Nama Bripka Eddy Purwanto, polisi yang bertugas di Subdit Paminal Bidpropam Polda Kalimantan Selatan (Kalsel), diusulkan menjadi kandidat Hoegeng Awards 2023. Kisah Bripka Eddy yang suka membantu membiayai pengurusan jenazah keluarga tak mampu dinilai sebagai polisi teladan versi masyarakat Banjarmasin, Kalsel.
Nama Bripka Eddy diusulkan oleh pembaca detikcom dan masyarakat bernama Muhammad Nabiel (37) melalui formulir online di tautan http://dtk.id/hoegengawards2023. Nabiel menyebut Bripka Eddy memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi karena kerap membantu masyarakat yang meninggal dan kesulitan secara finansial.
detikcom kemudian menghubungi Nabiel untuk menggali lebih dalam jejak kebaikan Bripka Eddy di Kota Seribu Sungai. Nabiel mengaku telah mengenal lama Bripka Eddy karena sama-sama aktif berkegiatan sebagai relawan pemberi bantuan di Kalsel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kalau kami ini biasa menemukan mayat-mayat telantar yang (keluarganya) nggak ada biaya sering menghubungi Pak Eddy, jadi dia yang mengurusnya sampai pemakaman," kata Nabiel kepada detikcom, Senin (31/1/2023).
Nabiel mengatakan masyarakat di daerahnya sudah tahu ke mana harus meminta tolong jika ada keluarga yang meninggal tapi tidak memiliki biaya pengurusan pemakaman jenazah. Ya tidak lain tidak bukan, masyarakat akan menghubungi Bripka Eddy.
Nabiel menyebut untuk pemulasaraan jenazah di Banjarmasin memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Terlebih untuk biaya alkah atau tanah pekuburan yang harus dibeli.
"Untuk bayar alkah atau tempat penguburan (kuburan), beli. Pak Eddy-nya sih nggak ngobrol, tapi setahu kami itu sekitar Rp 3 sampai Rp 5 juta, dari kain kafan, memandikan, ambulans segala macam," ucapnya.
Tak hanya kerap membantu pemulasaraan jenazah, Bripka Eddy juga disebut pernah menolong anak penderita tumor otak yang membutuhkan kereta dorong untuk mobilisasi selama proses pengobatan. Bripka Eddy juga membelikan bantuan lainnya yang dibutuhkan.
Pakai Uang Tabungan untuk Bantu Orang
Dihubungi terpisah, Bripka Eddy menjelaskan terkait aksinya membantu membiayai pemulasaraan jenazah warga yang kesulitan ekonomi. Menurutnya, hal tersebut dilakukan karena sudah menjadi kewajiban sesama umat Islam.
"Itu sebenarnya memang tugas kita bantu yang meninggal. Kan sudah kewajiban umat muslim memakamkan, memandikan jenazah. Kalau orang minta tolong, selama kita bisa bantu, kita bantu aja," kata Bripka Eddy.
![]() |
Dia melakukan aksi-aksinya itu sejak 2021 saat COVID-19 melanda Tanah Air, ketika masyarakat serba kesulitan. Ia tak menghitung berapa banyak orang pernah ditolongnya, tapi yang paling diingat pernah tiga kali menolong warga untuk membiayai pemakaman.
"Waktu itu kebetulan di wilayah saya itu ada warga yang kurang mampu, terus saya ke situ saya tanyakan 'jenazah sudah ada yang ngurus belum' katanya sudah, sudah ngurus surat miskin ke RT, oh ya sudah," ucapnya.
"Setelah ngelayat saya ke kantor, ternyata orang datang lagi ke rumah sampe 3 kali katanya nggak ada yang ngurusin hampir satu hari. Ya sudah saya bawa aja biar kita aja yang urus," tambahnya.
Eddy juga pernah menemukan mayat yang keluarganya tidak diketahui. Menurutnya, karena mengurus ke Dinas Sosial setempat memerlukan waktu, akhirnya dia segera memakamkan jenazah tersebut dengan biaya ditanggung dirinya.
"Ketiga itu minta tolong temen saya itu, katanya ada temen saudaranya di Jawa, keluarganya meninggal di Banjarmasin nggak ada yang urus, uangnya nggak ada, orangnya pasrah. Ya sudah nggak apa-apa saya aja yang urus saya bilang," ujarnya.
Menurut Eddy, dalam membantu membiayai pemakaman jenazah-jenazah itu ia memakai uang pribadinya dan juga donatur dari temannya. Tak jarang, Bripka Eddy harus merogoh kocek dari tabungan keluarga kecilnya untuk membantu masyarakat.
"Ada yang pernah Rp 5 juta, ada juga kemaren karena dapet bantuan dari temen, ngeluarin duit sekitar Rp 3 juta. Tergantung alkahnya," katanya.
Dia menjelaskan alasan kerap menolong yang meminta tolong kepada dirinya meskipun harus memakai uang tabungannya. Alasannya adalah kasihan dan kewajiban sebagai sesama manusia, khususnya umat Islam.
"Iya kan kasihan itu (jenazah telantar), fardu kifayah ya kalau nggak ada orang yang mengurus jenazah kita berdosa satu kampung. Ya sudah kita aja yang ngurusin," ucapnya.
![]() |
Bripka Eddy percaya jika berbuat baik terhadap orang, akan ada juga yang menolong jika dirinya dalam kesulitan. Dan betul hal tersebut selalu dia rasakan hingga kini.
Perihal membantu anak kecil penderita tumor otak, ia menilai bantuannya itu tidak seberapa. Beruntung, saat ini sudah banyak donatur yang membantu pengobatan anak tersebut.
"Cuma bantu saya, kan memerlukan Pampers dan kereta dorong, itu aja sih buat meringankan beban keluarganya yang kurang mampu, rumahnya kecil. Waktu itu kan belum ada donatur, sekarang sudah ada donatur informasinya," ujarnya.
"Kemarin itu tahunya baru keluar rumah sakit, memerlukan kereta dorong untuk berobat yang spesifikasinya seperti ini, ya kita carikan," imbuhnya.
(fas/hri)