Jakarta -
Misteri kematian keluarga Kalideres, Jakarta Barat, akhirnya terpecahkan setelah penyidikan selama 1 bulan. Sejumlah spekulasi sempat bermunculan terkait kematian keluarga ini, di antaranya adalah spekulasi penganut sekte, puasa sampai mati (voluntary stopping eating and drinking/VSED), dan mati kelaparan, terpatahkan semua.
Penyidikan ilmiah yang dilakukan tim Direktorat Reskrimum Polda Metro Jaya dan tim ahli membuahkan sebuah kesimpulan akhir terkait penyebab kematian keluarga Kalideres ini. Bahwa keluarga ini tewas dengan wajar yakni karena sakit.
Polda Metro Jaya menggandeng sejumlah ahli untuk meneliti penyebab kematian keluarga ini. Tim ahli itu antara lain: pakar sosiolog agama, dokter forensik, digital forensik, puslabfor dan lain-lain. Para ahli melakukan penyelidikan sesuai dengan keilmuannya, sehingga menghadirkan sebuah kesimpulan akhir yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak Ada Pidana
Polda Metro Jaya menyampaikan kesimpulan akhir terkait penyelidikan kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat. Dari penyelidikan polisi dan tim ahli forensik, dipastikan tak ada pidana dalam keluarga Kalideres.
"Kesimpulan akhir penyidikan kami, baik dari Labfor, maupun melibatkan berbagai ahli tidak ditemukan adanya peristiwa pidana yang menyebabkan kematian 4 orang di TKP tersebut," kata Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (9/12/2022).
Hengki Haryadi menambahkan tidak ditemukan motif keluarga Kalideres tewas karena pembunuhan, perampokan, atau tindak pidana lainnya.
Foto: Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi. (Yogi Ernes/detikcom) |
"Hasil penyelidikan kami tidak ada peristiwa pidana, maka kasus ini akan kami hentikan penyelidikannya," ujar Hengki Haryadi.
Hal ini diperkuat dari hasil pemeriksaan tim kimia biologi forensik di lokasi. Dari hasil pemeriksaan tak ditemukan ada DNA selain DNA keempat korban di TKP.
Kabid Kimia Biologi Forensik Puslabfor Polri Kombes Wahyu Marsudi menjelaskan upaya polisi mengungkap identitas sekeluarga ditemukan tewas di Kalideres, Jakarta Barat (Jakbar). Polisi mengecek identitas DNA keempat korban.
"Memastikan identitas korban berdasarkan DNA. nanti kita bandingkan dengan DNA saat masih hidup," kata Kombes Wahyu dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (9/12/2022).
Dia mengatakan metode pencocokan tersebut disebut dengan metode sibling. Dia mengatakan dipastikan tak ada kerusakan di rumah tersebut berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP).
Polisi mengecek setiap sudut di rumah tersebut untuk mencari apakah ada kemungkinan orang lain di luar empat korban yang meninggal di rumah tersebut.
"Kemudian tim juga mencari apakah ada percikan darah di TKP. Ternyata di TKP tak ditemukan percikan darah," ujarnya.
Meski begitu, polisi terus mencari tahu titik terang kasus. Polisi lalu mengambil semua sampel yang ada di rumah untuk dicek DNA.
Hasilnya, tak ada DNA yang ditemukan selain keempat korban.
Baca di halaman selanjutnya, spekulasi-spekulasi terpatahkan....
Simak Video: Sosiolog Agama Patahkan Dugaan Keluarga Tewas di Kalideres Penganut Sekte
[Gambas:Video 20detik]
Bukan karena Kelaparan
Dokter dan ahli forensik memastikan empat orang sekeluarga di Kalideres, Jakarta Barat, bukan tewas karena kelaparan. Dua orang di antaranya adalah makan tiga hari sebelum meninggal dunia.
Mereka adalah si paman, Budyanto Gunawan (68), dan keponakannya, Dian Febbyana (42). Fakta tersebut diketahui setelah dokter dan ahli memeriksa feses keduanya.
"Kita bisa menyatakan bahwa yang bersangkutan atau almarhum Budiyanto dan almarhum Dian telah makan setidaknya tiga hari sebelum yang bersangkutan meninggal dunia," ujar tim ahli kedokteran forensik, Kepala Departemen Forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Ade Firmansyah Sugiharto, dalam konferensi pers, Jumat (9/12/2022).
Pada analisis feses disebut bahwa ada kandungan karbohidrat dan serat. Diduga keduanya sempat makan nasi.
"Ditemukannya karbohidrat dan serat pada analisis feses pada Bapak Budiyanto dan Dian itu sudah menyingkirkan asumsi bahwa mereka berdua meninggal dunia karena kelaparan," kata anggota Kedokteran Forensik Polri dr Asri.
Polisi hingga pihak RT mendatangi rumah lokasi sekeluarga ditemukan tewas di Jakbar. Mereka menyemprotkan disinfektan hingga menaburkan kopi bubuk. (Rumondang N/detikcom) |
Bukan Penganut Sekte Apokaliptik
Ketua Tim Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Reni Kusumawardhani mengungkap kematian empat anggota keluarga di Kalideres, Jakarta Barat. Dia menyebut keempatnya meninggal dengan cara yang natural.
"Sehingga keempat-empatnya memang cara kematiannya atau manner of death-nya baik Bapak Rudy, Ibu Renny, Bapak Budi dan Ibu Dian mengarah pada cara yang natural, tidak mengarah pada cara kematian yang lain," kata Reni dalam konferensi pers, Jumat (9/12/2022).
Dengan itu, Reni mengatakan pihaknya menepis adanya dugaan apokaliptik maupun sekte pada kasus ini. Termasuk Voluntarily Stopping Eating and Drinking (VSED).
"Berdasarkan autopsi psikologis yang kami lakukan, dapat ditepis dugaan dan spekulasi terkait perilaku dan paham apokaliptik, atau mungkin itu karena sekte, atau mungkin karena adanya voluntarily stopping eating and drinking," katanya.
Baca di halaman selanjutnya: kematian yang wajar....
Kematian yang Wajar
Sementara itu, berdasarkan penyelidikan tim psikologi forensik, 4 orang keluarga Kalideres dinyatakan meninggal secara wajar.
"Berdasarkan pemeriksaan area psikologis tersebut ditemukan adanya petunjuk rating lethality atau cara kematian Budyanto, Rudyanto, Renny, dan Dian, yang mengarah pada yang sama, yaitu kematian yang wajar," ujar Ketua Asosiasi Psikologi Forensik (APSIFOR), Reni Kusumowardani.
Reni menjelaskan pihaknya melakukan autopsi psikologi terhadap keempat jenazah tersebut. Autopsi psikologi dilakukan dalam rangka melihat penyebab atau rating lethality keempat jenazah tersebut.
"Perbedaannya dengan dokter forensik, kami melaksanakan proses autopsi psikologi itu lebih pada melihat latar belakang di samping rating lethality-nya atau kemungkinan terbesar penyebab kematiannya. Kami juga melihat latar belakang kematian dalam aspek perilaku atau psikologinya," jelas Reni.
Polisi melakukan olah TKP di rumah mayat sekeluarga di Kalideres, Jakarta Barat. (Rumondang Naibaho/detikcom) |
Dalam hal ini, psikolog forensik menarik mundur kehidupan dari empat orang yang meninggal tersebut. "Dari situ kami pelajari apa sebetulnya yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan, dan apa yang mereka lakukan serta bagaimana kecenderungan perilaku dan tipologi kepribadiannya untuk dapat menarik kesimpulan rating lethality atau penyebab kematian keempat orang tersebut," jelasnya.
Polisi juga tidak menemukan adanya bahan beracun pada jasad keempat korban. Hal ini diungkap oleh ahli kimia biologi forensik (Kimbiofor) Puslabfor Polri.
"Dari sisi toksikologi, kita koordinasi dengan dokter forensik untuk periksa organ tubuh korban yang sudah meninggal. Dari hasil pemeriksaan organ tubuh baik ayah Rudyanto, ibu Renny Margaretha, anak Dian Febyana dan paman Budyanto Gunawan kita tidak menemukan adanya bahan beracun dan berbahaya, seperti pestisida, sianida, arsenik, dan sebagainya," jelas Kabid Kimia Biologi Forensik Puslabfor Polri Kombes Wahyu Marsudi dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (9/12).
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini