Pemerintah merencanakan kenaikan tarif commuter line kereta rangkaian listrik (KRL) Jabodetabek menjadi Rp 5.000 per 25 kilometer pertama. Beberapa penumpang ada yang menolak dan setuju dengan wacana kenaikan tersebut.
Pengguna KRL, Ratna tidak setuju dengan kenaikan tarif. Dia meminta agar kenaikan itu dikaji ulang.
"Sebaiknya sih nggak usah naik ya, karena tahun depan itu kan kita belum tau ya, katanya mau ada krisis global. Jadi kalau menurut saya yang juga senang naik commuter line, sebaiknya nggak usah naik dulu deh, dilihat aja lagi atau di kaji lagi ya," kata Ratna saat dijumpai di Stasiun Bogor, Selasa (13/12/2022).
"Sebenarnya pelayanan memang sudah baik ya, cuma fasilitas kaya toilet di Stasiun Bogor diperbaiki, di semua stasiun juga ya, fasilitas-fasilitasnya (diperbaiki)," tambah wanita asal Jakarta Selatan yang mengaku hampir setiap hari naik commuter line ke tempat bekerjanya di Kota Bogor.
Saran untuk menunda kenaikan tarif juga diungkap oleh pengguna KRL lainnya bernama Anggara. Pria asal Bogor ini meminta pihak PT KAI meningkatkan pelayanan dan keamanan penumpang di dalam kereta.
"Kalau bisa (tarif) jangan naik dulu ya, pelayanan dulu deh ditingkatkan. Kalau bisa ditambah gerbongnya di jam-jam sibuk, biar nggak terlalu numpuk. Kalau nggak numpuk, peluang pelaku kejahatan juga berkurang, kayak copet, yang suka pelecehan seksual itu, mereka begitu karena berdesakan," kata Anggara, warga Bogor.
Penumpang Dukung Kenaikan Tarif
Sementara itu, pengguna KRL lain, Suryani Lestari, menyebutkan kenaikan tarif untuk ongkos commuter line dianggap wajar. Karena, fasilitas dan pelayanan untuk penumpang sudah membaik dari tahun ke tahun.
"Saya sebenernya setuju-setuju saja ya, karena kan pelayanan sudah mulai baik, alhamdulillah. Coba bayangkan sama kondisi beberapa tahun ke belakang, dari zaman masih ada kereta ekonomi gitu, ada gerobak pedagang masuk kereta, rame pengamen, Alhamdulillah sudah bagus sekarang," kata Suryani ditemui di Stasiun Bogor.
Warga Depok, Jawa Barat yang setiap hari bekerja di kawasan Sudirman itu meminta sistem transit di Stasiun Manggarai dihapus, dan dikembalikan seperti semula. Ia menganggap sistem transit hanya buang waktu dan menyulitkan penumpang lansia.
"Ya kalau soal kenaikan tarif wajar lah ya, karena sekarang apa-apa naik, tapi kalau bisa yang berhenti di Manggarai itu dihilangin, dibalikin lagi kayak dulu, bisa langsung Sudirman atau Tanah Abang. Lagian siapa sih itu yang ubah-ubah itu. Fasilitasnya sudah bagus, tapi dibikin ribet sama aturan mesti turun (transit) di Manggarai," tambahnya.
Lihat juga video 'Jalur Maut Perlintasan Kereta':
Tarif KRL akan naik tahun depan. Simak di halaman selanjutnya.
(aik/aik)