Meskipun usianya tidak lagi muda, seorang buruh sawit wanita bernama Wati (44) di Kecamatan Jagoi Babang, Kalimantan Barat, nampak begitu semangat menyelesaikan pekerjaan. Satu demi satu sawit yang telah dipanen dipindahkan olehnya dengan sekuat tenaga.
Meskipun raut mukanya nampak bersemangat, ia akui menyimpan rindu yang begitu mendalam terhadap keluarganya di kampung halaman. Selain menjadi buruh sawit wanita, Wati merupakan seorang transmigran asal Pangandaran, Jawa Barat, yang memutuskan untuk merantau ke Kalimantan Barat sejak 9 tahun lalu.
"Pindah ke Kalimantan di tahun 2013. Awalnya suami pengen ke sini ke Kalimantan saya ikut," kata Wati saat ditemui oleh detikcom di kebun sawit Kalimantan Barat beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan Wati untuk merantau ternyata membuat dirinya jauh dari keluarga. Faktor finansial yang serba pas-pasan membuat dirinya terus mengurungkan niat untuk pulang ke kampung halaman di Pangandaran, Jawa Barat.
"Nahan rindu untuk ketemu keluarga sedih. Belum mudik sejak 2013. Rindu keluarga banget," kata Wati.
Ia mengakui kondisi tersebut kerap membuat dirinya menangis. Pasalnya ia ingin sekali bertemu secara langsung dengan orang tuanya yang saat ini sudah lansia.
"Mamaku (ibu saya) sudah tua masih ada di sana. Bapak sudah nggak ada. Ibu di sana pengennya (saya) pulang tapi keadaan tidak bisa," katanya.
![]() |
Untuk melepas rindu, Wati hanya bisa memanfaatkan video call saja. Namun hal tersebut tidak bisa dilakukan olehnya setiap saat. Jagoi Babang yang lokasinya berada di perbatasan RI-Malaysia membuat jaringan sinyal kerap sulit didapatkan.
Untuk menyiasati hal tersebut, Wati rela untuk menyewa jaringan internet WiFi milik tetangga agar bisa video call dengan keluarga.
"Sinyalkan jelek, cari sinyal ke orang yang punya WiFi bayar Rp 3 ribu 1 jam itu dipakai buat video call untuk keluarga. Nggak setiap hari, seminggu 3 kali nggak tentu," katanya.
Karena rasa rindu dengan keluarga begitu besar, Wati kadang menangis ketika video call.
"Kadang nelpon nangis karena nggak bisa ketemu," jelasnya.
Banting Tulang Demi Bertahan Hidup di Ujung Negeri
Klik Selanjutnya
Wati mengatakan setiap hari harus memulai pekerjaan sejak jam 7 pagi hingga jam 4 sore. Adapun pekerjaan yang dilakukan yakni perawatan kebun hingga panen sawit.
"Kerja tadi pagi jam 7 pagi udah mulai setengah 12 istirahat, jam 1 berangkat lagi. Jam 4 sore pulang. Kalo perawatan sama juga," katanya.
Menurutnya, salah satu pekerjaan berat yang mesti dilakukan olehnya yakni mengangkut tandan buah sawit yang beratnya sekitar 15-25 kg per tandan. Adapun setiap hari Wati bisa mengangkat hingga ratusan tandan per hari.
"Satu tandan beratnya 15-20 kg. Sehari bisa mengangkat 100 tandan," kata Wati.
Untuk mengangkatnya ia harus menggunakan baju sidikit lebih tebal agar bagian ujung tandan yang sedikit tajam tidak melukai punggungnya. Belum lagi saat malam hari tiba, Wati mengatakan kerap merasakan pegal-pegal seluruh badan selesai melakukan pekerjaan tersebut.
"Kalau kerja kaya gini. Malam kerasa banget seluruh badan terasa," kata Wati.
![]() |
Adapun upah yang didapatkan ketika menjadi seorang buruh hanya berkisar Rp 2,4 juta sampai Rp 3,5 juta per bulan tergantung harga jual sawit. Ia mengatakan penghasilan sebesar itu begitu pas-pasan untuk membiayai hidup di daerah perbatasan yang mayoritas barang-barangnya cenderung lebih mahal. Meskipun begitu, ketika memiliki uang lebih, ia tidak segan untuk ditabung dan dikirimkan uang ke keluarga di Pangandaran. Untungnya akses perbankan sudah memadai dengan adanya layanan BRILink.
BRILink merupakan kepanjangan tangan dari BRI dalam menjangkau masyarakat yang membutuhkan akses perbankan. BRILink dioperasikan oleh masyarakat sebagai mitra, dan melayani segala bentuk transaksi perbankan seperti transfer, menerima uang, bayar tagihan, dan lain-lain.
"Ya kirim uang pakai itu (BRILink). Mudah-mudahan di sana sehat di sini sehat," katanya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!