Kawat berduri yang menghalangi pejalan kaki di trotoar depan Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) telah bertahan melintang 'menembus' era Gubernur Joko Widodo (Jokowi), Basuki T Purnama (Ahok), hingga Anies Baswedan. Akankah Penjabat (Pj) Gubernur Heru Budi Hartono kini mampu memutus kawat tajam nan berkarat itu?
detikcom Do Your Magic mengawal aspirasi pejalan kaki ini sejak 30 Mei lalu. Pejalan kaki menuntut agar trotoar depan Kedubes AS di Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, itu dibuka setelah sekian lama ditutupi barier beton dan kawat berduri. Kelompok pemerhati hak pedestrian, Komunitas Pejalan Kaki, juga menuntut pembukaan trotoar tersebut.
Gara-gara trotoar ditutup, pejalan kaki harus melangkah keluar dari trotoar dan berjalan di badan jalan raya, badan jalan yang juga digunakan oleh kendaraan bermotor. Tak ada perlindungan bagi pejalan kaki dari kendaraan bermotor yang melaju.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sebenarnya, trotoar depan Kedubes AS ini bukan baru-baru ini saja ditutup, melainkan sudah terlalu lama ditutup. 'Hikayat' penutupan trotoar depan Kedubes AS telah berlangsung melewati era Gubernur Jokowi, Ahok, Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Sumarsono, Djarot Saiful Hidayat, hingga Anies.
Secara historis, catatan berita detikcom menunjukkan kondisi ini sudah terjadi sejak 1 Agustus 2005. Disebutkan di berita detikcom tanggal itu, trotoar dipenuhi beton sehingga para pejalan kaki harus turun ke aspal jalan. Sekadar catatan, tahun 2005 adalah era Gubernur Sutiyoso. Kala itu dan era setelahnya, Kedubes AS memang sering menjadi lokasi demonstrasi. Pengamanan juga sempat diperketat saat terjadi pengeboman di Kuningan, Jaksel, pada tahun sebelumnya.
Berdasarkan citra Google Street View, Maret 2013, kondisinya sudah lumayan mirip dengan yang ada sekarang. Saat itu adalah era Gubernur Jokowi dan Wakil Gubernur Ahok.
![]() |
Terlihat, ada barier beton dengan kawat berduri yang dipasang menghalangi trotoar depan Kedubes AS. Penutupan trotoar ini ada di titik perbatasan depan Istana Wakil Presiden RI dengan Kedubes AS. Terdapat barier beton atau moveable concrete barrier (MCB) membujur memagari area Kedubes AS (meski sebenarnya ini bukan area Kedubes AS namun trotoar untuk pedestrian), sehingga pejalan kaki tidak dapat menggunakan trotoar itu.
Berdasarkan catatan berita detikcom pada 9 Desember 2013, Ahok (kala itu Wagub DKI) menilai Kedubes AS berhak atas keamanannya. Ini diutarakannya ketika dimintai pendapat soal hak pejalan kaki yang sering dirampas pedagang kaki lima (PKL) namun untuk kasus spesifik ini ditutup demi kepentingan Kedubes AS.
"Makanya itu kan yang saya bilang, kejadiannya setelah kasus teroris itu hampir semua kedubes itu punya hak khusus untuk penanganan," ujar Ahok di Balai Kota DKI, 9 Desember 2013.
Penutupan trotoar depan Kedubes AS terus bertahan di era Gubernur DKI Jakarta selanjutnya, termasuk Ahok, Djarot, dan Anies. Kondisi tak banyak berubah.
Pada Oktober 2018, era Gubernur Anies, barier beton yang memagari trotoar depan Kedubes AS itu berubah menjadi warna-warni. Ini terlihat dari foto Google Street View. Namun tetap saja, pejalan kaki tidak bisa menginjak trotoar di sini.
Tibalah era Pj Gubernur Heru. Kabar terbaru, Heru bakal membuka trotoar ini setelah Duta Besar AS Kim Y Sung legawa bila trotoar itu dibuka untuk umum.
"Ya mungkin minggu ini," kata Heru Budi di Pasar Kwitang Dalam, Jakarta Pusat, Kamis (8/6) kemarin.
![]() |
Heru mengatakan pihaknya sedang merampungkan proses administrasi untuk pembukaan trotoar tersebut. Dia mengatakan proses pembukaan akses trotoar itu melibatkan Kedubes AS dan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI.
"Saya butuh secara administrasi di antara Kemenlu dan Kedubes. Saya butuh administrasi itu sudah dibahas, dibicarakan. Mudah-mudahan segera," kata Heru.
Akankah Heru menjadi orang pertama yang berhasil membebaskan trotoar dari kawat berduri yang telah 'menembus' era Jokowi hingga Anies?
Lihat juga Video '#SaveSiJalurKuning: 13 Rintangan Tunanetra di Trotoar Jalan Dewi Sartika':