Duduk Perkara Viral soal Ruangan Siswa Rohani Kristen di SMAN 2 Depok

Duduk Perkara Viral soal Ruangan Siswa Rohani Kristen di SMAN 2 Depok

Dwi Rahmawati - detikNews
Jumat, 07 Okt 2022 21:38 WIB
SMAN 2 Depok (Dwi R/detikcom)
SMAN 2 Depok (Dwi R/detikcom)
Jakarta -

Viral sebuah unggahan di media sosial dengan narasi siswa SMAN 2 Depok, Jawa Barat, dilarang memakai ruang kelas untuk kegiatan Rohani Kristen (Rohkris). Kepala SMAN 2 Depok pun memberikan penjelasan. Pihaknya juga membantah ada isu diskriminasi.

Dilihat detikcom, Jumat (7/10/2022), dalam unggahan yang beredar dinarasikan bahwa para siswa mengalami diskriminasi. Mereka disebut harus memakai tangga atau lorong sekolah untuk kegiatan Rohani Kristen.

Unggahan itu juga disertai foto yang memperlihatkan sejumlah siswa tengah duduk dan berdiri di tangga dan lorong sekolah. Ada yang mengenakan baju olahraga, ada juga siswa yang mengenakan seragam putih abu-abu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penjelasan SMAN 2 Depok

Kepala SMAN 2 Depok, Wawan Ridwan, membantah isu tersebut. Wawan menegaskan tidak ada diskriminasi yang dilakukan sekolahnya terhadap siswa kelompok agama tertentu. Menurutnya, tidak ada larangan apa pun untuk mengadakan kegiatan agama di SMAN 2 Depok.

"Tidak ada praktik diskriminasi terhadap kelompok agama tertentu di SMAN 2 Depok. Seluruh aktivitas kegiatan keagamaan di SMAN 2 Depok sudah terfasilitasi dengan baik oleh sekolah," kata Wawan.

ADVERTISEMENT

Kronologi

Wawan lantas menjelaskan kronologi yang sebenarnya terjadi pada 30 September 2022 itu. Dia menuturkan peristiwa itu bermula saat ruang multiguna yang biasa digunakan siswa Rohani Kristen dalam kondisi berantakan lantaran dipakai untuk meletakkan seragam siswa kelas X.

"Oleh karena itu, untuk kegiatan Doa Pagi (Saat Teduh) bagi siswa-siswi beragama Kristen dipindahkan ke ruang pertemuan lantai 2. Informasi pindahnya ruangan sudah disampaikan oleh pihak sarpras pada hari Kamis ke kepala sekolah, petugas kebersihan (office boy), dan salah satu siswa Rohkris," kata Ridwan dalam keterangannya, Jumat (7/10).

Wawan pun menepis jika siswanya tidak diberi ruangan. Dia mengatakan, dalam foto yang beredar itu, para siswa tengah menunggu pintu ruang pertemuan dibuka oleh petugas kebersihan. Sebab, lanjutnya, saat itu menyebut petugas kebersihan terlambat untuk membuka pintu ruangan, sementara siswa Rohani Kristen sudah datang.

"Jadi ketika mereka menunggu di lorong ruang pertemuan. Jadi foto yang beredar di media bahwa seakan-akan murid sedang duduk di selasar atau pelataran atau lorong karena tidak diberi ruangan untuk kegiatan, sebetulnya tidak sesuai dengan yang diberitakan," sebutnya.

SMAN 2 Depok Tepis Pembubaran Ekstrakurikuler

Wawan juga membantah narasi bahwa staf kesiswaan sempat melontarkan kata-kata akan membubarkan Rohani Kristen. Dia menuturkan staf kesiswaan saat itu mengumumkan informasi kepada seluruh siswa bahwa kegiatan ekstrakurikuler ditiadakan sementara lantaran tengah berlangsungnya kegiatan Penilaian Tengah Semester (PTS).

"Kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud ditujukan kepada seluruh ekstrakurikuler tanpa terkecuali selama kegiatan PTS berlangsung. Hal ini dilakukan agar seluruh siswa-siswi fokus pada kegiatan PTS. Jadi, tidak pernah ada pernyataan dari staf kesiswaan seperti yang tertulis bahwa akan membubarkan ekstrakurikuler, terlebih secara spesifik kepada Rohkris," pungkas Wawan.

Baca halaman selanjutnya.

Pengakuan Pembina Rohani Kristen SMAN 2 Depok

Pembina Rohani Kristen (Rohkris) SMAN 2 Depok, Mayesti Sitorus, mengaku sebagai pihak yang memfoto siswa yang viral dinarasikan tidak diberi ruangan untuk berkegiatan. Mayesti mengaku mengirimkan foto itu di grup alumni SMAN 2 Depok.

"Yang foto ya saya, dikirim di grup. Kita punya grup alumni, siswa-siswi alumni, angkatan 37, 36, 35," kata Mayesti saat ditemui di SMAN 2 Depok, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, Jumat (7/10/2022).

Mayesti mengatakan foto itu diambilnya saat siswa Rohani Kristen akan melakukan 'Saat Teduh', yang merupakan kegiatan doa pagi bagi siswa Kristen setiap Selasa hingga Jumat.

"Jadi waktu itu kita mau mengadakan 'Saat Teduh' pagi di sekolah. Setiap hari Selasa sampai hari Jumat karena Senin upacara. Nah, harapan saya ada saat-saat begitu kita punya ruangan," katanya.

"Kita kan maklumlah keadaan sekolah, nggak apa apa, tapi mana kita tempat? Terus OB bilang 'ibu di atas'. Pergilah kami ke atas langsung kami mulai kegiatan Saat Teduh," imbuh Mayesti.

Mayesti pun mengungkap alasannya mengambil foto tersebut. Dia berharap sekolah mempersiapkan tempat untuk siswa melakukan kegiatan Rohani Kristen agar tidak mengganggu jam pelajaran siswa.

"Namanya hati nurani, karena sering walaupun jarang terjadi. Tapi saya maunya prepare, standby, itu harapan saya tetap ada (kelas), tapi nggak ada tempatnya. Kalau pakai MG (multiguna) makan waktu, jam 07.00 WIB anak-anak sudah mulai belajar kan. Antisipasinya nanti anak-anak dimarahin sama gurunya 'kenapa terlambat?', mungkin guru nggak tahu peristiwa apa yang terjadi pada saat itu," tutur dia.

Merespons hal tersebut, Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) bidang Humas SMAN 2 Depok, Asep Panji Lesmana, menyebut biasanya kegiatan Rohani Kristen memakai ruangan multiguna di lantai bawah. Namun di hari itu ruangan multiguna dipakai untuk meletakkan seragam kelas X sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan.

"Tapi sebenarnya kalau ruang multi guna di bawah itu tiap hari nggak kita kunci, pagi-pagi emang anak-anak Rokhris bisa masuk. Jadi sama sekali kami pun walau ruangan terbatas kami sediakan," kata Asep.

Ia menyebutkan memang belum ada tempat yang difasilitasi dengan sistem lengkap untuk kegiatan rohani. Kendati demikian, pihak sekolah terus berupaya menyediakan.

"Tapi kalau tempat yang representatif, yang lebih baik lagi belum. Tapi pada intinya kami sudah melakukan yang terbaik menurut kami, bahwa ada tempat yang khusus setiap hari itu dipergunakan," lanjutnya.

Asep meluruskan bahwa kejadian pada Jumat (30/9) yang diviralkan tidak seperti yang beredar. Ia mengakui ada kesalahan pada jadwal pembukaan kunci oleh petugas kebersihan.

"Kita tidak melakukan diskriminasi, bahwa hal itu memang ada human error OB-nya telat membuka, dan itu pelaksanaannya menit per menit hanya 15 menit. Kalau OB telat 5 menit mungkin sudah dimulai (Saat Teduh). Tapi kan manusiawi, OB-nya pun sudah kita klarifikasi memang beliau tidak membuka grup WA-nya gitu," kata Asep.

Baca halaman selanjutnya.

Pembina Rohkris SMAN 2 Depok Bantah Isu Diskriminasi

Pembina Rohani Kristen (Rohkris) SMAN 2 Depok, Mayesti Sitorus, menulis surat pernyataan terkait foto siswa yang viral dinarasikan tak diberi ruangan untuk kegiatan. Dalam pernyataan tertulis itu, Mayesti membantah isu diskriminasi di SMAN 2 Depok.

Berdasarkan surat keterangan yang didapat detikcom dari pihak sekolah tertulis kalau kabar adanya diskriminasi terhadap siswa Rokhris SMAN 2 Depok tidak benar. Surat tersebut ditandatangani langsung oleh sang Mayesti di atas kertas bermeterai.

"Dengan ini menyatakan bahwa seluruh pemberitaan dan informasi yang beredar pada saat ini yang berkaitan dengan adanya diskriminasi siswa Rohkris SMAN 2 Depok tidak benar adanya," bunyi keterangan tersebut, dilihat Jumat (7/10/2022)

Mayesti menyebutkan bahwa foto-foto yang tersebar dengan narasi tak diberi ruangan untuk doa pagi tak benar. Dia menulis pernyataan itu tanpa paksaan.

"Foto-foto yang tersebar adalah menunjukkan para siswa sedang menunggu ruangan tersebut dibuka oleh petugas sekolah. Dengan demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa tekanan dari pihak siapapun," katanya

Mayesti membenarkan adanya surat pernyataan tersebut. Dia terlihat membacakan kembali surat pernyataan di akun Instagram SMAN 2 Kota Depok.

"Iya (buat surat pernyataan)," katanya.

Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) bidang Humas SMAN 2 Depok, Asep Panji Lasmana, menyebut surat ditulis oleh pembina Rohkris pada 6 Oktober 2022. Terkait narasi diskriminasi yang beredar, pihaknya belum mengetahui siapa yang mengunggah pertama kali.

"Secara langsung tulis tangan dan ada tanda tangan pakai pulpen dia sendiri, tanpa paksaan. Dan tadi dibacakan kembali oleh beliau di live Instagram SMAN 2 Depok," ujarnya.

"Sudah mengaku sendiri ibunya (kirim foto). Belum tahu (siapa yang menarasikan)," lanjut Asep.

Halaman 2 dari 3
(yld/yld)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads