Nama Ipda Hizki Ervando, salah satu BKO vaksinator COVID-19 pada 2021, diusulkan oleh pembaca detikcom dan masyarakat dalam Hoegeng Awards 2023. Ipda Hizki disebut memiliki dedikasi dan kontribusi yang tinggi dalam meningkatkan angka capaian vaksin COVID-19 di wilayah Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara.
Pengusul Ipda Hizki adalah Julfaisal Panggola, yang bertugas menjadi koordinator vaksinasi di Puskesmas Bobong, Kabupaten Pulau Taliabu. Julfaisal mengusulkan Ipda Hizki melalui formulir online di tautan http://dtk.id/hoegengawards2023.
"dr Hizki pernah dibantukan dalam kegiatan vaksinasi di Kabupaten Pulau Taliabu. Kebetulan saya pernah menjadi partner kerja dalam melakukan kegiatan vaksinasi. Saya saksikan sendiri dr Hizki punya dedikasi dalam melaksanakan kegiatan vaksinasi di daerah kami, tak pernah lelah kami mengunjungi 71 desa yang ada di Kabupaten Pulau Taliabu dalam kegiatan vaksinasi," kata Julfaisal dalam usulannya melalui formulir digital yang diterima detikcom, Kamis (2/2/2023).
detikcom kemudian menghubungi Julfaisal untuk mendalami kisah Ipda Hizki tersebut. Sebelum dia datang, Julfaisal mengatakan angka capaian vaksinasi di Kabupaten Pulau Taliabu relatif rendah.
"Kebetulan saya kenal waktu dia tugas di sini Oktober 2021 sampai Februari 2022. Karena pernah bertugas di wilayah tugas saya, saya sebagai koordinator vaksinasi di Puskesmas Bobong. Jadi sering kita sama-sama ikut kegiatan. Jadi sebelumnya, kami di sini punya capaian vaksinasi itu masih rendah sekali. Kemudian kami diperbantukan dokter dari Mabes Polri, ada tiga orang termasuk dokter Hizki," ucapnya.
Tiga dokter yang diperbantukan tersebut kemudian bergerak sendiri-sendiri. Ipda Hizki ditempatkan di Kabupaten Pulau Taliabu bersama Julfaisal. Julfaisal mengatakan di wilayahnya tersebut kekurangan dokter, sehingga vaksinasi tidak bisa dilakukan dengan cara mendatangi rumah masing-masing warga.
"Karena kami di sini kekurangan dokter, kami tidak bisa mobile sampai ke desa-desa yang di pelosok. Kebetulan waktu dokter Hizki dan kawan-kawan datang, kita turun sampai ke desa-desa yang paling terpelosok yang tidak bisa dijangkau dengan kendaraan motor, kita jalan kaki sampai 71 desa. Bahkan saya punya pengalaman dengan dokter Hizki, pernah kita dalam perjalanan kurang lebih jam 23.00 WIT ban mobil kita bocor di hutan. Jadi kita jalan kaki itu kurang lebih 9 km dari hutan sampai ke pantai. Baru nanti dijemput lagi dengan speedboat di pantai," ucapnya.
![]() |
Kegiatan vaksinasi yang dilakukan bisa memakan waktu yang panjang. Bahkan setelah beristirahat setelah menggelar vaksinasi ke kawasan-kawasan terpencil, dia bersama Ipda Hizki kembali membuka posko vaksinasi di kawasan perkotaan.
"Jadi kita itu kegiatan mobile dari pagi pergi sampai pulang Subuh jam 5 pagi baru sampai ke desa yang satu. Jadi kalau pada saat kita balik ke pusat kabupaten selama tiga hari itu pun tidak istirahat. Kita buka posko lagi di pelabuhan, di pinggir jalan. Jadi vaksinasi kita tidak tunggu di posko, tapi kalau masyarakat sini di posko itu tidak ada yang vaksin. Jadi kita mobile rumah ke rumah," imbuhnya.
Salah satu tantangan yang dihadapinya adalah warga yang menolak divaksin. Sejumlah cara dilakukan Ipda Hizki agar masyarakat bersedia divaksin.
"Sebelum vaksin mereka beri sosialisasi, yakinkan masyarakat dulu. Bahkan kegiatan vaksin di sini itu kita sering jalan malam, tengah malam, masyarakat sudah tidur baru kita sampai di rumah. Karena kalau kita jalan siang itu tidak ada masyarakat di rumah karena kebanyakan aktivitas di kebun," tuturnya.
Terjang Gelombang Laut dan Hewan Buas untuk Vaksin
Dihubungi terpisah, Ipda dr Hizki Ervando menceritakan pengalamannya melakukan vaksinasi COVID-19 di pelosok Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara. Mulanya, dia mendapatkan tugas dari Mabes Polri untuk membantu meningkatkan capaian vaksinasi di sana. Hasilnya, peningkatan cukup drastis terjadi di sana.
Dia turut mendatangi rumah-rumah masyarakat di sana. Medan yang dilaluinya cukup berat, mulai dari faktor alam hingga hewan buas.
"Jadi di Pulau Taliabu itu saya kurang lebih tiga bulan. Dulu capaian vaksinasinya itu masih rendah, sekitar 18 atau 22 persen. Kemudian setelah tiga bulan di sana, sampailah 60 atau 70 gitu ya sampai akhir Januari 2022 kalau nggak salah. Di sana memang wilayahnya masih ada yang belum ada listrik, transportasi kita masih menggunakan speedboat, menggunakan jalur laut. Kondisinya bergelombang juga, berangin, belum lagi ada binatang buas ya, buaya di sana. Jadi kita menelusuri wilayah itu dari desa ke desa, dari pagi sampai kadang subuh," kata Ipda Hizki.
Untuk mencapai Kabupaten Pulau Taliabu, harus menempuh perjalanan beberapa hari dari ibu kota Maluku Utara yaitu Kota Ternate. Dibutuhkan waktu dua hari satu malam perjalanan laut dari Kota Ternate menuju Kabupaten Sula. Kemudian dilanjut perjalanan satu hari satu malam melalui jalur laut dari Kabupaten Sula menuju Kabupaten Pulau Taliabu.
"Di Kabupaten Taliabu itu nama kotanya Bobong, kemudian kita berangkat itu ke kecamatan-kecamatan. Kecamatan-kecamatan itu melalui jalur laut, jadi kita naik perahu, speedboat. Ada yang lewat darat, tapi medannya tanah," ungkapnya.
![]() |
Salah satu penyebab angka capaian vaksinasi di sana rendah, lanjutnya, masyarakat masih ada yang termakan hoaks. Kemudian dia bersama timnya memberi penjelasan kepada masyarakat secara medis terkait vaksinasi COVID-19.
"Waktu itu saya pernah diusir, karena wilayahnya di sana masih ada yang belum menerima vaksin, dengan alasan termakan zaman hoaks kemarin. Maksudnya kalau vaksin itu apalah dimasukkan ke dalam tubuh gitu. Jadi kita mencoba menjelaskan dari segi kesehatan agar masyarakat bisa menerima secara medis bahwa vaksin itu untuk kekebalan, fungsi imunitas tubuh," ujarnya.
Ipda Hizki turut menggandeng tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat untuk menangkal hoaks terkait COVID-19 di sana. Mereka yang nantinya membantu menjelaskan bahwa vaksin aman untuk dilakukan.
"Strategi yang kami lakukan adalah kami bersama dengan kapolres dan kapolseknya mengajak para Bhabinkamtibmas, kita gerakkan mengunjungi tokoh agama dan tokoh masyarakatnya. Ketika mereka sudah kita berikan penjelasan, baik Ketua RT dan RW, baru kita akan datangi mereka. Itu barulah ada stigma hoaks itu berubah, ternyata vaksin itu aman. Pernah secara medis tidak ada masalah, ada juga yang mengaitkan tentang kehalalan dari vaksin tersebut. Nah itu kita bantu bersama-sama dengan tokoh untuk memberikan informasi lebih," terangnya.
"Kemudian beberapa kali saya melakukan booster itu dengan mendahulukan kita dokternya. Jadi kita dahulu dan disaksikan oleh mereka. Ternyata dokternya sendiri sudah divaksin dan aman," sambungnya.
Ipda Hizki bercerita salah satu pengalamannya yang tak terlupakan selama bertugas di Pulau Taliabu. Suatu ketika, dia bersama timnya merujuk salah satu warga yang diduga terserang penyakit tifus.
"Karena di sana itu akses yang sulit. Jadi waktu itu ada seorang ibu sakit, saya curiga tifus. Sudah dehidrasi, tidak makan, tapi kita berusaha pasang infus untuk mempersiapkan proses rujukan. Itu kita lakukan. Artinya sebagai dokter dan anggota Polri, kita harus memberikan pelayanan walaupun di tugas kita. Jadi selain vaksin, kita tidak melupakan kemanusiaan," tuturnya.
Di luar tugasnya menjadi vaksinator, Ipda Hizki juga memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Kabupaten Pulau Taliabu. Sebab menurutnya, warga di sana kerap mendiamkan orang yang sakit karena kesulitan mendapat akses menuju fasilitas kesehatan.
"Nah itu saya dengan tim datang dan kita obati. Apa yang kita bisa berikan, kita berikan. Karena kalau menunggu dari Puskesmas bisa sebulan sekali bahkan. Mengingat aksesnya kendaraan agak sulit. Kemudian kita memberikan pelayanan tidak melihat jam kerja. Subuh pun kita layani, pagi, kemudian malam kita layani. Karena masyarakat di sana ada yang bekerja sebagai nelayan yang mulai beraktivitas malam hari. Jadi kita datangi malam dan subuh gitu. Kalau kita ikut jam kerja mungkin sulit diterima, kita layani mereka," imbuhnya.
Selain bertugas di Polri, Ipda Hizki juga aktif dalam kegiatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di wilayah tempat tinggalnya. Dia turut aktif dalam kegiatan donor darah dan pelayanan kesehatan di masyarakat.
(rdh/bar)