Eks Amir Khilafatul Muslimin Bekasi Minta Rekening Dibuka: Saldo Rp 5 Juta

Eks Amir Khilafatul Muslimin Bekasi Minta Rekening Dibuka: Saldo Rp 5 Juta

Wildan Noviansah - detikNews
Kamis, 23 Jun 2022 14:15 WIB
Eks pengurus Khilafatul Muslimin Bekasi, Abu Salma memohon rekening yayasan yang dibekukan agar dibuka kembali.
Eks pengurus Khilafatul Muslimin Bekasi, Abu Salma memohon rekening yayasan yang dibekukan agar dibuka kembali. (Wildan Noviansah/detikcom)
Bekasi -

Eks pengurus Yayasan Khilafatul Muslimin Bekasi mengaku kehabisan dana seusai rekening dibekukan oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Pihak yayasan meminta agar PPATK membuka kembali rekening tersebut.

"Saya minta supaya rekening yang dibekukan, khususnya yang di Bekasi tolong dibuka," kata Eks Amir Khilafatul Muslimin Wilayah Bekasi Raya, Djhonny Pahamsah alias Abu Salma saat ditemui di kantornya, Jl Kompleks Patal, Pekayon, Kota Bekasi, Kamis (23/6/2022).

Untuk diketahui, PPATK sebelumnya mengungkapkan pembekuan terhadap 21 rekening Khilafatul Muslimin. Pembekuan dilakukan untuk menelusuri aliran dana terkait organisasi Khilafatul Muslimin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Abu Salma mengungkapkan rekening yang dibekukan atas nama yayasan. Isi saldonya tidak signifikan, tetapi cukup untuk makan eks pengurus selama sepekan.

"Karena ada nilai rupiahnya cukup. Meskipun Rp 5 juta cukup buat kita. Kurang lebih Rp 5 juta, kan lumayan buat makan sepekan," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Abu Salma mengatakan rekening yang dibekukan tersebut biasanya digunakan untuk para donatur yang akan berdonasi. Termasuk donasi dari para wali santri.

"Ada yang datang langsung ada yang transfer. Kalau wali santri hampir transfer ke rekening tersebut, tapi nggak besar. Kalau yang besar biasanya donatur datang ke sini, tapi (donatur) yang jauh-jauh ada juga yang transfer," ujarnya.

Abu Salma lantas mengatakan pembekuan rekening yayasan merugikan pihaknya. Sebab, dengan dibekukannya rekening tersebut kegiatan para santri harus terhenti.

"Nanti kalau pemerintah enggak buka, khawatir pemerintah zalim. Ini kan anak-anak lemah dalam ekonomi. Ini saya ingatkan kepada aparat tolonglah dibuka rekening anak-anak pondok," kata dia.

"Kalau mau dibekukan ya rekening yang korupsi saja. Jangan yang kayak gini. Kalau yang kayak gini dibekukan bertanggungjawab di akhiratnya besar. Tapi yang korupsi nggak apa-apa (dibekukan), triliunan miliaran. Kita cuman Rp 1 juta, Rp 2 juta, penting itu," sambungnya.

Simak juga video 'Muhammadiyah Pastikan Anggotanya Tak Terlibat Khilafatul Muslimin':

[Gambas:Video 20detik]





Baca di halaman selanjutnya: Khilafatul Muslimin kehilangan donatur.....


Khilafatul Muslimin kehilangan Donatur

Abu Salma menambahkan, buntut kisruh Khilafatul Muslimin beberapa waktu lalu, kondisi perekonomian yayasan semakin tergerus. Bahkan kata dia, jumlah donatur berkurang hingga 95%.

"Dengan kondisi hari ini banyak pro dan kontra, menurunlah donatur kita, sehingga kurang memadai dalam operasional,(menurun) 95%," ujarnya.

Abu menuturkan, kondisi ini terjadi karena para donatur khawatir nantinya akan terbawa dalam permasalahan hukum Khilafatul Muslimin tersebut. Para donatur juga khawatir dikaitkan dengan jaringan radikalisme dan terorisme bila terus menyumbang di situasi saat ini.

"Donaturnya berpikir ending dari yayasan ini seperti apa, mereka mungkin ada kekhawatiran. Khawatir dikait-kaitkan misalkan yayasan kami terdapat jaringan radikal atau terorisme. Ini kan pasti ada kaitannya dengan donatur," imbuhnya.

Sementara itu, 5% merupakan iuran wajib Rp 1.000 dari setiap warga Khilafatul Muslimin setiap harinya.

"Jadi yang masih tetap itu yang sponsor utama jemaah Khilafatul Muslimin. (Iuran) itu tetap berjalan, itu memang sponsor jemaah Khilafatul Muslimin. Itupun masih yang mampu, kalau yang tidak mampu ada juga yang nggak dilaksanakan," jelasnya.

Kegiatan Pesantren Disetop

Lebih lanjut, Abu mengatakan, berkurangnya jumlah donatur berimbas pada kegiatan di yayasan. Salah satunya pemberhentian sementara kegiatan belajar mengajar di sana.

Sebab, kata Abu Salma, dalam satu bulan biaya operasional yang harus dikeluarkan di yayasan Khilafatul Muslimin Bekasi bisa mencapai Rp 120 juta, termasuk biaya makan para santri dan insentif tenaga pengajar. Sementara itu, tidak ada pungutan biaya kepada santri termasuk untuk makan.

"Pertama memang operasional pondok kita kurang lebih Rp 100 juta sampai Rp 120 juta dalam satu bulan dengan 250 jiwa (orang) yang ada di yayasan ini yaitu anak santri dan pengurus. Memang mereka istilahnya kita biayai makan hidup nya segala macam nya, dan insentif guru meskipun alakadarnya," kata dia.

Oleh sebab itu, pihaknya memilih untuk memulangkan santri ke rumahnya masing-masing. Ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk menekan biaya operasional tersebut.

"Nah ini yang menjadikan kita beban untuk sekarang ini. Makanya santri dipulangkan juga salah satu solusi supaya tidak terlalu besar di operasional," ujarnya.

"Jadi (kegiatan) sekarang ini kita hanya bersih-bersih maintenance gedung, sama koordinasi dengan tokoh dan aparat," imbuhnya.

Selain itu, dengan diberhentikannya proses belajar mengajar di sana, Abu mengatakan, pihaknya juga mendapat keluhan dari hampir semua wali santri. Mereka berharap yayasan Khilafatul Muslimin di Bekasi bisa kembali beroperasi.

"Sangat banyak (keluhan) bahkan mayoritas 99%. Pertama anak di rumahnya akhirnya ikut pergaulan bebas. Tidak kontrol main gadget. Terus dia juga tidak fokus pada pembelajaran, tidak seperti di pondok. Harapan mereka segera dibuka kembali," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(mei/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads