Sekjen PDIP Ceritakan Kepentingan AS Awali Retaknya Hubungan Mega-SBY

Sekjen PDIP Ceritakan Kepentingan AS Awali Retaknya Hubungan Mega-SBY

Firda Cynthia Anggrainy - detikNews
Rabu, 28 Sep 2022 09:31 WIB
SBY dan Megawati bersalaman di pemakaman Habibie (BPMI Setpres)
Foto: SBY dan Megawati bersalaman di pemakaman Habibie (BPMI Setpres)
Jakarta -

Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto merespons pernyataan Politikus NasDem Zulfan Lindan soal awal mula munculnya keretakan hubungan antara Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hasto membenarkan panas-dingin hubungan keduanya muncul setelah adanya telepon dari mantan Presiden Amerika Serikat (AS) George W Bush.

Hasto menceritakan adanya kepentingan AS melalui Bush di tengah-tengah kedua mantan presiden ini. Menurut Hasto, Megawati dinilai tak sejalan dengan kepentingan nasional AS, kemudian preferensi politik negara adikuasa itu beralih ke SBY.

"Apa yang disampaikan Bang Zulfan Lindan betul," kata Hasto saat dihubungi, Rabu (28/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasto mengatakan hubungan Bush dan Mega baik dan dekat secara personal. Namun Mega disebut memiliki kebijakan luar negeri yang berseberangan dengan AS. Hal inilah, kata dia, yang berbeda dengan SBY.

"Hubungan secara pribadi antara Ibu Mega dan George W. Bush baik dan secara personal dekat. Namun menyangkut urusan berbangsa dan bernegara, Ibu Mega sangat kokoh pada prinsip. Kebijakan luar negeri Ibu Megawati banyak yang tidak sejalan dengan kepentingan nasional AS. Atas dasar hal tersebut, maka preferensi politik AS kemudian beralih ke SBY," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Hasto mengungkit saat era SBY cadangan minyak Blok Cepu diserahkan ke ExxonMobil, perusahaan energi berkantor pusat di AS. Penyerahan Blok Cepu itu disebut Hasto sebagai hadiah politik.

"Karena itulah hanya beberapa saat setelah Pak SBY menjadi presiden, Blok Cepu diserahkan ke ExxonMobil sebagai hadiah atas dukungan Amerika Serikat terhadap Pak SBY," katanya.

Hasto mengatakan hal serupa juga pernah dia dengar dari KH Hasyim Muzadi, ketum PBNU saat itu. Hasto menceritakan Hasyim menyampaikan itu di satu momen usai perhitungan cepat hasil Pilpres 2004 silam.

"Kesimpulan yang sama juga disampaikan oleh almarhum KH Hasyim Muzadi kepada saya. Saat itu Pak Hasyim di kompleks Patra Kuningan, pascapengumuman hitung cepat," kisah Hasto.

"Beliau pakai baju putih, di atas kursi goyang mengatakan kepada saya, 'Mas Hasto, Pak SBY ini utang budi ke banyak pihak, khususnya AS, nanti kita lihat pemerintahan ini ke depan, pasti akan menghadapi banyak tekanan internasional'. Saat itu kalau tidak salah ada sekretaris beliau, Mas Edo," ujarnya.

Hasto menyebutkan ada sejumlah hal yang membuat AS dianggap menjadi tak 'welcome' dengan Mega. Salah satunya tak terlepas dengan urusan penyerahan Blok Cepu ke ExxonMobil.

"Dalam Pertemuan Bali Concorde di Bali tahun 2003, saat George Bush minta agar Blok Cepu diberikan ke ExxonMobil, tetapi Ibu Mega mengatakan bahwa blok minyak tersebut milik Pertamina," kata Anggota DPR periode 2004-2009 ini.

"Ketika SBY jadi Presiden, dirut Pertamina yang ditunjuk zaman Bu Mega menolak, lalu diganti sama SBY dan akhirnya Blok Cepu diberikan ke AS sebagai 'upah politik' sebagaimana disampaikan saat itu oleh almarhum KH Hasyim Muzadi," sambungnya.

Hasto mengatakan alasan hubungan Bush dan Mega memburuk juga karena sikap Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina.

"Belakangan saya tahu, mengapa AS tidak begitu welcome dengan Ibu Mega. Satu, paska 9/11 dalam Pidato di PBB. Ibu Mega mengatakan bahwa akar persoalan terorisme akibat ketidakadilan masalah Palestina. Indonesia mendukung kemerdekaan penuh Palestina," katanya.

Simak selengkapnya pada halaman berikut.

Saksikan Video 'Zulfan Lindan: Gelar SBY itu Disebut Sebagai The Golden Boy of America':

[Gambas:Video 20detik]




Demikian pula keputusan Mega menolak rencana ekstradisi Abu Bakar Ba'asyir ke AS menjadi alasannya. Perlu diketahui, Ba'asyir merupakan tokoh Islam di Indonesia keturunan Arab yang dianggap punya keterkaitan dengan sejumlah peristiwa dan aksi terorisme di Indonesia. Ba'asyir sendiri saat ini telah selesai menjalani pidana terkait kasus terorisme.

"Rencana ekstradisi Ustaz Abu Bakar Ba'asyir ke USA ditolak oleh Ibu Mega, karena selain tidak ada perjanjian ekstradisi juga sebagai presiden harus melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia," kata Hasto.

Selain itu, Hasto menceritakan Mega tak hanya sekali ditelepon Bush agar menyatakan dukungan serangan AS ke Irak. Namun, sebutnya, Mega menolak.

"Beberapa kali Bu Mega ditelepon George Bush agar mendukung serangan AS terhadap Irak. Namun Bu Mega selalu menolak, sebab kemerdekaan ialah hak segala bangsa. RI bahkan mengutuk serangan USA terhadap Irak. Sikap keras Bu Mega melebihi OKI dan PM Malaysia, Mahathir Mohamad," katanya.

Hasto melanjutkan, hubungan Mega dan Bush yang memanas lantas menggagalkannya bisa membeli alat utama sistem senjata (alutsista) dari Barat. Bush pun disebut kian berang saat Mega pindah pasar ke Rusia dan membeli Sukhoi.

"Demi membela TNI di dalam membangun alutsistanya, maka Ibu Mega melobi USA dan Inggris agar Indonesia bisa beli alutsista termasuk pesawat tempur dari Barat, tetapi permintaan ditolak. Maka sebagai negara berdaulat, Bu Mega ke Rusia dan kemudian beli Sukhoi. Ini yang juga bikin marah Bush," ujar Hasto.

Halaman 2 dari 2
(fca/lir)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads