Ketua Hukum HAM dan Advokasi Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Nasrullah, menyayangkan postingan peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, terkait penentuan 1 Syawal 1444 Hijriah yang menuai polemik. Menurut Nasrullah, sebagai seorang intelektual apalagi ASN, Thomas, harus bisa bersikap netral di media sosial.
"Menurut kami, niat baik harusnya sejalan dengan tindakan. Sebagai seorang intelektual apalagi ASN harusnya bersikap netral dalam berkomentar di media sosial, bukan justru memperkeruh suasana," kata Nasrullah kepada wartawan, Rabu (26/4/2023).
Nasrullah menuturkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, negara menjamin masyarakat untuk beribadah sesuai kepercayaan masing-masing. Hal itu, lanjut dia, termasuk perbedaan penentuan Idul Fitri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Negara oleh UUD 1945, menjamin setiap anak bangsa untuk menjalankan ibadah dan tidak boleh ada diskriminasi terhadap siapapun. Olehnya pemerintah yang memfasilitasi pelaksanaan ibadah salat Idul Fitri bagi yang berbeda dengan penetapan pemerintah sekalipun sudah merupakan kewajiban pemerintah. Dan pemerintah pun sudah menjamin itu," tuturnya.
Lebih lanjut, Nasrullah tidak melihat ada niat mendorong kesatuan dari unggahan status Thomas. Dia menyebut dalih Thomas mendorong kesatuan umat Islam sulit dimengerti.
"Berdasarkan penalaran umum yang wajar, sama sekali sulit untuk dimengerti apa kaitan antara komentarnya tersebut dengan katanya berniat untuk mendorong kesatuan umat secara nasional," imbuhnya.
Permintaan Maaf Thomas
Sebelumnya, Thomas Djamaluddin sudah menyampaikan permohonan maaf kepada Muhammadiyah atas kegaduhan yang terjadi di kolom komentar Facebooknya. Thomas mengatakan unggahannya soal perbedaan penetapan Idul Fitri 1444 Hijriah adalah sikap kritisnya dari sudut pandang astronom.
"Masih dalam suasana bermaaf-maafan, dengan tulus saya memohon maaf atas sikap kritis saya pada kriteria wujudul hilal yang saya anggap usang secara astronomi, dan sikap ego-organisasi yang menghambat dialog menuju titik temu," kata Thomas kepada wartawan, Selasa (25/4/2023).
Dia mengatakan tak membenci Muhammadiyah. Dia mengungkapkan niatnya lewat pernyataan kritis hanya untuk mendorong kesatuan umat Islam.
"Tidak ada kebencian atau kedengkian saya pada organisasi Muhammadiyah, yang merupakan aset bangsa yang luar biasa. Niat saya hanya mendorong perubahan untuk bersama-sama mewujudkan kesatuan umat secara nasional lebih dahulu," ucap Thomas.
Thomas menyampaikan pernyataan soal perbedaan hari raya kerap dia bahas. Dia berharap perbedaan tersebut disudahi.
"Saya mengulang-ulang setiap ada perbedaan hari raya untuk mengingatkan bahwa perbedaan ini mestinya bisa diselesaikan, tidak dilestarikan," ujar Thomas.
Simak juga Video: Komisi VII Minta Peneliti BRIN Andi Pangerang Diproses Hukum
Unggahan Status Thomas Djamaluddin
Thomas Djamaluddin menjelaskan awal mula dirinya mengunggah status di akun Facebook yang terkait dengan penetapan Idul Fitri 1444 hijriah. Berikut ini bunyi status Facebook Thomas yang berujung perdebatan Andi Pangerang dengan pemilik akun Ahmad Fausan S:
"Dua pertanyaan yg ditanyakan setelah Sidang Isbat kemarin, 20 April 2023. 1. Mengapa dengan hilal yang tidak mungkin dirukyat, masih dilaksanakan kegiatan rukyat di banyak titik?; 2. Mengapa perlu diadakan sidang isbat? Sementara beberapa tokoh Muhammadiyah mengusulkan sidang isbat ditiadakan. Ini jawaban saya," tulis Thomas, dikutip detikcom, Selasa (25/4/2023).
Dalam unggahan itu, Thomas menyertakan tautan artikel yang memuat penjelasannya. Thomas mengatakan, lalu ada pemilik akun Aflahal Mufadilah yang menulis di kolom komentar, 'Akhirnya hanya tanya, kurang bijaksana apa pemerintah kita? Di tengah perbedaan yang melanda, sebab segelintir umat Islam memilih teguh berbeda, pemerintah jua masih menyeru semua bertenggang rasa'.
Thomas mengaku menanggapi komentar pemilik akun Aflahal Mufadilah dengan kalimat, 'Ya. Sudah tidak taat keputusan pemerintah, eh masih minta difasilitasi tempat Salat Id. Pemerintah pun memberikan fasilitas.'
Thomas mengatakan Andi langsung menuliskan kalimat ancaman di kolom komentar, yang menurutnya tak terkait konteks pembicaraannya dengan pemilik akun Aflahal Mufadilah.
"Komentar AP Hasanuddin tidak terkait langsung dengan tanggapan saya. AP Hasanuddin menanggapi Ahmad Fauzan (pemilik akun FB lainnya). Kronologi komentar sampai komentar AP Hasanuddin tidak saya ketahui, karena sudah dihapus oleh Aflahal Mufadilah," jelasThomas.
Kini, Thomas dan Andi Pangerang dipolisikan buntut adu argumen di media sosial tersebut.