Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM KM IPB) memecat pengurusnya karena dianggap mendukung LGBTQIA+. Mahasiswa yang dipecat BEM KM IPB tersebut buka suara soal sikapnya.
"Saya menolak diskriminasi, bukan mengiyakan tindakan LGBT. Kalau orang-orang LGBT kita persekusi, jelas itu adalah pelanggaran HAM. Poin saya kemarin hanyalah itu," kata mahasiswa tersebut, Arlen Elvide Ariyanto Sudi, menyampaikan keterangan kepada detikcom, Selasa (19/7/2022).
Arlen memasang gambar di Instagramnya pada Juni lalu. Isi gambar itu adalah foto dirinya dengan latar belakang pelangi, warna simbol LGBT. Dia cantumkan tulisan 'Happy Pride Months' di foto itu. Bulan Juni memang diperingati sebagai 'Pride Month' kaum LGBT.
Foto itu membuat BEM KM IPB memecatnya dari jabatan Menteri Kebijakan Kampus BEM KM IPB. Keputusan ditandatangani Presiden Mahasiswa KM IPB Muhammad Yuza Augusti, 3 Juli 2022.
Baca juga: Aliansi BEM Se-UI Dukung Permendikub PPKS |
"Sebenarnya sah-sah saja untuk Presiden mengganti menterinya. Itu hak prerogatif beliau (Presiden BEM KM IPB). Yang menjadi titik berat postingan di Instagram saya adalah opini mengenai persekusi dan diskriminasi terhadap kaum LGBT adalah pelanggaran HAM yang kemudian bersamaan dengan bulan Juni kemudian saya letakkan ornamen pelangi dan tulisan Happy Pride Month," kata Arlen.
Dia kini tengah menyiapkan langkah untuk membuktikan keadilan, namun dia tidak menjelaskan lebih lanjut langkah apa yang dia maksud. Yang jelas, dia tidak bertujuan mempertahankan jabatannya di BEM KM IPB. Arlen berharap kebebasan menyampaikan pendapat dapat lebih dihargai di lingkungan BEM KM IPB.
"Harapan saya sebenarnya hanya semua orang bebas menyampaikan yang dia pahami tanpa ada intervensi dari pihak mana pun. Sikap terkait LGBT itu tergantung bagaimana setiap individu memandangnya," kata Arlen.
Meskipun tidak setuju dengan LGBT dan sadar bahwa semua agama melarang LGBT, Arlen berpandangan LGBT bukan penyakit menular seperti COVID-19. Bila orang LGBT dianalogikan sebagai orang yang berdosa, kata Arlen, bukan berarti orang tersebut harus dijauhi.
"Temenin aja, nggak nular, kok," kata dia.
Namun Arlen sudah menyampaikan permintaan maaf karena tidak mengindahkan memorandum yang disampaikan BEM KM IPB kepadanya. Meski meminta maaf, bukan berarti Arlen mengubah pandangannya soal LGBT.
"Secara substansi saya tidak merasa bersalah. Saya diminta membuat video permohonan maaf karena telah membuat kegaduhan dan ketidakstabilan dalam lingkup keluarga mahasiswa IPB," kata Arlen.
Selanjutnya, pertimbangan BEM KM IPB.
Simak juga 'Buntut Bendera LGBT, PBNU Minta Kedubes Inggris Hormati Adat Istiadat':
(dnu/imk)