Tim 3 dan Duduk Perkara Kisruh di Musda-musda Demokrat

Tim 3 dan Duduk Perkara Kisruh di Musda-musda Demokrat

Tim detikcom - detikNews
Senin, 30 Mei 2022 22:11 WIB
Logo Demokrat
Logo Partai Demokrat (Foto: Redaksi)
Jakarta -

Sejumlah musyawarah daerah (Musda) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat berakhir kisruh. Penyebab kisruh Musda-musda itu hampir seluruhnya sama, yakni karena sistem pemilihan Ketua DPD diputuskan oleh DPP (Dewan Pimpinan Pusat) melalui tim 3.

Berdasarkan catatan detikcom, Senin (30/5/2022), ada 4 daerah yang melaksanakan Musda berakhir kisruh. Tiga di antara Musda itu mempersoalkan pemilihan Ketua DPD. Kader di daerah menilai DPP Demokrat tidak adil mengenai pemilihan Ketua DPD.

Pengurus DPD Demokrat merasa aneh ketika pemilihan Ketua DPD ada tahapan lain yaitu fit and proper test dari DPP. Hasil fit dan proper test itu memutuskan kandidat lain yang tidak memiliki mayoritas suara terpilih jadi ketua DPD.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada tahapan akhir, Ketua DPD Demokrat memang hanya dipilih oleh 3 orang atau tim 3, yaitu Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Sekjen PD Teuku Riefky Harsya, dan Ketua Badan Pembinaan Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (BPOKK) Herman Khaeron.

Pada aturan Demokrat sebelumnya, Ketua DPD dipilih berdasarkan perolehan suara terbanyak di Musda. Aturan baru, Demokrat membuat tahapan lain setelah pemungutan suara.

ADVERTISEMENT

Kepala Bamkostra Herzaky Mahendra Putra Herzaky menjelaskan dalam AD/ART Partai Demokrat tahun 2020 disebutkan proses pemilihan Ketua DPD di setiap daerah melalui beberapa tahapan. Tahap pertama pengusulan bakal calon di Musda. Kader yang mengantongi dukungan suara 20 persen bisa diajukan di Musda.

"Di Musda berproses lagi. Bakal calon yang mengantongi suara 20 persen ini, 3 calon dengan suara terbanyak, lalu kemudian diusulkan di DPP untuk masuk ke tahapan selanjutnya, yaitu fit and proper test," tutur Herzaky.

Herzaky menyebut sistem baru ini lebih baik. Menurutnya Partai Demokrat akan mendapat Ketua DPD yang terbaik dari sistem ini.

"Itu mekanisme dulu, sebelum AD/ART 2020. Kenapa ada perubahan, itu sesuai kesepakatan pemilik suara di kongres. Karena ingin calonnya terbaik dari berbagai aspek," ujar Herzaky.

"Karena pada saat fit and proper test, dukungannya sudah 0 semua. Tapi dukungan itu menjadi salah satu indikator calon ketua saja. Bukan indikator utama dan penentu. Yang menjadi penentu yaitu saat fit and proper test, bagaimana rekam jejaknya, komitmennya, dan visi-misinya," tutup Herzaky.

Baca selengkapnya pada halaman berikut.

Musda-musda Demokrat Berakhir Kisruh

Sulawesi Selatan

Pada Musda DPD Demokrat Sulawesi Selatan yang digelar Desember 2021, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) mendapat suara dukungan terbanyak yakni 10 DPC. Akan tapi IAS tidak dipilih menjadi Ketua DPD.

DPP Partai Demokrat memilih Ni'matullah sebagai Ketua DPD Demokrat Sulsel yang hanya mendapat dukungan 8 DPC. IAS pun buka suara mengenai hal ini. IAS merasa DPP Demokrat tak menginginkannya lagi.

"Pertama, saya membutuhkan organisasi di mana saya dan cita-cita saya mengabdi di kancah lebih besar, bisa lebih dihargai," ujar IAS dalam keterangannya kepada detikSulsel, Jumat (27/5).

"Sesungguhnya saya seperti pejuang, yang dipaksa menelan ludah sendiri. Ibarat bertarung membawa sekeranjang air," katanya.

Jawa Timur

Pada 20 Januari 2022, DPD PD Jawa Timur menggelar Musda. Ada 2 orang kandidat yang maju pada pemilihan Ketua DPD, yaitu Bayu Airlangga dan Emil Dardak.

Bayu yang merupakan menantu Pakde Karwo, mendapat suara dukungan terbanyak, yakni 24 DPC. Bayu memiliki nasib yang sama dengan IAS, DPP justru memilih Emil Dardak yang memperoleh suara DPC lebih sedikit, untuk memimpin Demokrat Jatim.

Bayu kemudian memutuskan mundur dari Partai Demokrat. Dia kecewa dan merasa dizalimi dengan hasil musda tersebut.

"Saya memutuskan mundur dari Partai Demokrat per hari Kamis, 21 April 2022. Ketika saya dizalimi terkait Musda, tidak ada pilihan lain selain mundur dari partai," kata Bayu, Jumat (22/4/2022).

Simak Musda DPD Partai Demokrat NTT dan Riau di halaman selanjutnya.

Nusa Tenggara Timur

Musda DPD Partai Demokrat NTT juga sempat ricuh hingga muncul aksi pembakaran atribut partai. Massa yang ricuh memprotes hasil Musda Demokrat NTT yang menetapkan Leonardus Lelo sebagai Ketua DPD Partai Demokrat NTT terpilih.

Saat dihubungi, Selasa (4/1/2022), Leonardus Lelo saat dihubungi mengatakan massa yang ricuh mengatasnamakan simpatisan Jefri Riwu Kore.

"Yang bakar-bakar itu dia berkisar mungkin jam 11 atau setengah 12 gitu, jam 12-lah (waktu NTT)," kata Leonardus.

Leo menyebut aksi bakar-bakar itu terjadi setelah dia mengumumkan terpilih sebagai Ketua DPD Demokrat NTT terpilih untuk 5 tahun ke depan. Leo menegaskan terpilihnya dirinya sebagai Ketua DPD Demokrat 2021-2026 sesuai aturan partai.

"Kita di AD/ART itu Musda sudah diselenggarakan tanggal 15 Oktober 2021 karena di PO, Peraturan Organisasi Nomor 2/2021 Tanggal 3 Mei 2021, di mana Musda itu hanya menetapkan calon yang memenuhi syarat minimal 20 persen dukungan dari DPC. Selanjutnya, ketika dia lolos menjadi calon di Musda Demokrat, maka yang bersangkutan itu mengikuti fit and proper test DPP melalui tim 3, yaitu Ketum, Sekretaris Jenderal, dan BPOKK. Nanti diputuskan sepenuhnya oleh tim 3," kata Leo.

Riau

Musda DPD Partai Demokrat Riau juga berakhir kisruh. Akan tetapi, penyebab kisruh Musda Riau ini tidak sama dengan 3 Musda yang disebutkan di atas.

Musda Riau kisruh sebab pengurus lama yang merasa kecewa imbas DPP yang secara tiba-tiba menggelar musda pengurus baru pada 2021. Padahal jabatan pengurus lama berakhir di Agustus 2022.

Kisruh Musda Partai Demokrat Riau ini juga berujung dengan pembakaran atribut partai. Aksi bakar atribut dilakukan pada Kamis (2/12/2021) sore di halaman kantor DPD Demokrat Riau Jalan Arifin Achmad Pekanbaru. Kader kecewa karena AHY diduga merestui pelaksanaan Musda di Pekanbaru.

"Atribut semua saya bakar karena kecewa dengan demokrat di bawah kepemimpinan AHY. AHY memimpin partai ini beda jauh dengan cara SBY, SBY selalu mengajarkan kesantunan dan aturan, ini berbeda," tegas kader Demokrat Riau, Kamaruzman.

Ketua DPD Demokrat Riau saat itu Asri Auzar memutuskan keluar dari partai yang dikomandoi AHY itu. Jabatan Asri harusnya selesai Agustus 2022.

"Saya dulu dilantik Agustus 2017, berakhir 2022. Pada hari ini dilakukan Musda, ini Musda apa namanya? Saya juga tak tahu. Musdakah atau Musdalub," kata Asri di Kantor DPD Demokrat Riau, Selasa (30/11/2021).

Halaman 2 dari 3
(lir/lir)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads