Fakta Baru Keluarga Kalideres dari soal Ritual hingga Mantra

Fakta Baru Keluarga Kalideres dari soal Ritual hingga Mantra

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 01 Des 2022 07:48 WIB
Rumah sekeluarga tewas mengering di Kalideres, jakarta Barat, terkunci rapat.
Rumah sekeluarga tewas 'mengering' di Kalideres, jakarta Barat, terkunci rapat. (Rumondang Naibahp/detikcom)

Kecil Kemungkinan Ada Pidana

Dari serangkaian penyelidikan bersama tim ahli, polisi menyatakan kecil kemungkinan ada tindak pidana di balik kematian keluarga Kalideres ini. Dari hasil olah TKP tidak menunjukkan adanya kekerasan maupun kerusakan pada pintu rumah.

"Sangat kecil kemungkinan adanya tindak pidana di luar daripada kegiatan dilakukan empat orang ini di dalam rumah," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (30/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jasad keempat korban itu ditemukan pertama kali pada Kamis (10/11). Polisi lalu melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) hingga pemeriksaan saksi-saksi.

Dari pemeriksaan itu polisi memastikan tidak ada lagi orang lain yang berada di dalam rumah hingga akhirnya korban ditemukan meninggal dunia pada Kamis (10/11).

ADVERTISEMENT

"Kami tekankan sekali lagi, dari hasil pemeriksaan olah TKP tidak ditemukan adanya jejak-jejak adanya pihak luar masuk ke dalam TKP baik itu dari jejak-jejak pemeriksaan dari Labfor. Kunci-kunci yang ternyata memang dikunci dari dalam dan tidak ada pihak luar yang masuk," ucap Hengki Haryadi.

Analisis Kriminolog soal Ritual

Kriminolog Adrianus Meliala bicara mengungkapkan analisisnya soal ritual yang dilakukan Budyanto Gunawan. Dia menduga kegiatan ritus itu dilakukan sebagai bentuk kepercayaan korban dalam meminta permohonan untuk keluar dari permasalahan hidup.

"Dalam hal ini, kepercayaan ada penggunaan ritus adalah salah satu cara mereka bertahan hidup, percaya akan ada kekuatan yang akan menyelamatkan mereka. Ada keyakinan yang bisa membawa mereka keluar dari kesulitan ekonomi. Tapi ternyata tidak," katanya.

Adrianus sempat menyinggung soal teori apokaliptik dalam kasus tersebut. Para korban dianggap secara sadar dan sukarela menyambut kematian mereka.

Namun, dalam analisis terbarunya, Adrianus mengatakan ritual yang dilakukan korban merupakan bentuk berserah diri mereka seraya meminta pertolongan.

"Jadi kalau di awal tadinya saya percaya ritual-ritual yang bersifat mistik itu sebagai teori apokaliptik, mereka melakukan ritual dalam rangka bersiap untuk mati karena mereka yakin bahwa mereka akan dapat dunia akhir zaman yang indah itu," katanya.

"Tapi kemudian saya membuka kemungkinan bahwa mereka melakukan ritual-ritual itu untuk bertahan hidup. Jadi mirip sama fungsinya dengan kalau orang berdoa. Bedanya kalau agama-agama samawi berdoa kepada Tuhan masing-masing. Nah mereka-mereka yang punya kepercayaan beda ini berdoa dengan cara yang beda dan kepada pihak yang beda tapi fungsinya untuk membantu mereka keluar dari masalah," tambah Adrianus.


(mea/mea)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads