Angka stunting di wilayah Alor Barat Daya tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Menerima data itu, Kapolsek Alor Barat Daya Iptu Jeane Sakalla tak tinggal diam, dia bergerak meningkatkan asupan gizi anak-anak di wilayahnya.
Polisi wanita (polwan) yang bertugas sebagai Kapolsek Alor Barat Daya itu disebut menjadi orang tua asuh bagi anak-anak stunting di sana. Hal itu yang yang membuatnya diusulkan oleh Zadrak Federik, warga Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai kandidat penerima Hoegeng Awards 2023 melalui formulir digital http://dtk.id/hoegengawards2023.
detikcom lalu menghubungi Zadrak untuk menggali lebih dalam sosok Iptu Jeane dan apa saja yang dilakukannya untuk menurunkan angka stunting di Alor Barat Daya. Hal itu mulai dilakukannya sejak menjabat sebagai Kapolsek pada Maret 2022.
Anak-anak yang mengalami stunting tersebut berusia di bawah 5 tahun. Zadrak menyebut stunting anak di Alor Barat Daya kerap diakibatkan oleh ketidaktahuan masyarakat.
"Belum berjalan setahun, beliau (Iptu Jeane) langsung melakukan gebrakan-gebrakan di mana beliau benar-benar melihat anak-anak stunting yang prihatin sekali. Karena mereka di sana itu telur bisa ditukar dengan mi untuk bisa makan sekeluarga. Nah itu salah satu yang menyebabkan kekurangan gizi anak-anak. Akhirnya beliau langsung inisiatif mengangkat mereka sebagai anak asuh," kata Zadrak kepada detikcom, Rabu (15/2/2023).
Zadrak mengatakan Iptu Jeane bersama jajarannya kerap membagikan makanan bergizi seimbang kepada anak-anak. Makanan tersebut dibagikan di Mako Polsek Alor Barat Daya.
Sepengetahuan Zadrak, Iptu Jeane menyisihkan gajinya untuk bagi-bagi makanan. Dia turut dibantu anggotanya di Polsek.
"Mereka membiayai itu tanpa ada support dari mana-mana, mereka orang Polsek sendiri yang melakukan, jadi luar biasa. Artinya yang dulunya telur tukar mi itu sudah tidak lagi, sudah teratasi. Jadi dari pihak Polsek Alor Barat Daya itu setiap anggota mereka ngumpul, sisihkan gaji mereka, untuk membantu anak-anak yang stunting ini," tuturnya.
Tak hanya memberi makanan bergizi, Zadrak juga menyebut Iptu Jeane juga merawat anak-anak tersebut. Anak-anak tersebut juga disediakan ruang belajar di Mako Polsek.
"Terus mereka merawat sekalipun setelah makan. Jadi bukan sekadar menangani kesehatan mereka aja terkait stunting, mereka juga diajak membaca, belajar, setelah bermain. Sangat luar biasa yang saya lihat dilakukan oleh Ibu Jeane ini," ucap Zadrak.
Ajak Masyarakat Tanam Kelor Merah
Iptu Jeane juga disebut mengajak masyarakat untuk menanam kelor merah. Zadrak mengatakan hal itu juga sebagai upaya memperbaiki gizi anak-anak di sana.
"Kegiatan dia juga sangat membantu terkait kegiatan penanaman kelor untuk gizi anak. Itu juga menunjang gizi anak untuk penanganan stunting," jelasnya.
Selain dana swadaya dari masyarakat, Zadrak menyebut Iptu Jeane turut membiayai kegiatan itu. Kelor merah tersebut juga bisa membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Kelor merah itu yang sekarang lagi dicanangkan, ditanam sekitar 3-4 hektare itu khusus di Alor Barat Daya itu yang punya. Benar sekali (untuk meningkatkan perekonomian masyarakat), selain untuk penanganan stunting," imbuhnya.
Kesaksian Orang Tua yang Anaknya Stunting
Cerita lainnya datang dari Delila Bain, orang tua kandung dari salah seorang anak yang mengalami stunting di Alor Barat Daya. Dia mengatakan Iptu Jeane selalu mengajak anaknya untuk menyantap makanan bergizi yang telah disediakannya setiap hari Senin sampai Jumat.
"Anak saya juga termasuk stunting. Kami makan dari bulan April 2022 sampai sekarang kami setiap hari makan jam 08.00 WITA. Habis makan baru kami pulang untuk melakukan aktivitas di rumah," kata Delila.
Delila juga mengatakan bahwa kini anaknya telah memiliki gizi lebih baik dari sebelumnya. Berat badan anaknya pun sudah bertambah dibanding sebelum kedatangan Iptu Jeane di Alor Barat Daya.
"Anak saya usianya sekarang 2,5 tahun, punya berat badan dari 6,9 kg sampai sekarang sudah naik 8,2 kg," ucapnya.
Menu yang dihadirkan antara lain bubur kacang hijau, telur, sayur-mayur, dan makanan bergizi lainnya. Delila sangat berterima kasih dengan adanya program yang diadakan Iptu Jeane tersebut.
Upaya Turunkan Angka Stunting di Alor Barat Daya
Dihubungi terpisah, Iptu Jeane menceritakan upayanya menurunkan angka stunting di Alor Barat Daya. Dia tergerak melakukan itu karena melihat angka stunting di Kecamatan Alor Barat Daya tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Saya berkoordinasi dengan pihak Puskesmas. Dari situ saya dapat data anak-anak stunting, kemudian saya datangi satu-satu yang dekat dengan wilayah Polsek saya. Karena kalau saya kasih bantuan gelondongan, mungkin kurang tepat sasaran," kata Iptu Jeane.
Awalnya, ada 16 anak stunting yang dirawat olehnya, kemudian bertambah lagi 20 anak, hingga total mencapai 36 anak. Dari 36 anak tersebut, sebanyak 32 anak telah memenuhi gizi target anak.
"Dari 36 anak asuh itu, 32 itu sudah memenuhi target gizi, yang 4 belum karena punya penyakit bawaan," tuturnya.
Saat ini yang dilakukan Iptu Jeane adalah mengajak masyarakat datang ke Mako Polsek Alor Barat Daya untuk menyantap makanan bergizi yang telah disediakan. Dia menyediakan makanan bergizi tersebut setiap hari Senin sampai Jumat.
"Mereka datang setiap hari dari Senin sampai Jumat. Pagi jam 07.00 WITA itu mereka datang ke Polsek udah bisa makan pagi. Makannya macam-macam, bisa kacang hijau, puding, susu, sayur-sayuran, lauknya ada ikan gitu," bebernya.
Iptu Jeane mengajak Puskesmas setempat untuk bekerja sama dalam kegiatannya itu. Dia meminta Puskesmas untuk terus memeriksa kondisi anak-anak di sana.
"Kemudian saya minta dari Puskesmas untuk periksa kesehatan mereka. Jadi mereka ditimbang atau dipantau pertumbuhan dan kesehatan mereka," ungkapnya.
Kegiatan itu masih berjalan hingga saat ini. Iptu Jeane bersama jajarannya patungan dengan menyisihkan gajinya untuk membiayai kegiatan itu.
"Dari pribadi, jadi kami sama anggota saya urunan. Jadi ini kan hanya karena kami peduli," jelasnya.
Selain memberikan makanan bergizi, Iptu Jeane juga membangun ruang baca untuk anak-anak di kantornya. Dia memanfaatkan gedung lama di sana untuk kemudian direvonasi.
"Saya buka juga pojok baca di Polsek. Gedung lama tidak terpakai saya renovasi, saya buatkan pojok baca. Biasanya kalau mereka pulang sekolah sore-sore main ke Polsek untuk baca untuk anak-anak SD," bebernya.
Ajak Masyarakat Bikin Kelompok Tani
Menurutnya, penyebab stunting di Alor Barat Daya adalah pengetahuan masyarakat yang minim tentang makanan bergizi. Padahal, lanjutnya, sumber daya alam di sana cukup untuk masyarakat.
"Saya bilang pas kasih makan itu, kita manfaatkan alam yang ada di sekitar kita. Misalnya telur jangan dijual terus ditukar mi, tapi untuk diberikan ke anak-anak. Atau diberi daun kelor, saya kasih tahu mereka, daun kelor itu satu gelas airnya kandungan gizinya sama dengan 9 gelas susu. Saya sering memotivasi mereka begitu," imbuhnya.
Dari sana, dia mengajak masyarakat untuk membentuk kelompok tani. Hal itu dilakukan untuk menanam bahan pangan yang memiliki gizi baik untuk anak-anak.
"Kalau sumber daya alam menurut saya sangat-sangat cukup. Makanya saya selain itu punya kelompok tani binaan. Jadi untuk tanam kelor, jagung. Sumber dayanya itu sangat cukup, saya menggalakkan untuk menanam kelor. Karena kelor itu kandungan gizinya luar biasa," tuturnya.
Alasannya mengajak masyarakat menanam kelor karena perawatannya mudah dan cenderung tidak memerlukan biaya besar. Serta mudah menanam di NTT, dan tak perlu memiliki lahan yang luas untuk menanamnya.
"Saya ngajak tanam kelor karena bagi saya mudah sekali tumbuh di NTT. Kemudian kelor itu tidak butuh biaya perawatan, jadi hanya setek saja. Kalau setek itu kita bisa panen sampai 30 tahun, kalau anakan bisa 60 tahun. Kemudian harga kelor itu bagus, kalau yang mentah Rp 5 ribu per kilo. Kalau mereka tidak punya kebun, cukup jadikan kelor sebagai tanaman pagar saja," ucapnya.
(rdh/tor)