Kenapa Tahun Baru Identik dengan Kembang Api? Ini Penjelasannya

Kanya Anindita Mutiarasari - detikNews
Jumat, 23 Des 2022 15:54 WIB
Pesta kembang api tahun baru (Foto: Getty Images/Lauren DeCicca)
Jakarta -

Kenapa tahun baru identik dengan kembang api? Tahun Baru 2023 sudah semakin dekat. Berbagai tradisi dilakukan untuk merayakan malam pergantian tahun pada 31 Desember.

Salah satu tradisi tahun baru yang paling terkenal adalah pesta kembang api. Bagaimana sejarah tradisi kembang api tahun baru? Simak ulasan di bawah ini.

Kenapa Tahun Baru Identik dengan Kembang Api?

Kembang api dijadikan sebagai tradisi masyarakat merayakan tahun baru. Biasanya, pesta kembang api diadakan di tempat luas dan terbuka agar dapat disaksikan secara beramai-ramai.

Pesta kembang api juga menjadikan malam pergantian tahun lebih meriah. Selain kembang api, tradisi meniup terompet juga menjadi tradisi merayakan tahun baru.

Dilansir situs Live Science, kembang api ditemukan pada abad ke tujuh Masehi di China. Menurut kepercayaan masyarakat China, kembang api dapat mengusir roh jahat.

Selain untuk perayaan tahun baru, masyarakat China juga memakai kembang api pada perayaan Imlek. Mereka percaya hal ini dapat membawa keberuntungan.

Kenapa tahun baru identik dengan kembang api? Berbagai tradisi dilakukan untuk merayakan malam pergantian tahun, salah satunya kembang api. Simak sejarahnya. (Foto: Getty Images/Wendell Teodoro)

Arti Kembang Api Saat Tahun Baru

Anthony Aveni, seorang astronom dan antropolog di Colgate University, New York, mengungkapkan makna kembang api terkait tahun baru. Berikut adalah makna di balik pesta kembang api saat perayaan tahun baru.

  • Tahun baru identik dengan musim dingin. Adanya api dianggap sebagai media yang dapat menghangatkan tubuh
  • Kembang api sebagai simbol pengusiran roh jahat. Roh jahat disebut takut dan akan lari apabila melihat kembang api.

Mengapa Tahun Baru Jatuh pada 1 Januari?

Pertanyaan terkait kenapa tahun baru identik dengan kembang api telah terjawab. Dikutip dari situs History, penetapan 1 Januari sebagai tahun baru berhubungan dengan pengembangan penanggalan bangsa Romawi kuno. Julius Caesar juga berperan dalam hal ini.

Saat itu, pendiri Roma bernama Romulus menerapkan penanggalan Masehi terdiri dari 10 bulan dan 304 hari. Lalu pada abad ke-8 SM, Numa Pompilius menambahkan dua bulan dalam penanggalan kalender Romawi, yakni Januarius dan Februarius.

Kemudian, Julius Caesar berkonsultasi dengan ahli astronomi dan matematika untuk menyempurnakan penanggalan Masehi tersebut. Ia menamai bulan pertama kalender Romawi dengan nama Janus, yang berasal dari nama dewa Romawi dengan arti dua muka untuk memandang ke depan dan belakang.

Tanggal 1 Januari ditetapkan sebagai hari pertama tahun baru untuk menghormati Dewa Janus, dewa permulaan Romawi. Tahun baru diperingati dengan berbagai pengorbanan kepada Janus, bertukar hadiah, mendekorasi rumah, dan mengunjungi beberapa pesta.

Pada abad pertengahan, Kekuasaan Kekristenan di Eropa memberi makna religius di sekitar pergantian tahun, seperti tanggal 25 Desember sebagai Hari Natal dan antara 22 dan 25 Maret sebagai perayaan Paskah.

Akhirnya, penetapan 1 Januari sebagai tahun baru pertama kali dilakukan oleh Paus Gregorius XIII pada tahun 1582. Hingga kini, tanggal 1 Januari ditetapkan sebagai awal tahun baru.




(kny/imk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork