Kelapa Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Sekretariat Jenderal MPR Budi Muliawan menyebutkan era disrupsi tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, para mahasiswa harus mampu mempersiapkan untuk menghadapi era disrupsi.
Hal tersebut diungkapkan olehnya saat menjadi pembicara Sarasehan Kehumasan MPR RI Menyapa Sahabat Kebangsaan di Auditorium Lantai 6 Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Gedung Muhammad Nu'man Somantri Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Jawa Barat.
"Upaya untuk menghadapi era disrupsi adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, transformasi digital, dan tidak berhenti untuk berinovasi," kata Budi dalam keterangannya, Sabtu (25/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Era disrupsi merupakan masa terjadinya inovasi dan perubahan secara massif. Masifnya inovasi itulah yang bisa mengubah berbagai sistem dari pola lama ke baru.
"Perubahan yang muncul pada era revolusi industri ditandai dengan berkembangnya kecerdasan buatan (artificial intelligence), teknologi nano, dan rekayasa genetika. Apabila ketiga teknologi tersebut diaplikasikan maka jutaan orang akan kehilangan pekerjaan," jelasnya.
Salah satu contoh perubahannya bisa dilihat dari transformasi transportasi konvensional ke daring yang juga menyuguhkan layanan pesan antar makanan. Serta contoh lainnya, transformasi media dari yang awalnya cetak sekarang digital.
"Dulu kiriman uang dari orangtua untuk mahasiswa memerlukan waktu cukup lama pakai wesel di Kantor Pos. Sekarang, cukup dengan aplikasi di handphone, saat ini uang ditransfer, saat itu pula kita bisa mengecek uang transfer itu," ujarnya.
Perubahan pun nampak di sektor pendidikan, selama 2 tahun ini, banyak siswa yang memanfaatkan pembelajaran dengan sistem daring.
"Itulah contoh paling sederhana tentang perkembangan era disrupsi. Artinya, kondisi saat ini sudah berubah semua. Pola hidup, pola pikir, dan pola kerja berubah. Itulah perubahan yang mendasar dan fundamental," jelasnya.
Khusus untuk mahasiswa, menurutnya, mereka bisa turut berkontribusi seminimal mungkin dengan cara beradaptasi dengan segala perubahan.
"Mahasiswa tidak bisa menolak era disrupsi ini. Kita tidak bisa lagi seperti dulu. Semua harus bertransformasi dan harus siap menghadapi era disrupsi ini," tuturnya.
Budi Muliawan mengungkapkan para mahasiswa merupakan Generasi Z yang jumlahnya sekitar 27,94% dari 270 juta populasi penduduk Indonesia. Generasi Z adalah generasi yang lahir di era internet atau lahir tahun 1997 - 2012, atau saat ini (tahun 2022) berada di usia antara 10 - 25 tahun. Inilah rata-rata usia para mahasiswa saat ini. Salah satu karakter generasi Z adalah sudah beradaptasi dengan era digital.
"Mahasiswa harus mempersiapkan diri menghadapi perubahan di era digital. Mahasiswa harus melakukan inovasi. Mahasiswa tidak hanya mempelajari bidang yang ia pelajari tapi juga mengaplikasikan serta mampu menginovasi dan berkreativitas tinggi dalam bidang tersebut," jelasnya.
Mahasiswa berperan sebagai agent of change (agen perubahan), mempunyai peran sebagai social control (kontrol sosial), menjadi iron stock (generasi penerus), serta mendorong moral force (gerakan moral).
Ia menegaskan agar mahasiswa tidak meninggalkan Empat Pilar yaitu Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara Indonesia, UUD NRI Tahun 1945 sebagai hukum dasar tertulis dan tertinggi, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika yaitu keragaman yang harus dipandang sebagai kekayaan khasanah sosio - kultural.
"Adab lebih tinggi dari ilmu. Selain memberikan ilmu yang baik, guru juga mengajarkan adab, etika, moral, menjunjung nilai-nilai kebenaran. Guru adalah teladan bagi kita semua. Mari kita memuliakan guru," katanya.
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Pendidikan Indonesia Prof Dr Cecep Darmawan mengatakan hal serupa. Menurutnya mahasiswa dalam hal pembangunan harus mengacu UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Berdasarkan peraturan tersebut para pemuda memiliki peran untuk bertanggung jawab pembangunan nasional.
Juga peran meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan ketahanan budaya nasional, dan meningkatkan daya saing serta kemandirian ekonomi bangsa," tutup Cecep.
Simak juga 'Kepala BNPT Ngaku Punya Data Kelompok Radikal dari Kalangan Kampus':