Pemprov DKI Jakarta menonaktifkan oknum guru inisial E yang diduga menjegal siswa nonmuslim menjadi Ketua OSIS SMAN 52 Jakarta. Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana menyebut saat ini pihaknya tengah menunggu proses kepegawaian sebelum menjatuhkan sanksi.
"Kan ada proses kepegawaiannya itu. Tinggal proses, tapi yang jelas sudah dinonaktifkan," kata Nahdiana kepada wartawan, Jumat (28/10/2022).
Nahdiana memastikan saat ini oknum guru tersebut tak lagi berdinas di SMAN 52 Jakarta. Dia juga menekankan pihaknya mesti melewati mekanisme kepegawaian sebelum akhirnya menjatuhkan hukuman.
"Menjatuhkan hukuman itu ada prosesnya," jawabnya.
Dimintai konfirmasi terpisah, Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta Maria Qibtya menyampaikan, sejauh ini oknum guru tersebut selesai diperiksa Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Kendati begitu, dalam memproses status kepegawaiannya, pihaknya harus mencari keterkaitan dugaan pelanggaran dengan pasal-pasal kepegawaian.
"Kan belum, dilihat sejauh mana. Kalau ada kaitannya dengan kepegawaian, sejauh mana dan mengikat pasal yang mana," terangnya.
"Kita nggak tahu, intoleran bisa saja persepsi," tambahnya.
Untuk diketahui, kasus ini bermula ketika anggota DPRD DKI Jakarta dari F-PDIP Ima Mahdiah mendapat laporan dugaan aksi intoleran saat pemilihan ketua OSIS di salah satu SMA di Jakarta Utara. Merujuk laporan yang diterima Ima, aksi intoleransi itu dilakukan oleh seorang guru yang meminta agar ketua OSIS tidak dipilih dari yang nonmuslim.
"Saya juga menerima laporan bukti berupa rekaman percakapan guru dan siswa saat berdiskusi seleksi OSIS. Setelah melewati beberapa seleksi, terpilih lima orang siswa kandidat ketua OSIS dan salah satunya adalah nonmuslim. Dalam rekaman itu jelas bahwa guru tersebut mengatakan bakal calon kandidat ketua OSIS non-Islam jangan sampai lolos karena, menurutnya, tidak bisa dikontrol nanti pas pemilihannya," kata Ima dalam instagram pribadinya, @ima.mahdiah seperti dilihat, Rabu (19/10).
Saat menyambangi sekolah, Ima bertemu langsung dengan oknum guru yang diduga melakukan aksi intoleran. Ima mencecarnya dengan sejumlah pertanyaan, salah satunya apa yang dikhawatirkan olehnya sehingga membuat pernyataan yang mengarah pada sikap intoleran.
"Saya juga menanyakan ada kekhawatiran apa jika ketua OSIS nonmuslim, karena pada dasarnya harus dinilai dari kemampuan dan kapabilitas seseorang, bukan dari orang itu beragama apa," ujarnya.
"Oknum guru tersebut menyatakan hal itu dilakukan karena mereka takut jika ketua OSIS yang terpilih bukan siswa muslim, akan condong membuat program OSIS yang tidak pro-Islam," tambahnya.
(taa/eva)