Mediasi-mediasi telah dilakukan untuk mencari solusi tembok yang menghalangi rumah keluarga Mursideh. Tembok itu dibangun oleh tetangga bernama Widya karena sakit hati dengan ucapan keluarga Mursideh. Kini Widya bersedia memberi celah setengah meter, namun tembok tidak dibongkar. Menurut Anda, apakah itu cukup adil?
Lokasi tembok ini ada di kawasan Jl Gading Raya, Gang VIII, RT 11 RW 10, Kelurahan Pisangan Timur, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur. Kasus ini sempat viral di media sosial.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun detikcom dari Widya maupun dari keluarga Mursideh, tembok depan rumah Mursideh itu berdiri di atas lahan milik Widya. Hanya saja, posisinya memang menghalangi akses rumah Mursideh. Awalnya, Mursideh berharap tembok ini dibongkar agar akses masuk rumahnya tidak terhalang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harapan saya cuma intinya itu minta dibuka seperti biasa dan kita sudah tidak ada masalah lagi, yang lalu-lalu dah kita buka lembaran baru seperti biasa lagi," kata Mursideh kepada detikcom, Selasa (2/8) sepekan lalu.
![]() |
Mediasi oleh aparat pemerintahan dan keamanan digelar berkali-kali, terakhir adalah mediasi ke-6 pada Kamis (4/8) lalu. Namun, tembok tetap berdiri. detikcom kembali bertanya ke Widya, apakah dirinya bersedia merelakan tembok itu untuk dibongkar supaya akses rumah Mursideh tidak lagi terhalang?
"Terkait tembok pembatas itu, sudah ada keputusan pada waktu lalu memberi akses jalan kepada keluarga Ibu Mursideh sepanjang 50 cm," kata Widya, Selasa (9/8/2022).
![]() |
Belum ada respons dari keluarga Mursideh soal kesediaan Widya memberi celah 50 cm tanpa merobohkan tembok itu. Namun demikian, Widya mendengar keluarga Mursideh bakal pindah rumah. Diberitakan detikcom sebelumnya, Camat Pulogadung Syafrudin Chandra juga menyampaikan informasi mengenai keinginan pindah rumah dari keluarga Mursideh itu.
"Jadi, entah keluarga Ibu Mursidah pindah rumah atau tetap di rumah tersebut, kami tetap memberi akses 50 cm itu. Tidak ada kaitan dengan (rencana) kepindahan mereka. Itu pilihan dan mungkin ada pertimbangan lain yang lebih baik dari keluarganya," kata Widya.
Widya (46) menembok akses depan rumah Asep (62) dan Mursideh (58) pada Jumat (29/7) pagi. Tembok itu berdiri sekitar 150 cm. Penembokan itu didasari rasa sakit hati Widya dan keluarganya lantaran perkataan dari pihak keluarga Mursideh.
"Masalah itu bukan fisik tapi yang utama adalah psikis, itu yang sulit sekali kami maafkan sehingga kami nekat ini," kata Widya, pekan lalu.
Widya pun menyampaikan ucapan dari Mursideh yang membuatnya sakit hati. "'Ya gitu deh kalau nggak kawin, galak.' Gitu, tapi saya cuek aja," imbuh Widya.
Belakangan, Widya mengaku sudah bisa memaafkan keluarga Mursideh. Keluarga Mursideh juga sudah berkunjung ke rumahnya dan menyampaikan permintaan maaf. Namun demikian, tembok tidak lantas dirobohkan.
![]() |
"Kami sekeluarga sudah memaafkan Bapak Asep, Ibu Mursideh, Anisa, Firman, kemudian Tri, Yuyun dan Edo yang pada waktu malam kemarin juga sempat hadir ke rumah setelah pertemuan di Kecamatan. Memaafkan itu pasti kita juga punya salah kita juga minta maaf gitu kan tetapi tidak serta merta merubah apa yang sudah diputuskan," kata Widya, Jumat (5/8) lalu.
Jadi menurut Anda pembaca yang budiman, apakah pemberian akses 50 cm tanpa membongkar tembok penghalang akses rumah Mursideh adalah keputusan yang cukup adil?
Lihat juga Video: Ferra Menajang, Berbagi Hidup Dengan Para Perempuan ODGJ