Hiii... Cerita Sopir Travel di Pedalaman Kalimantan Diganggu Kuntilanak

Tapal Batas

Hiii... Cerita Sopir Travel di Pedalaman Kalimantan Diganggu Kuntilanak

Dea Duta Aulia - detikNews
Senin, 26 Sep 2022 16:30 WIB
Pengemudi travel Kalimantan
Foto: dok. detikcom/Rifkianto Nugroho
Bengkayang -

Menyusuri jalur lintas pedalaman Kalimantan tidak hanya diperlukan kendaraan yang memadai saja, namun mental yang kuat juga sangat dibutuhkan oleh para pengemudi. Sebab jalur lintas pedalaman Kalimantan tidak bisa ditebak dan begitu menantang.

Pengemudi mobil rental tim Tapal Batas detikcom, Iqbal, mengatakan ada sejumlah pengalaman yang tidak terlupakan saat menyusuri jalur lintas Kalimantan. Perlu diakui, jalur negara yang membentang dari Pontianak sampai Jagoi Babang terbilang mulus.

Namun jika sudah memasuki jalur pedesaan atau pedalaman jalannya cukup memprihatinkan. Belum lagi kalau melintasinya di malam hari, lampu penerangan jalan yang cukup minim menambah ketegangan tersendiri saat melintasi jalan di pedalaman Kalimantan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu pengalaman menyusuri pedalaman Kalimantan yang lewat aja nggak ada cuma kami yang lewat," kata Iqbal yang merupakan warga Pontianak itu kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Ia menuturkan salah satu pengalaman yang tidak terlupakan yakni ketika mobil yang dikemudikan amblas. Kala itu kondisi jalannya rusak parah dan begitu becek. Ia mencoba berbagai cara namun tidak berhasil. Bahkan mobil yang dikendarai olehnya justru semakin tenggelam ke dalam lumpur.

ADVERTISEMENT

"Jadi pertamanya amblas, coba maju mundur maju mundur lama-lama (mobil) makin dalam. Amblas setengah body tenggelam (lumpur)," kata Iqbal.

Pengemudi travel KalimantanKondisi jalan lintas Kalimantan di malam hari. Foto: dok. detikcom/Rifkianto Nugroho

Kejadian itu menurutnya yang terparah selama menjadi pengemudi travel lintas Kalimantan. Ia menganalogikan mobil tersebut layaknya seperti pisang dicelupkan ke coklat.

"Pengalaman itu lah tidur di hutan, mobil itu yang nampak cuma kaca depan saja. Mobil itu kaya pisang dicelupin ke coklat," jelasnya.

Kendala yang dihadapi olehnya saat menyusuri jalur lintas Kalimantan tidak hanya sebatas itu saja. Ia menuturkan kejadian tersebut memaksa dirinya beserta tamu asal Jakarta menunggu pertolongan di tengah hutan.

Namun sayangnya, sejak jam 1 siang sampai 6 sore sama sekali tidak ada mobil yang melintas. Akhirnya, Iqbal dan tamu pun memutuskan untuk berjalan selama 3 jam ke sebuah perkampungan untuk mencari pertolongan.

"Jalan kaki ke kampung tuh 3 jam dibuntuti anjing kan di hutan. Sampe kampung cari mobil penarik. Tarik mobil itu baru jam 1 malam," jelasnya.

Baca selengkapnya

Tak hanya soal medan yang terjal saja, ia mengatakan selama menjadi pengemudi travel kerap diganggu oleh mahluk halus.

Kala itu, Iqbal sedang mengantarkan tamu yang berasal dari salah satu perusahaan provider internet ternama Indonesia. Ketika itu, ia bersama rombongan berada di tengah hutan sawit. Saat malam tiba, ia mendengar suara perempuan tertawa dari kejauhan. Padahal saat itu kondisi sedang sepi.

"Tidur di hutan pernah, diketawain kuntilanak sering," katanya.

Berkat sejumlah pengalaman tersebut, ia selalu mempersiapkan beragam kebutuhan termasuk logistik agar segala kemungkinan buruk bisa diatasi saat masuk ke pedalaman Kalimantan.

"Jadi kami dulu (kalau masuk ke pedalaman) bawa kompor portable, kuali, mie instan, panci sudah pasti kalau ke pedalaman. Magic com dan piring lengkap dibawa," jelasnya.

Pengalaman serupa juga dirasakan Awang yang merupakan seorang Mantri BRI Unit Seluas Kalimantan Barat.Ia mengatakan membutuhkan perjuangan ekstra untuk membantu pelaku UMKM melalui KUR. Tak jarang medan terjal yang dipenuhi oleh lumpur harus dilewatinya dengan kendaraan roda dua untuk membantu UMKM naik kelas.

"Kebetulan lokasi saya jauh semua. Nggak ada yang dekat, jadi pergi pagi, pulang sore, biasa malam, gitu. Jalannya tergantung lokasi, kalau daerah Jagoi mungkin kebanyakan lokasi jalan bagus, kalau daerah perkampungan kaya di Seluas, desa Mayak ini jalan agak hancur. Kalau daerah Tadan hancur sekali daerah persawitan kan, kebun-kebun sawit perusahaan," kata Awang.

Mantri BRI di Jagoi Babang.Mantri BRI di Jagoi Babang. Foto: dok. detikcom/Rifkianto Nugroho

Awang mengatakan jarak tempuh antar rumah nasabah bervariasi mulai dari setengah jam paling cepat hingga ada yang sampai dua jam lebih. Waktu tempuh itu terhitung jika kondisi kendaraan roda duanya sedang dalam kondisi prima.

"Minimal setengah jam, minimal, paling jauh sih ada satu setengah sampai 2 jam lebih ada. Belum lagi kita nggak tahu kondisi motor-motor tiba-tiba bocor kan. Kalau kaya kemarin di daerah Sebujit, rantainya tuh melekat jadi nggak bisa didorong, jadi mau nggak mau tunggu orang lewat, baru bisa naikin ke mobil orang," kata Awang.

Meskipun mengalami sejumlah tantangan, Awang mengakui cukup senang karena bisa menjadi Mantri Bank BRI. Sebab selama menjadi mantri ia mendapatkan banyak pengalaman termasuk ilmu baru dari setiap nasabah yang ditemui olehnya.

"Sukanya kita banyak pengalaman, sukanya kita lebih tahu daerah-daerah yang lain, terus setiap daerah beda-beda karakter, kita bisa tahu, setiap daerah karakternya seperti apa. Yang ini harus gimana, lebih dikenal. Yang jelas sukanya dikenal masyarakat sih," tutup Awang.

detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!

Halaman 2 dari 2
(prf/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads