Adu Perspektif: Polarisasi Jelang Pertarungan

Edward F. Kusuma - detikNews
Rabu, 09 Nov 2022 15:55 WIB
Jakarta -

Indonesia sudah memasuki tahun politik menjelang konstelasi Pemilihan Presiden 2024. Tantangan demokrasi Indonesia saat ini tidak ringan lantaran pilpres sebelumnya menanam embrio polarisasi dan politik identitas ke tengah masyarakat.

Majunya Anies Baswedan dalam konstelasi Pilpres 2024 menuai sorotan. Langkah Anies menggalang suara dari relawan dalam road show ke sejumlah wilayah serta munculnya Musra (Musyawarah Rakyat) yang diinisiasi relawan Projo memunculkan opsi baru dalam rivalitas menjelang pertarungan pilpres.

Belum lama ini, mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dalam acara reuni bersama Relawan Pilgub 2017 di Mal Cilandak, Minggu (6/11), menyinggung kembali seseorang yang pintar ngomong. Namun, saat ditanya soal program kerja Pemprov DKI Jakarta terkait sumur resapan, Ahok menampik untuk mengomentari lebih dalam. Dia juga enggan membahas isu politik yang sedang terjadi.

"Kita tidak ngomong politiklah. Kita nggak bicara yang ke arah politik, tapi kita bersyukur 5 tahun Tuhan izinkan kasih ke orang yang pintar ngomong untuk kerja. Iya, itu kita syukuri, kita bersyukur. Dan saya bisa melihat ini secara gambar besarnya gitu ya, coba kalau kita bayangkan gitu ya tahun kemarin saya masih jadi gubernur, ini saya sudah turun ini, tapi yang pinter ngomong itu dikira orang hebat kan?" kata Ahok, Minggu (6/11).

Langkah Anies menaiki tangga Istana sangat terjal seusai deklarasi Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (bacapres) Partai NasDem. Tidak hanya polarisasi, isu politik identitas juga kembali diramaikan di media sosial. Isu ini berawal dari pernyataan pegiat media sosial dan praktisi Komunikasi Ade Armando dalam kanal YouTube Cokro TV.

"Ya kan hanya Ade Armando saja yang bisa jawab itu, kan hanya Ade Armando yang nyebarkan politik identitas. Jadi politik identitas, kebencian, itu ada sama dia. Jadi NasDem nggak perlu menanggapi, Anies nggak perlu menanggapi," ujar Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali saat dihubungi, Kamis (3/11)

Kondisi lapangan saat ini menujukan situasi yang bertolak belakang dengan tagline Pemilu 2024 yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), yaitu 'Pemilu sebagai Sarana Integrasi Bangsa'. Karena itu, dalam satu kesempatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta saling puji dikedepankan oleh para politikus.

"Kita sudah masuk ke tahun politik, dan apa yang harus kita lakukan adalah menjaga persaingan antarpartai itu agar rivalitasnya sehat. Jangan saling menjatuhkan. Kalau bisa, itu antarpartai saling memuji gitu, lo. Itu didengerin juga enak antarpolitisi saling memuji, antarpartai saling memuji, itu juga enak, rakyat juga seger," kata Jokowi dalam sambutannya di HUT perayaan Perindo, Senin (7/11).

Kini, setelah sejumlah partai telah mendeklarasikan bacapres mereka, sentimen politik hingga saling serang terlihat dalam headline media massa. Lalu apakah ini menjadi tanda-tanda polarisasi dan politik identitas pilpres 2024? Mungkinkah partai politik dan calon presiden bisa mengakomodasi keinginan Jokowi? Pesan apa yang ingin disampaikan Jokowi jelang pertarungan Pilpres 2024?

Adu Perspektif kali ini mengangkat topik 'Polarisasi Jelang Pertarungan' dengan menghadirkan sejumlah narasumber dari partai dan pengamat politik. Mereka yang hadir dalam diskusi Fahri Hamzah (Wakil Ketua Umum Partai Gelora), Willy Aditya (Ketua DPP NasDem), dan Hasan Nasbi (founder Cyrus Network). Acara disiarkan secara langsung dari detikcom, Rabu (9/11/2022) pukul 20.00 WIB.




(edo/ids)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork