8 Sorotan Menu Stunting Depok: Stiker Walkot hingga Slayer Oranye

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 18 Nov 2023 11:21 WIB
Ilustrasi (Devi Puspitasari/detikcom)
Jakarta -

Menu makanan stunting atau Pemberian Makan Tambahan (PMT) oleh Pemerintah Kota Depok menuai sorotan. Dengan anggaran Rp 4,9 miliar, menu makanan yang disajikan dinilai tidak mengandung cukup gizi.

Dirangkum detikcom, Sabtu (18/11/2023), kasus ini berawal dari sebuah unggahan di media sosial pada Kamis (16/11). Unggahan itu memperlihatkan menu PMT yang hanya berisi tahu dan nugget di d dalam stoples. Stoples itu pun ditempeli stiker wajah Wali Kota Depok M Idris dan Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono bertuliskan 'Bocah Depok Kudu Sehat Prestasi Hebat, Stunting Minggat'.

Pemkot Depok lalu buka suara. Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Depok Mary Liziawati mengatakan menu makanan di PMT tersebut telah mengacu kepada petunjuk teknis (juknis) dari Kementerian Kesehatan.

"Jadi kita mengikuti juknis tersebut (Kemenkes) bahwa PMT yang diberikan kepada balita ini adalah PMT lokal berarti dengan bahan dasar lokal yang diolah oleh UMKM. Kita mengikuti juknis tersebut dengan pemberian selama 28 hari dengan 6 hari kudapan dan 1 hari makanan bekal," kata Mary kepada wartawan di Balai Kota Depok, Kamis (16/11).

Asal Usul Anggaran Menu Stunting di Depok

Mary juga menjelaskan asal usul anggaran Rp 4,9 miliar terkait kebijakan bantuan makanan stunting di Depok yang hanya berisi tahu dan nugget. Dia mengatakan uang itu berasal dari dana insentif daerah.

"Jadi kita anggarannya, dari anggaran dana insentif daerah (DID). Pemkot Depok mendapat penghargaan insentif fiskal kinerja penggunaan stunting dari pemerintah pusat yang diterima sekitar akhir Oktober sehingga anggaran ini masih anggaran perubahan. Jadi anggarannya APBN ya," kata Mary.

Mary menjelaskan, dari DID, pihaknya menerima Rp 6,6 miliar dari pemerintah pusat. Dari Rp 6,6 miliar, sebanyak Rp 4,9 miliar digunakan untuk PMT lokal.

"Nah jadi ini yang mungkin disampaikan dengan waktu yang sangat pendek sehingga tanggal 10 November kemarin kita sudah mulai program ini dengan persiapan yang pendek. Mungkin sosialisasi belum sampai ke masyarakat bahwa PMT lokal ini bentuknya 6 hari kudapan 1 hari makanan lengkap dan nanti berulang sampai 28 hari," jelasnya.

Mary menjelaskan PMT yang diberikan kepada balita itu pun sudah memenuhi standar gizi. Hanya, hal itu belum tersosialisasi ke masyarakat hingga ramai diperbincangkan.

"Persepsinya selama ini yang sering dilakukan PMT Kota Depok adalah PMT yang diberikan dengan non-anggaran pemerintah ya, baik pihak swasta, CSR perusahaan, kemudian dari PKK dengan anggaran sponsor, anggaran CSR gitu. Jadi selalu diberikan menu lengkap. Belum pernah memang PMT lokal dalam bentuk kudapan," ungkapnya.

Pemkot Sebut Menu Stunting Depok Kudapan

Pemkot Depok juga berdalih menu makanan stunting berisi tahu dan nugget itu bukan makanan lengkap. Menu itu hanya berupa kudapan. Mary mengatakan istilah kudapan belum dipahami luas oleh masyarakat Depok.

"Ternyata masyarakat kita belum familiar dengan yang namanya kudapan. Jadi ketika kemarin di hari pertama pelaksanaan yang diterima adalah bukan makanan lengkap. Jadi mereka kaget 'kok PMT begini'," kata Mary.

Mary mengatakan pihaknya pun melakukan sosialisasi mengenai hal itu. Sebab, menu stunting berisikan dua tahu dan dua otak-otak menjadi permasalahan karena masyarakat tak mengerti istilah 'kudapan'.

"Kemudian kita lakukan sosialisasi. Ini kan rame 'cuma dua tahu, cuma dua otak-otak'. Dari buku resep yang dikeluarkan UNICEF dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan bahwa memang di kudapan itu terdapat dua jenis protein hewani yang sudah mencukupi kandungan gizi untuk para balita," jelas Mary.

"Otak-otaknya bukan otak-otak yang dijual pinggir jalan. Tapi otak-otak isinya telur, sehingga memang kandungan gizinya sesuai dengan standar yang dikeluarkan Kemenkes," tambahnya.

Singgung Kebiasaan Pemberian Makanan Oleh Ortu di Depok

Bukan hanya menu makanan saja yang menjadi polemik, soal rasa pun dipertanyakan. Menu makanan stunting di Depok dinilai banyak orang tua tidak memiliki rasa. Kadinkes Depok Mary Liziawati lalu menjawab kritik itu dengan menyinggung kebiasaan orang tua di Depok yang memberi makanan anaknya dengan tambahan gula.

"Kemarin sudah enam hari kudapan satu hari makanan lengkap disertai dengan kegiatan edukasi. Jadi kita mengedukasi ibu balita, ayo bikin makanan buat balita itu makanan yang sehat, bukan asal enak anaknya senang," kata Mary.

Mary menyebut protes warga soal makanan stunting yang tak ada rasa dikarenakan orang tua terbiasa memberi makan anaknya dengan tambahan gula, garam, dan penyedap rasa.

"Banyak yang bilang nggak ada rasanya, anaknya nggak mau makan. Berarti anaknya sudah terbiasa makan makanan yang ditambahin macem-macem, padahal untuk anak di bawah satu tahun itu tidak boleh ada tambahan apapun. Bahan-bahan yang disediakan tidak boleh ditambah apapun, garam, gula, apalagi penyedap," ucapnya.

Mary mengatakan jika anak berusia enam bulan sudah diberi makanan yang terkontaminasi berbagai macam rasa, maka si anak akan terbiasa dengan makanan gurih.

"Kalau anak dari kecilnya enam bulan udah (makan) macam-macam, jadi lidahnya sudah terbiasa dengan makanan gurih," ujarnya.

Sebab itu, kata Mary, anak tidak mau menerima makanan sehat. Hal itulah yang membuat pihaknya mengedukasi ibu balita untuk dapat membuat makanan yang sehat dan mencegah stunting.

"Akhirnya makanan sehatnya nggak mau ini yang kita edukasi ke ibu-ibu balita atau bikin makanan yang sehat, yang mengandung sumber protein hewani yang bisa mencegah terjadinya stunting," imbuhnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya:

Saksikan Video 'Bantuan Stunting Depok Rp 4,9 M Isi Nugget-Tahu, Ma'ruf Bakal Monitor':




(ygs/dhn)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork