Bripka Puguh Agung Dwi Pambuditomo sangat perhatian terhadap pendidikan anak-anak difabel atau berkebutuhan khusus, khususnya di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Bagi Bripka Puguh anak-anak difabel memiliki hak yang sama dengan anak normal, termasuk hak untuk mendapat pendidikan yang layak.
Cerita tentang anggota Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Blora yang memfasilitasi pendidikan anak-anak difabel di Blora itu mendapat apresiasi positif dari warga Blora bernama Aria Rusta dan Muji. Bripka Puguh diusulkan menjadi kandidat Hoegeng Awards 2023 melalui formulir digital http://dtk.id/hoegengawards2023.
detikcom mendalami lebih dalam kisah Bripka Puguh kepada Aria. Dia bercerita pertama kenal Bripka Puguh pada 2022 dan ia pun seketika kagum atas dedikasi Bripka Puguh yang meluangkan waktu untuk mengajar dan melatih keterampilan anak-anak disabilitas di Kecamatan Randublatung, Blora.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang sudah lama Pak Puguh ini membantu anak-anak yang berkebutuhan khusus. Banyak anak-anak (difabel) yang diedukasi, karena Pak Puguh ini memang berempati banget, meluangkan waktunya untuk anak-anak difabel," kata Aria kepada detikcom, Selasa (14/2/2023).
![]() |
Aria mengatakan Bripka Puguh kerap mengajarkan keterampilan anak didiknya itu seperti menggambar, menyanyi, hingga membatik. Ia menganggap Bripka Puguh pejuang pendidikan anak difabel di Blora karena kegigihannya memperjuangkan tempat yang layak agar anak-anak difabel itu mendapat tempat pendidikan yang layak.
"Dia memang lagi memperjuangkan ada sekolah di daerah Kecamatan Randublatung itu. Jadi ada sekolah yang sudah tidak terpakai nih, daripada mangkrak kan mending dipakai buat anak-anak yang difabel agar meskipun mereka itu berkebutuhan khusus paling nggak-nggak merepotkan orang lain, dia punya karya. Kalau emang anak difabel ini jago nyanyi ya dikasih pelatihan untuk bernyanyi," jelasnya.
Aksi-aksi baik Bripka Puguh terhadap anak-anak difabel juga diungkap oleh Muji. Menurutnya, Bripka Puguh rela jauh-jauh dari Polres Blora atau rumahnya di pusat Blora ke lokasi tempat dirinya mengajar dan melatih keterampilan anak-anak difabel.
"Dia sangat concern karena tempat (anak-anak) difabelnya dengan kantornya itu jauh banget, kalau sekarang jalannya sudah mulus baru-baru dibangun. Kalau dulu sekitar tahun 2020-an itu jalannya jelek banget, itu pun dia tetep nekat menyempatkan diri untuk datang ke daerah situ, itu di daerah Randublatung itu kalau jalan mulus seperti ini ya 30 menit, kalau dulu lebih dari sejam," ucapnya.
Muji menyebut Bripka Puguh sebagai sosok orang yang tidak tegaan, termasuk kepada anak-anak berkebutuhan khusus. Dia telah mengenal Bripka Muji sejak tahun 2020.
Dia mengatakan polisi asli Blora itu kerap memakai uang pribadinya untuk pulang-pergi ke sekolah tempat anak didiknya itu. Bahkan Bripka Puguh, kata dia, pernah membiayai anak didiknya yang memiliki potensi di bidang olahraga panjat tebing untuk ikut lomba di Aceh. Tak sia-sia, anak didik Bripka Puguh itu mendapat medali perunggu dalam kejuaraan tersebut.
"Kemarin itu tuh ada atlet difabel bimbingannya, dia kan ikut lomba di Aceh, panjat tebing atau apa itu tanpa biaya dari pemerintah, itu dari Mas Puguh-nya pakai uang pribadinya," ujarnya.
Bangun Rumah Belajar untuk Anak Difabel
Dihubungi terpisah, Bripka Puguh menceritakan awal mula dirinya memiliki perhatian lebih terhadap anak yang memiliki kebutuhan khusus. Menurutnya, anak-anak difabel harus diberikan hak yang sama, termasuk dalam hal akses pendidikan.
"Awalnya itu dengan keprihatinan saya karena pada dasarnya setiap anak mempunyai hak-hak untuk mendapatkan pendidikan. Sedangkan di wilayah Kecamatan Randublatung itu tidak ada sekolah luar biasa, jikapun ada itu harus ke Kota Blora itu jaraknya sekitar 32 sampai 35 kilometer ditempuh waktu sekitar 1 jam," ujarnya.
Selain jaraknya yang jauh, kondisi ekonomi para orang tua dari anak-anak difabel di Randublatung tidak memungkinkan karena mayoritas berprofesi sebagai buruh tani dan kuli. Ia pun bersama temannya, Suhariyanto, berinisiatif mendirikan rumah belajar untuk anak-anak difabel.
"Kita berinisiatif membuat rumah belajar dulu pertama, sekitar 5-6 tahunan (lalu). Awalnya sih kita mendatangkan guru-guru yang mengajar di SLB, kita mendatangkan, kita membayar," katanya.
Awalnya murid di rumah belajar itu berjumlah 3 anak difabel. Terus berkembang, jumlah anak-anak difabel yang dititipkan orang tuanya untuk ikut belajar di rumah belajar itu semakin banyak.
"Setelah 30 anak itu jadi masalah buat kami, rumah kami tidak muat untuk meja kursi untuk pembelajaran siswa itu, karena setiap siswa kan memiliki keterbatasannya sendiri-sendiri dan mereka itu harus belajarnya juga tidak bisa satu ruangan karena kebutuhan mereka berbeda-beda," ucapnya.
Tiga tahun lalu, Bripka Puguh dan Ato--sapaan akrab Suhariyanto--nekat pergi ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah di Semarang. Tujuannya adalah untuk meminta pinjam unit sekolah di Randublatung yang sudah tak lagi tidak dipakai.
"Kita ke Semarang pakai motor, kita meminta pinjam pakai unit sekolah yang sudah tidak digunakan, kan ada SD 5 Wulung Randublatung itu yang sudah sekitar 4-5 tahun nggak dihuni terus kita pinjam unit sekolah dan kita mendapatkan surat untuk pinjam pakai 5 tahun dan nanti lihat perkembangannya, kalau dalam tahun-tahun berikutnya mungkin bisa dihibahkan untuk pemerintah provinsi," jelasnya.
Setelah mendapat izin untuk pinjam pakai, kegiatan mengajar dan melatih anak-anak difabel di rumah belajar itu pindah ke sekolah yang secara administrasi masih memakai nama Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Jepon kampus 2. Karena sudah memiliki tempat belajar, Bripka Puguh pun semakin semangat mengajak anak-anak difabel untuk bisa mendapat pendidikan layak secara gratis.
"Berjalannya waktu kita mencari ke desa-desa di wilayah 4 kecamatan di sana ya, termasuk kecamatan yang ada di sebelah kota kami, Grobokan. Kami berkoordinasi dengan perangkat desa, dengan lurah mungkin ada warga warganya yang berkebutuhan khusus dan tidak sekolah, kami datangi terus kami ajak mereka sekolah dan alhamdulillah sampe saat ini siswa kami sudah terkumpul 131," ujarnya.
Keliling ke Rumah-rumah Anak Difabel
Bripka Puguh mengajar keterampilan menggambar, mewarnai, melukis, menyanyi dan membatik ecoprint di SLB tersebut. Dengan dibekali keterampilan itu, anak-anak difabel ini diharapkan bisa berkarya dan memiliki usaha sendiri.
"Jadi saya berinisiatif untuk mengembangkan di bidang menggambar, menyanyi, membatik ecoprint itu supaya ke depannya bisa mencari uang atau berusaha di bidang keterampilan dan kesenian tersebut," ucapnya.
Selain berkegiatan mengajar keterampilan di SLB, Bripka Puguh juga kerap berkeliling seminggu sekali ke rumah-rumah anak didiknya. Semua itu dilakukan ketika Bripka Puguh telah menyelesaikan tugas dinasnya sebagai polisi di Polres Blora.
"Saya sudah dibekali surat perintah dari Bapak Kapolres. Jadi saya setiap Minggu ada surat perintah untuk mengajar, setiap hari minggu di luar jam dinas biar nggak mengganggu kedinasan," katanya.
"Mengajarnya saya kalau pembelajaran besar itu biasanya di sekolahan, SLB. Cuma kalau yang kecil-kecil ada yang menyanyi, menggambar, mewarnai itu tidak semua orang, jadi saya ke rumah-rumah mereka dan mendatangi mereka-mereka yang jarang masuk sekolah kendalanya apa dan sebagainya," tambahnya.
![]() |
Pakai Uang Pribadi
Meskipun sudah mendapat surat perintah dari Kapolres Blora, biaya akomodasi kegiatannya itu Bripka Puguh tetap memakai uang pribadinya. Bripka Puguh bercerita ketika dirinya membiayai anak didiknya ikut kejurnas panjat tebing di Aceh. Ia menguras tabungannya hingga menjual kambing peliharaannya untuk menanggung biaya akomodasi selama anak didiknya itu di Aceh.
"Kemaren sampe atlet panjat tebing atlet sampai nasional, sampe Aceh saya dampingi. Satu-satunya atlet difabel ikut kejurnas dapat medali perunggu. Iya, (biaya kejuaraan atlet) jual-jual kambing yang di rumah, karena di rumah ternak kambing. Dijualin buat biaya pesawat ke sana (Aceh), (Habis) sekitar Rp 8,7 jutaan," ujarnya.
Jauh hari sebelum SLB yang diperjuangkan Bripka Puguh resmi diakui Dinas Pendidikan Jawa Tengah, ia juga kerap merogoh kocek sendiri dan mencari donasi untuk membayar gaji guru dan lain sebagainya. Namun, dalam setahun terakhir ini segalanya sudah ditanggung oleh Dinas Pendidikan Jawa Tengah.
"Makannya saya masih berjuang supaya segera SLB Negeri Randublatung, kemarin sudah deal tukar guling, tukar tanah sama yang di Randu bekas SD itu. Insyaallah bulan-bulan depan mungkin Pak Ganjar mau meresmikan SLB itu," imbuhnya.
Simak juga Video: Bripka Sandi Dirikan Sekolah Gratis di Sukabumi: Amanat Ortu