Tapal Batas Bakti Kominfo

Merawat Budaya demi Wisata Super Tradisional di Sumba

Dea Duta Aulia - detikNews
Rabu, 06 Des 2023 19:03 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Waingapu -

Merawat warisan budaya tradisional tidak hanya bermanfaat untuk kelestarian kebudayaan itu sendiri. Namun juga bisa menjadi salah satu cara untuk menarik wisatawan dari dalam atau luar negeri.

Pemerhati Kebudayaan Sumba, Umbu Asminto Candra Domu Pandarangga mengatakan banyak para pelaku pariwisata di Sumba Timur yang sedang berupaya untuk melakukan hal tersebut. Sebab Sumba Timur sendiri memiliki potensi pariwisata yang cukup komplit mulai dari air terjun, perbukitan, savana, laut, dan budaya yang bisa memanjakan mata wisatawan.

"Wisata ke Sumba sangat direkomendasikan dengan kondisi alam dan budaya yang sangat kaya. Di setiap wilayah yang ada di Sumba menjadi destinasi wisata ini favorit ada alam itu air terjun, pantai, sabana, kuda yang lepas liarkan di Sumba dan ada tradisi Marapu," kata Umbu Asminto saat ditemui Tim Tapal Batas detikcom di Waingapu, NTT, beberapa waktu lalu.

Pria yang juga berprofesi sebagai tour guide ini mengatakan, saat ini, banyak pelaku pariwisata di Sumba Timur yang justru mengembangkan sektor pariwisata dengan konsep Wisata Super Tradisional. Menurutnya, cara tersebut dinilai tepat untuk menyelaraskan antara budaya lokal dengan kebutuhan pariwisata.

Apalagi konsep tersebut, menurutnya, didasari karena Sumba Timur sulit jika harus bersaing dengan pariwisata seperti Bali dan Labuan Bajo yang saat ini menyandang status wisata super premium.

"Sangat sulit kalau harus bersaing dengan objek wisata yang sudah maju," tuturnya.

Foto: Agung Pambudhy/detikcom

Menurutnya, konsep Wisata Super Tradisional bisa membuat budaya Marapu di Pulau Sumba dapat terjaga. Marapu merupakan sebuah kepercayaan terhadap arwah leluhur mereka yang telah meninggal. Kepercayaan tersebut membantu dalam sejumlah keselamatan dan ketentraman dalam kehidupan, khususnya masyarakat asli Sumba.

"Merasa penting dengan perkembangan saat ini karena tradisi di Sumba sangat erat dan lengket dan tradisi budaya Marapu," ungkapnya.

Dia mengatakan dengan konsep tersebut maka masyarakat lokal bisa menjalankan budaya mereka secara natural. Apalagi saat ini, mereka yang menganut kepercayaan lokal Marapu sudah diakui oleh negara. Hal itu terlihat dari kolom agama di KTP yang bertuliskan 'Kepercayaan Terhadap Tuhan YME'.

"Meskipun Sumba yang sedang dikembangkan dengan sistem konsep super tradisional," jelasnya.

Meskipun begitu, dia mengatakan sejumlah persiapan untuk menunjang sektor pariwisata pun tetap harus dipersiapkan. Ada banyak yang bisa dilakukan, salah satunya melakukan regenerasi kesenian kepada generasi muda Sumba.

Untuk mencapai itu pun, dia bersama komunitasnya mendirikan sanggar yang berisikan berbagai kelas terkait kesenian tradisional dan modern yang ada di Sumba Timur.

"Jadi banyak terbantu dengan banyaknya influence yang datang dengan menghadirkan kelas-kelas gratis, video, foto, dan tari gratis di sanggar. Yang ikut sekolah gratis umum, saya kasih pendidikan gratis atas kerelaan untuk anak-anak," jelasnya.

"Sebenarnya untuk kebutuhan pariwisata tapi secara tidak langsung mereka melestarikan budaya dan tradisi. Kita bisa punya kesempatan menampilkan seni tradisi. Kebetulan di sanggar ada kelas foto dan video adik-adik di sana punya kesempatan jika ada tour di Pulau Sumba kami bisa menawarkan juga. Ini yang kami kembangkan di sanggar, kebetulan saya bekerja menjadi pramuwisata kebutuhan ini masih ada dan bisa cover," sambungnya.

Lewat konsep tersebut, dia berharap agar pariwisata di Sumba bisa tumbuh dengan tidak mengesampingkan warisan budaya leluhur. Sehingga pariwisata dan budaya lokal bisa berjalan beriringan di tengah gempuran perkembangan zaman.

"Cita-citanya terhadap Sumba. Sumba tetap menjadi Sumba yang lestari sumba yang dikenal sebagai Sumba. Artinya Sumba dengan tradisi budaya dan alam yang asri. Dengan adanya Sumba yang lestari keselarasan perkembangan antara masa kini dan juga tradisi modernitas dan kebudayaan ini bisa sejalan," tutup Umbu Asminto.

Sebagai informasi, sejumlah infrastruktur sudah terbangun di Sumba Timur, sehingga memudahkan para wisatawan untuk berwisata. Ada sejumlah infrastruktur yang telah terbangun, salah satunya jaringan internet melalui proyek Palapa Ring yang dijalankan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti Kominfo). Proyek ini melibatkan kombinasi kabel laut dan darat untuk menghubungkan internet dari Indonesia wilayah bagian Barat, Tengah dan Timur.

Kota Waingapu, Kota Interkoneksi Palapa Ring yang menjadi tulang punggung (backbone) internet di Sumba Timur. Hal ini didukung dengan keberadaan Network Operation Center (NOC) Palapa Ring Timur dan 90 BTS 4G yang tersebar di 22 kecamatan di Sumba Timur.

Kehadiran NOC Palapa Ring dan BTS 4G tersebut membantu pemerataan internet di Sumba Timur dan Waingapu sehingga mendukung berbagai aktivitas ekonomi kreatif dan pariwisata.

detikcom bersama Bakti Kominfo mengadakan program Tapal Batas mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, wisata, dan teknologi di wilayah 3T setelah adanya jaringan internet di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com.




(ncm/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork