Heboh anak kandung bunuh ayah di Mojokerto, Jawa Timur. Korban bernama Sutrisno diketahui merupakan pensiunan PNS yang tinggal di lingkungan Wates, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto.
Kini, pelaku sudah diperiksa pihak kepolisian. Lalu, apa penyebab dari peristiwa tersebut? Berikut informasi selengkapnya.
1. Awal Mula Anak Bunuh Ayah di Mojokerto
Sutrisno (65), pensiunan PNS di Mojokerto, tewas dianiaya putrinya, SNA (35). Kasat Reskrim Polres Mojokerto Kota AKP Bambang Tri Sutrisno menjelaskan awalnya pelaku SNA (35) disuruh ibunya bersih-bersih rumah pada Kamis (30/11/2023) pukul 14.00 WIB.
Namun pelaku menolak perintah ibunya dengan alasan sedang sakit. SNA pun cekcok dengan ibu kandungnya, Sumarlinah, di rumah mereka, Lingkungan Wates, Kelurahan Wates, Magersari, Kota Mojokerto.
"Melihat itu, bapaknya (Sutrisno) melerai. Tahu-tahu langsung dipukul dengan kursi plastik biru oleh pelaku. Kemudian korban terjatuh hingga meninggal dunia," jelasnya kepada wartawan di Polres Mojokerto Kota, Jalan Bhayangkara, dilansir detikJatim, Jumat (1/12/2023).
2. Pelaku: Janda Anak 2-Pasien RSJ
SNA (35), yang menganiaya ayahnya, Sutrisno (65), di Mojokerto hingga tewas adalah janda anak dua. Pelaku pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lawang, Malang, karena mengalami gangguan jiwa.
Kasat Reskrim Polres Mojokerto Kota AKP Bambang Tri Sutrisno mengatakan pihaknya telah memeriksa keluarga SNA. Hasilnya, SNA memiliki riwayat gangguan kejiwaan sejak duduk SMP.
"Tapi tidak pernah menjalani pengobatan medis, hanya secara tradisional. Baru tahun kemarin dibawa ke RSJ Lawang. Setelah itu, pelaku tidak mengonsumsi obat rutin," ujarnya kepada wartawan di Polres Mojokerto Kota, Jumat (1/12/2023).
Tisia Andayani, tetangga korban, mengatakan SNA (35) menunjukkan tanda-tanda gangguan jiwa sejak sebelum menikah. Gangguan kejiwaan SNA semakin parah sejak ditinggal suaminya.
"ODGJ parah sejak ditinggal suaminya. Pelaku sering melakukan kekerasan terhadap keluarganya. Pernah ibunya dibanting. Anaknya yang kecil, perempuan, pernah dikurung di kandang ayam sampai luka-luka," ungkap Tisia.
"Harusnya obat jalan, tapi hanya satu kali kontrol. Alasannya, keluarga tak mampu biayanya. Kontrol pertama iuran warga. Setelah itu tidak pernah kontrol lagi," jelasnya.
Baca di halaman selanjutnya soal anak bunuh ayah di Mojokerto.
(kny/jbr)