Penjelasan Ilmiah Ahli Forensik soal Kematian Wajar Keluarga Kalideres

Penjelasan Ilmiah Ahli Forensik soal Kematian Wajar Keluarga Kalideres

Yogi Ernes - detikNews
Sabtu, 10 Des 2022 16:52 WIB
Misteri kematian keluarga Kalideres terbaru
Foto: (Rumondang Naibaho/detikcom)
Jakarta -

Polisi memastikan satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, mengalami kematian yang wajar. Hal itu juga diperkuat dari temuan sejumlah ahli.

Ahli kedokteran forensik, psikologi forensik, hingga sosiologi agama dilibatkan dalam penyelidikan kasus Kalideres. Interkolaborasi polisi dengan tim ahli ini membuahkan satu kesimpulan akhir sebab kematian keluarga Kalideres secara wajar.

"Interkolaborasi profesi kami didampingi para ahli dan bersinergi untuk menuju suatu kesimpulan sebenarnya fenomena apa yang terjadi di kasus Kalideres ini," ujar Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi di Polda Metro Jaya, Jumat (9/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, penyidik Ditreskrimum Polda Metro Jaya melakukan penyelidikan dengan metoda deduktif dan induktif. Temuan-temuan, baik yang didapat polisi di lokasi kejadian di Perumahan Citra Garden I Kalideres dan yang didapat tim ahli ini saling mendukung satu sama lain.

Hengki meyatakan dari hasil penyelidikan bersama tim ahli forensik, tidak ditemukan adanya pidana dalam kematian keempatnya. Keempat korban dinyatakan meninggal secara wajar.

ADVERTISEMENT

"Hasil penyelidikan baik dari laboratorium forensik dan kedokteran forensik, psikologi forensik, tidak ditemukan adanya peristiwa pidana yang menyebabkan kematian 4 orang di TKP. Tidak ditemukan motif atau alasan kematian dari 4 orang atau pembunuhan dengan alasan apapun," kata Hengki.

500 Jam Pemeriksaan Forensik

Dokter forensik RS Polri, dr Asri Pralebda, mengatakan pihaknya telah melakukan pemeriksaan detil kepada jasad keempat korban. Pemeriksaan itu bahkan memakan waktu total sampai 500 jam atau sekitar 20 hari.

"Lebih dari 500 jam kita lakukan pemeriksaan kedokteran forensik. Kita awali dentan pemeriksaan DNA kemudian dari toksikologi forensik kemudian kita harus ambil dari psikologi forensik dan laboratorium yang disebut dengan toksikologi forensik," kata dr Asri di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (9/12).

Dari 500 jam lebih pemeriksaan jasad korban, tim ahli kedokteran forensik menemukan titik terang penyebab kematian korban. Riwayat penyakit yang diderita keempat korban pun terungkap.

Keempat korban mulai dari Rudiyanto Gunawan (71), Renny Margaretha (68), Budiyanto Gunawan (68), dan Dian (42) diketahui mengidap penyakit kronis. Penyakit itu yang menyebabkan keempatnya meninggal dunia.

"Dengan jelas dan yakin kami menyatakan sebab kematian Pak Rudi penyakit saluran cerna, Ibu Renny adalah kelainan payudara. Sebab kematian Pak Budi serangan jantung yang akut, dan untuk Bu Dian merupakan gangguan pernapasan dan disertai penyakit pernapasan kronis," terang dr Asri.

"Pada keempat jenazah kami yakin tidak ditemukan kekerasan dan ditemukan analisa feses yaitu ditemukan karbohidrat dan serat pada Pak Budi dan mba Dian. Itu sudah menyingkirkan dugaan mereka berduga meninggal karena kelaparan," tambahnya.

Bukti-bukti Sebab Kematian karena Sakit

Sementara itu, dokter forensik dari RSCM, dr Ade Firmansyah, mengatakan pihaknya melakukan penyelidikan mendalam dari dalam dan luar jenazah sehingga ditemukan petunjuk yang mengarah kepada penyebab kematian keempat korban.

"Hasil penyelidikan kami secara mendalam kepada keempat jenazah ini, setelah dilakukan pemeriksaan luar dan dalam, kemudian kita lakukan pemeriksaan penunjang dengan forensik life source kemudian pemeriksaan histopatologi forensik. Kami bersyukur ternyata masih ada petunjuk terkait kelainan-kelainan pada organ yang akhirnya bisa mengarah pada penyebab kematian," ujar Ade Firmansyah.

Secara rinci, Ade Firmansyah mengungkapkan petunjuk-petunjuk penyebab kematian 4 korban tersebut. Yang pertama, Rudyanto Gunawan yang meninggal karena infeksi saluran cerna.

"Pada jasad Rudyanto Gunawan ditemukan adanya gambaran pendarahan saluran cerna dan bukti-bukti infeksi saluran cerna," kata Ade.

Selanjutnya, Renny Margaretha diketahui mengonsumsi obat Tamoxifen, yang merupakan obat untuk penyakit kanker.

"Pada jasad Ibu Renny juga kita karena adanya ditemukan Tamoxifen. Juga kita mencari efek serius dari Tamoxifen yang dapat akibatkan pengentalan darah, namun tidak kita temukan efek serius tersebut baik di organ-organ seperti jantung dan usus," jelas Ade.

Dari pemeriksaan jaringan payudara pada jasad Renny diduga kuat ia mengalami penyakit kanker payudara.

"Obat Tamoxifen ini merupakan petunjuk pengobatan baik pengobatan kanker payudara atau memberi efek pencegahan sakit kanker payudara, maka kita periksa jaringan payudara dan ditemukan kelainan susunan jaringan di payudara yang juga dapat mengarah ke kondisi keganasan atau benjolan yang berakibat fatal," terang Ade.

Selanjutnya, pada jasad Budiyanto didapat petunjuk jelas terkait penyebab kematiannya. Hal ini lantaran jasad Budiyanto belum mengalami mumifikasi seperti halnya Renny dan Rudyanto.

"Pada Pak Budiyanto tidak memiliki pembusukan yang lebih awal dibanding Ibu Renny dan Pak Rudy. Kita masih didapatkan petunjuk yang sangat jelas, tampak adanya gambaran serangan jantung baru dan serangan jantung yang lama dan jelas bukti adanya penyakit penebalan pembuluh kaki atau arteriosklerosis," ungkap Ade.

Kemudian pada jenazah Dian didapat petunjuk dan bukti-bukti yang mengarah pada penyebab kematian karena radang paru kronis.

"Pada Bu Dian tampak sekali ada lima kroskopik, pada saat autopsi dan pada saat pemeriksaan hispatologi forensik didapatkan bukti jelas adanya radang paru yang menahun atau kronis, serta adanya kavitas atau rongga di dalam paru yang juga dapat terjadi merupakan gambaran penyakit menahun yang biasanya pada orang Indonesia biasanya kavitas-kavitas itu dapat terbentuk seperti misalnya TB paru," tuturnya.

Baca di halaman selanjutnya: analisis pesikolog forensik

Analisis Psikologi Forensik soal Karakter Korban

Ahli psikologi forensik lalu mengungkap soal urutan kematian para korban. Kematian keluarga Kalideres ini dimulai dari Rudiyanto Gunawan, Renny Margaretha, Budiyanto Gunawan, hingga Dian.

Ahli psikologi forensik ini juga mengungkap alasan jasad korban yang meninggal dunia tidak dimakamkan secara wajar. Hal itu rupanya tergambar dari tiap karakteryang teridentifikasi dari keluarga tersebut.

"Di sini kenapa harus kepribadiannya? Karena perilaku seseorang dipengaruhi karakteristik kepribadian dan ini terbentuk sejak masa kelahiran hingga dewasa. Kemudian kami telusuri mundur ke belakang dari kehidupan mereka sekaligus mengidentifikasi kerentanan sosial yang dimiliki empat orang ini dalam perilakunya sehingga ditemukan meninggal dunia," kata Ketua Asosiasi Forensik Indonesia, Reni Kusumawardhani.

Reni mengatakan dari penelusuran para ahli psikologi forensik, pihaknya memastikan kematian keempat korban merupakan kematian yang wajar.

"Keempatnya cara kematian mengarah pada cara natural, bukan cara kematian yang lain. Dari hasil autopsi psikologis dapat ditepis adanya paham apokaliptik dan VSED (voluntarily stopping eating and dinking)," tegas Reni.

Keluarga Kalideres Tak Menganut Sekte Tertentu

Spekulasi keluarga Kalideres terlibat dalam sebuah sekte bermula dari temuan buku lintas agama dan mantra dari rumah korban. Buku dan mantra itu dianggap bagian dari ritual yang dijalankan keluarga Kalideres.

Namun, ahli sosiologi agama, Jamhari, menepis spekulasi tersebut. Menurutnya, tidak ada hal yang aneh dari temuan tersebut.

"Setelah dilihat dan dibaca buku ini tidak ada yang aneh, tidak ada yang istimewa, karena buku tersebut buku-buku biasa yang bisa ditemukan dan bisa dibeli di luar umum. Jadi ini saya kira bukan menunjukan bahwa mereka sedang mengkaji suatu pemahaman sekte tertentu atau keagamaan tertentu.

Jamhari memastikan keluarga Kalideres tidak terlibat sekte atau kelompok ritual manapun.

"Saya kira dari bacaan-bacaan yang saya lihat dari barang bukti yang ada, saya berpendapat bahwa mereka adalah orang-orang yang wajar, orang-orang normal yang mungkin saja mereka melakukan ritual keagamaan untuk mendapatkan kesembuhan karena mereka sedang sakit atau juga membantu masalah yang sedang dihadapi. Jadi saya kira ini adalah ritual biasa yang bisa dilakukan oleh orang-orang yang lain," jelas Jamhari.

Penyidikan Resmi Ditutup

Dari serangkaian penyelidikan tim penyidik dan penelitian para ahli, Polda Metro Jaya memastikan tidak ada temuan unsur pidana dalam kasus kematian keluarga Kalideres. Penyelidikan kasus itu pun resmi ditutup.

"Jadi apa yang kami lakukan ini masih tahap penyelidikan apakah ada unsur pidana. Jadi kalau sudah tidak ketemu peristiwa pidana maka hasil penyelidikan akan dihentikan. Tapi kalau ini pidana kami harus temukan dua alat bukti untuk temukan tersangkanya. Jadi karena ini bukan peristiwa pidana maka fase penyelidikan ini kami hentikan," tutur Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi.

Halaman 2 dari 2
(ygs/mei)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads