua RT.
"Karena memang saya butuh, pada saat ada kejadian saya bisa dihubungi lebih cepat, sehingga saya bisa men-deploy atau menugaskan anggota saya untuk menyelesaikan permasalahan yang dilaporkan. Karena keterbatasan jumlah personel itu membatasi saya untuk menempatkan anggota-anggota saya itu ada dekat masyarakat, terbatas jumlahnya," ucapnya.
Kompol Putra menjelaskan alasan dirinya sering turun langsung bersilaturahmi dengan warga. Menurutnya, ia ingin membangun kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian agar warga tidak segan melaporkan setiap informasi kejadian di Tambora.
"Jadi semua itu dengan keterbatasan jumlah personel yang ada, kita siasati dengan mendekatkan diri kita ke masyarakat karena memang polisi itu butuh masyarakat untuk kecepatan informasinya, pada akhirnya kecepatan pengambilan keputusan, mencegah dampak yang lebih besar, lebih luas," ujar Putra.
Kenalkan Diri Lebih Dulu ke Para Lurah-RW
Saat awal mula menjabat Kapolsek Tambora, Kompol Putra menjemput bola dengan memperkenalkan diri lebih dulu ke para tokoh masyarakat, tokoh agama di Tambora. Dia mencari kontak hingga menghubungi para lurah dan para RW langsung untuk memperkenalkan diri.
"Setelah dapat semua nomornya, satu-satu tuh saya japri, saya perkenalkan diri ke lurahnya, Babinsanya, ketua RW-nya. Idealnya memang sampai ketua RT, tapi di Tambora itu RW aja udah ada 96. Jadi saya harus WA 96 RW itu dan 11 lurahnya itu saya japri satu-satu," ucap Putra.
"Karena mungkin belum pernah ada kapolsek yang langsung nge-WA japri gitu, kadang ada yang percaya, ada yang langsung nelepon, 'ini bener kapolsek ya?' 'bener, Pak, saya Kapolsek Tambora, saya mohon bantuannya nanti kalau ada waktu saya berkunjung ke tempat Bapak'," tambahnya.
Hal itu dilakukan Kompol Putra bertujuan untuk mendekatkan diri ke masyarakat. Dia mendekatkan diri terhadap simpul-simpul dari 300 ribu lebih masyarakat Tambora lewat lurah, ketua RW, para tokoh masyarakat, hingga tokoh agama di Tambora.
"Tambora itu kan kecamatan terpadat di Indonesia karena luasnya kecil tapi jumlah penduduknya banyak. Jadi dia terpadat. Sebagai Kapolsek, saya tidak mungkin mendekatkan diri kepada 300 ribu orang itu, yang paling mungkin saya lakukan itu adalah mendekatkan diri kepada tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan jalur formalnya adalah RT dan RW," jelasnya.
Cara pendekatan Kompol Putra kepada masyarakat ini dilakukan bukan hanya saat menjadi Kapolsek Tambora. Sebelumnya, saat menjadi Kapolsek Neglasari, Kota Tangerang, Banten, Kompol Putra juga menerapkan hal yang sama.