Kisah Ipda Fridus, Polisi Penolong Warga di Perbatasan RI-Timor Leste

ADVERTISEMENT

Hoegeng Awards 2023

Kisah Ipda Fridus, Polisi Penolong Warga di Perbatasan RI-Timor Leste

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Kamis, 02 Feb 2023 13:00 WIB
Ipda Albertus Fridus Bere
Ipda Albertus Fridus Bere (Foto: dok. istimewa)
Jakarta -

Perwira pertama (pama) Polres Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Ipda Albertus Fridus Bere, diusulkan menjadi kandidat penerima Hoegeng Awards 2023. Integritas Ipda Fridus mengamankan perbatasan sempat mendapatkan penghargaan dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Ipda Fridus diusulkan oleh salah satu pembaca detikcom yang bekerja di perbatasan Indonesia dengan Timor Leste, Sigiranus Marutho Bere, melalui formulir online di tautan http://dtk.id/hoegengawards2023. Sigiranus mengenal sosok Ipda Fridus karena juga bekerja di daerah perbatasan Kabupaten Malaka, NTT dengan Distrik Suai, Timor Leste.

Sigiranus bercerita Ipda Fridus adalah sosok yang berprestasi dalam bertugas. Ipda Fridus, menurutnya, juga sosok yang memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi.

detikcom kemudian menghubungi Sigiranus guna menggali lebih lanjut sosok Ipda Fridus. Giran, begitu sapaan Sigiranus, menyebut warga hingga pemerintah setempat mengenal Ipda Fridus memiliki sepak terjang yang baik selama menjaga Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motamasin, Malaka, NTT. Giran juga merupakan teman Fridus sejak SMA.

"Dia itu banyak testimoni dari masyarakat sampai pihak pemerintah daerah tingkat kecamatan juga tahu sepak terjang beliau baik," kata Giran kepada detikcom, Selasa (31/1/2023).

Ipda Albertus Fridus BereIpda Albertus Fridus Bere (Foto: dok. istimewa)

Giran lantas bercerita salah satu kejadian saat Ipda Fridus menjabat sebagai Kepala Pos Polisi (Kapospol) Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motamasin. Dia menyebut Ipda Fridus pernah membantu wanita Timor Leste sedang sakit keras yang tidak memiliki dokumen untuk berobat ke Indonesia.

Peristiwa itu, kata Giran, terjadi pada Januari 2018. Wanita Timor Leste tersebut diantar oleh kerabatnya menggunakan sepeda motor.

"Pada saat sampai perbatasan dicegat oleh aparat karena tidak punya dokumen paspor. Nah, Fridus sebagai Kepala Pos Polisi Lintas Batas Motamasin melihat kondisi ibu ini nyaris ambruk dari sepeda motor. Karena mempertimbangkan kemanusiaan, meskipun tidak ada dokumen, dia kemudian menyuruh mereka melanjutkan perjalanan ke rumah sakit," tutur dia.

Ipda Fridus juga disebut mencarikan mobil pikap agar wanita tersebut dapat sampai dengan cepat ke rumah sakit. Wanita tersebut, kata Giran, menderita penyakit kuning.

"Kemudian Fridus sampaikan bahwa 'ibu berobat saja sampai sembuh, baru balik ke Timor Leste' waktu itu dibawa ke rumah sakit, memang karena gerakan cepat sehingga dia sembuh. Seluruh badannya kuning semua, jadi waktu itu terlambat sedikit saja sudah lewat, sudah meninggal itu," jelasnya.

Giran menyebut Ipda Fridus sering kali membantu warga yang memiliki kendala saat melintas di perbatasan. Karena pengabdiannya itu, Ipda Fridus mendapatkan penghargaan dari Kapolri untuk melanjutkan pendidikan Sekolah Inspektur Polisi (SIP) pada 2022.

"Sering itu beliau bantu orang, sering bantu dokumen-dokumen yang belum lengkap, karena sebagai Kapospol di situ beliau bertugas menjaga perbatasan jadi ada masalah seperti itu dia pasti bantu. Makanya dia waktu itu pangkatnya belum perwira, dia diganjar penghargaan oleh Kapolri," jelasnya.

Giran juga bercerita soal kebaikan yang dilakukan oleh Ipda Fridus yang membantu ibu melahirkan pada 2020. Saat itu, ibu tersebut tidak memiliki biaya untuk bersalin di rumah sakit.

"Pernah ada satu kejadian dia bantu salah satu ibu melahirkan ditolong ke rumah sakit karena tidak punya apa-apa. Identitas nggak ada, sama duitnya nggak ada, jadi waktu itu ibu mau daftar di loket ditolak, kemudian ibu itu menangis di depan rumah sakit," jelasnya.

Sosok Ipda Fridus juga disebut orang yang ringan tangan. Banyak warga yang datang ke rumahnya untuk mengucapkan terima kasih karena telah dibantu.

"Keluarga dari orang yang dia tolong itu semua ke rumahnya, jadi mereka anggap ini sudah jadi keluarganya 'kami tidak bisa bantu apa-apa selain datang berkunjung ke rumah Bapak dan sampaikan terima kasih', ringan tangan orangnya," sebut dia.

Ipda Albertus Fridus BereIpda Albertus Fridus Bere (Foto: dok. istimewa)

Dapat Penghargaan dari Kapolri

Ipda Fridus menceritakan alasan dirinya mendapatkan penghargaan untuk sekolah SIP dari Kapolri. Fridus menjaga perbatasan tanpa masalah, berdedikasi tinggi, berintegritas, loyalitas dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas. Ipda Fridus juga menyertakan surat keputusan Kapolri tertanggal 9 Juni 2022 itu.

"Kemarin dapat penghargaan dari Pak Kapolri untuk perbatasan, karena lama bertugas di perbatasan tanpa ada masalah apa-apa jadi diberi kesempatan untuk sekolah SIP dan sudah selesai kembali ke Polres perbatasan asal dan sekarang lanjut Litbang di Bogor Megamendung, satu bulan, nanti bulan depan kembali," kata Fridus kepada detikcom.

Fridus bertugas di Pos Lintas Batas Negara dari 2015 hingga 2022. Saat ini, Ipda Fridus sebagai Pama di Polres Malaka, NTT.

Beragam berita yang dialami Ipda Fridus selama menjaga pos lintas batas negara. Ipda Fridus sempat mencegah warga yang masuk dan keluar Indonesia secara ilegal.

"Kalau selama ini ilegal, pelintas ilegal, tapi kalau kita tangkap juga kita serahkan ke imigrasi yang punya kewenangan untuk urus orang," jelasnya.

Salah satu cerita yang masih diingat Fridus adalah saat mengizinkan warga Timor Leste yang tak memiliki dokumen lengkap masuk ke Indonesia untuk berobat pada tahun 2018. Wanita Timor Leste itu disebut mengalami sakit parah.

"Yang namanya orang sakit pasti tidak bisalah secara aturan, tapi karena kondisinya badan kuning semua, habis semua, kurus, tidak bisa jalan harus dipegang tangannya kiri kanan. Yang bersangkutan harus berobat di Indonesia, tapi terkendala aturan yang kita lihat 'ya sudah, biar masuk saja, ada risiko apa-apa kita siap tanggung jawab'," kata Fridus.

Selain itu, pada 2021, Ipda Fridus mengatakan pihaknya membuat laporan kegiatan di seluruh perbatasan. Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motamasin mendapatkan nilai yang paling tinggi.

"Di 2021 dalam rangka mendukung 100 hari kerja Kapolri kami yang di seluruh perbatasan ditugaskan oleh Divhubinter untuk membuat laporan kegiatan di perbatasan dan pos kami yang unggul dari seluruh perbatasan," katanya.

Fridus menyebut wanita dan keluarga yang membawanya tidak mempunyai paspor sehingga sempat dicegat di pos lintas batas. Namun, Fridus tetap memberikan izin kepada mereka untuk masuk ke Indonesia.

"Karena kalau tidak dibantu pasti nyawanya juga tidak bisa tertolong. Saya tanya 'kenapa tidak berobat di sana?' Alasannya bilang rumah sakit jauh waktu itu, lebih dekat ke Indonesia-nya," jelasnya.

Ipda Fridus juga bercerita bahwa sempat menolong ibu melahirkan karena terkendala biaya. Saat itu, Ipda Fridus mengantar orang tuanya berobat ke ruah sakit. Di sanalah dia bertemu dengan ibu hamil yang sedang menangis karena tidak memiliki BPJS.

"Jadi ibu itu menangis di tangga, terus saya tanya kenapa, 'mau melahirkan tapi tidak dilayani karena belum bayar uang untuk daftar di loket' jadi saya kasih uang tidak salah 300 untuk bisa daftar, terus dilayani. Iya (bayinya) selamat," jelasnya.

Ipda Fridus berbuat baik kepada sesama karena ajaran dari orang tuanya. Ipda Fridus selalu memegang teguh pesan dari orang tuanya itu.

"Dari orang tuanya juga sama, bisa membantu orang, jadi bisa (bantu), ya mungkin kebiasaanlah," jelasnya.

Ipda Firdus berharap bisa kembali lagi untuk menjaga perbatasan setelah mengikuti Dikbangspes Reserse di Lemdiklat Polri, Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Dia juga berterima kasih kepada pemerintah karena telah memperhatikan perbatasan.

Simak juga Video: Hoegeng Award Kembali Hadir pada Hari Bhayangkara 2023!

[Gambas:Video 20detik]



(lir/hri)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT