Cerita Mengerikan Para Saksi Selamat dari Tragedi Kanjuruhan

Cerita Mengerikan Para Saksi Selamat dari Tragedi Kanjuruhan

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 05 Okt 2022 06:08 WIB
Sepatu-sepatu yang dipakai korban saat terjadinya kerusuhan, terlihat di Stadion Kanjuruhan.
Pemandangan di Stadion Kanjuruhan usai tragedi 1 Oktober 2022. (AFP via Getty Images/JUNI KRISWANTO)
Jakarta -

Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang menyisakan cerita mengerikan. Peristiwa itu menewaskan 125 orang dan menjadi sorotan dunia.

Berikut adalah cerita-cerita dari korban peristiwa 1 Oktober 2022 itu, dihimpun detikcom hingga Selasa (4/10) malam.

Selamatkan balita, tertimpa pagar besi

Di Tribun 12, Muhammad Revo Septiyan mengalami peristiwa yang diliputi gas air mata itu. Aremania asal Gresik itu berusaha menyelamatkan balita saat di Tribun 12 bersama empat temannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gas air mata membuat suasana diliputi kepanikan. Balita itu menangis karena terpisah dengan orang tuanya. Dia menggendong balita itu untuk ke pintu keluar. Tapi, pagar pembatas besi roboh. Anak kecil itu lepas dari pelukannya. Simak cerita selengkapnya di detikJatim.

Muhammad Revo Septiyan Aremania yang selamatkan balitaMuhammad Revo Septiyan Aremania yang selamatkan balita Foto: Jemmi Purwodianto

Terkunci di stadion

Saat gas air mata menguar dan merasuki paru-paru banyak orang di dalam stadion, saat itu pulalah pintu terkunci. Kesaksian ini diceritakan Ahmad Prayoga Saputra di RS Umum Saiful Anwar Malang.

ADVERTISEMENT

"Polisi nembakin gas air mata," kata Prayoga sebagaimana disiarkan CNN Indonesia TV. Dia lari menyelamatkan diri dengan mata pedih dan napas sesak, bersama banyak orang lainnya. Namun malang, pintu keluar stadion yang dia tuju ternyata terkunci. Dia terjebak bersama suporter lain.

Belakangan, dia mendengar kabar duka. Kawannya yang lepas dari pegangan tangannya ternyata sudah meninggal dunia.

Selanjutnya, tewas di pelukan pemain Arema:

Simak juga Video: Teriakan Nama Tuhan dan Minta Tolong dalam Tragedi Kanjuruhan

[Gambas:Video 20detik]



Teman meninggal dunia

Angga (17) menceritakan dirinya yang berhasil selamat dari injakan-injakan saat tragedi Kanjuruhan. Sayangnya, teman Angga bernama Ahmad Fajar Khoirul (15) menjadi korban tewas.

Fajar tewas tertindih di pintu Stadion Kanjuruhan saat ribuan orang berdesakan untuk keluar, usai gas air mata dilepaskan ke arah tribun.

"Saya ditarik orang dalam desak desakan itu sampai lepas dengan teman-teman. Saya tertindih-tindih, terinjak-injak. Ambil napas aja susah, saya pasrah, udah nggak bisa apa apa," kata Angga kepada wartawan, Selasa (4/10).

Tewas di pelukan pemain Arema

Pelatih Arema FC, Javier Roca, menceritakan dalam wawancara CNN Indonesia TV, setelah matanya terasa perih, dia melihat orang-orang menggendong mereka yang pingsan. Banyak pula yang berteriak minta tolong.

Ada 20 orang dibantu napasnya. Para pemain membantu mengipasi mereka dengan handuk dan kardus. Situasi menjadi kaos. "Dan ada berapa kasus orang yang meninggal di dalam tangan atau pelukan pemain kita sendiri," katan Roca.

Pelatih Arema FC Javier Roca (kiri) dan pemain Arema FC berkumpul untuk berdoa di taburan bunga di luar Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Senin (3/9/2022).Pelatih Arema FC Javier Roca (kiri) dan pemain Arema FC berkumpul untuk berdoa di taburan bunga di luar Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Senin (3/9/2022). Foto: (Juni Kriswanto/AFP/Getty Images)

Selanjutnya, Gerbang 13 bak kuburan massal:

Cerita Gerbang 13 bak kuburan massal

Gerbang 13 digambarkan Eko Prianto (39) seperti kuburan massal Aremania. Dia menangis menceritakan peristiwa traumatis tersebut. Dia sendiri tidak berada di dalam stadion, tapi di luar stadion. Usai pertandingan, dia mendengar suara letusan dan orang-orang berteriak minta tolong.

Di Gerbang 10, dia melihat perempuan tidak sadarkan diri dan kemudian dia evakuasi. Di Gerbang 13 dia meliaht perempuan dan anak-anak tergeletak, bertumpuk!

"Di Gate 13 di situlah titik semacam kuburan massal teman-teman saya, Aremania. Aku nggak kuat, Mas," ujar Eko sambil terisak, diberitakan CNN Indonesia di Malang. Dia sempat minta tolong ke aparat namun malah hendak dipukul.

Pintu di tribun 12 Stadion Kanjuruhan yang dipasang garis polisi.Pintu di tribun 12 Stadion Kanjuruhan yang dipasang garis polisi. Foto: AFP via Getty Images/JUNI KRISWANTO


Bocah kehilangan ayah-ibu

Bocah SD bernama Muhammad Alfiansyah (11) menjadi yatim piatu karena tragedi 1 Oktober itu. Doni (43) dan istrinya adalah orang tua dari Alfiansyah. Mereka semua hadir di Stadion Kanjuruhan bersama sekitar 20 orang warga RT lingkungannya.

Jika Anda tergerak untuk membantu Muhammad Alfiansyah, maka berilah dukungan dengan berdonasi di berbuatbaik.id. Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan.

Kehilangan suami

Sulastri (50) kehilangan suaminya bernama Ahmad Wahyudi (40) untuk selama-lamanya. Padahal, mereka berdua sempat bergandengan tangan erat-erat. Namun akhirnya, nahas, Wahyudi jatuh pingsan terinjak-injak suporter lain yang panik karena gas air mata.

"Kami mau pulang. Mau sampai tangga sudah ada gas air mata di depan kami, di Tribun 12. Waktu mau turun aku pegangan sama suami. Tapi lepas. Terus saya sudah nggak ingat apa-apa lagi. Sudah pingsan saya," ujar Sulastri di Kantor Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Senin (3/10).

Halaman 2 dari 3
(dnu/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads