Kabar mengejutkan disampaikan oleh Kepala Balai Taman Nasional (TN) Ujung Kulon Ardi Andono. Ia mengungkapkan, badak Jawa bernama Samson, yang tewas pada 2018, punya bekas luka tembak di bagian kepala.
Ini menguatkan ada indikasi perburuan badak di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Itu menjadi bagian dari alasan penutupan akses ke wilayah Semenanjung Ujung Kulon.
"Dia (badak Samson) memang ada di kepala bekas lubang, sudah terbukti ada fotonya juga, itu terjadi 2018," katanya kepada detikcom, Senin (23/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui, badak Jawa jantan bernama Samson dengan nomor ID 037.2012 ditemukan mati di bibir pantai Karang Ranjang pada 23 April 2018. Berdasarkan hasil pemeriksaan, ditemukan lubang di bagian kepala Samson.
Meski ditemukan luka tembak, Ardi mengatakan, itu bukan menjadi penyebab kematian Samson. Menurutnya, kematian itu disebabkan oleh adanya perkelahian antarbadak.
"Walaupun kepalanya kena tembakan, itu bukan penyebab kematiannya. Kematiannya karena pertarungan antarbadak," ungkapnya.
Ardi menjelaskan, perkelahian antarbadak itu disebabkan menyempitnya ruang badak Jawa di wilayah Semenanjung. Hal itu disebabkan oleh adanya aktivitas manusia memasuki kawasan Semenanjung TNUK.
Menurutnya, pergeseran badak Jawa bisa berdampak pada perebutan wilayah kekuasaan. Hal itu bisa memicu perkelahian antarbadak yang bisa mengakibatkan kematian.
"Nah, kalau terjadi pergeseran, maka yang terjadi itu rebutan ruang antara badak yang sudah ada, antara badak yang bergeser, salah satunya ada perkelahian antar-badak, yang menimbulkan bisa jadi dia cedera, (dan) kematian," ungkapnya.
Cegah Perburuan Badak Jawa
Diketahui sebelumnya, Balai Taman Nasional (TN) Ujung Kulon menutup akses di bagian Semenanjung Ujung Kulon. Hal itu dilakukan untuk mencegah ancaman perburuan terhadap badak Jawa.
"Iya ini mengantisipasi perburuan juga, jadi jangan sampai semakin banyak open access itu semakin memudahkan orang untuk masuk," kata Kepala Balai TNUK Ardi Andono, Minggu (22/10).
Ardi menjelaskan, wilayah Semenanjung yang memiliki luas sekitar 32 ribu hektare ini merupakan tempat habitat satwa endemik badak Jawa atau Rhinoceros sondaicus. Atas hal itu, perlu ada sterilisasi dari aktivitas manusia di wilayah tersebut agar habitatnya tetap terjaga.
Menurutnya, badak Jawa memiliki sifat sensitif sehingga gangguan yang ditimbulkan oleh manusia bisa membuat badak terganggu. Saat ini, menurut dia, badak Jawa telah bergeser ke wilayah dalam bagian Semenanjung untuk mencari tempat yang aman.
"Jadi itu udah terlalu banyak orang yang datang ke situ. Kita cek dari tahun 2020, badak yang ada di situ berkurang, berpindah dia (badak) menghindari manusia. Jadi dia udah bergeser ke tempat lain yang lebih aman," ungkapnya.
Lihat juga Video 'Menyambut Kelahiran Anak Ratu Badak Sumatera di TN Way Kambas':