Ferdinan Bongbong Marcos Jr dan Sara Duterte berhasil memenangi Pilpres Filipina 2022. Marcos Jr adalah putra diktator Filipina Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos. Bagaimana gaya kepemimpinan Marcos Jr di Filipina nantinya, akankah mengulang diktatoran sang ayah?
Analisis Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI), Evi Fitriani, Marcos Jr akan sulit 'membumikan' kembali bentuk pemerintahan otoritarian bak ayahnya. Rakyat Filipina pun diyakini bakal menentang habis-habisan.
"Kayaknya, kalau kembali ke rezim Marcos akan susah zaman sekarang. Zaman sekarang menjadi diktator itu susah karena rakyatnya, apalagi Filipina," kata Evi kepada wartawan, Selasa (10/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Evi menuturkan Filipina kini sudah berevolusi menjadi negara demokrasi. Bahkan, menurut dia, demokrasi Filipina salah satu yang paling liberal di Asia Tenggara.
"Filipina itu negara demokrasi yang paling liberal di Asia Tenggara sesudah Indonesia, Filipina dan Indonesia lah," katanya.
Selain rakyatnya sendiri, Marcos diyakini bakal dapat tekanan dari dunia internasional jika memimpin Filipina dengan gaya diktator. Evi lagi-lagi melihat hampir tak ada celah untuk menghidupkan kembali gaya kepemimpinan diktator di Filipina.
"Jadi, kalau sekarang akan terjadi seperti Marcos, kayaknya tekanan dari masyarakat atau internasional community, pasti susah kalau kayak Marcos, otoritarian," jelasnya.
Budaya Politik di Filipina
Analisis Evi, yang mungkin terjadi di bawah kepemimpinan Marcos Jr adalah struktur kekuasaan yang terdiri dari beberapa individu saja alias oligarki. Sebab, kekuatan politik di Filipina terkenal dikuasai oleh sejumlah keluarga saja, sebut saja keluarga Marcos dan Aquino, yang memang kuat secara finansial.
"Tapi, yang mungkin adalah mereka jadi oligarki. Tapi Filipina itu political culture-nya juga memang menunjang ke sana. Jadi di Filipina itu political culture-nya itu sangat patron klien. Mereka kan memang liberal, demokrasi," papar Evi.
"Jadi, kekuatan politik itu berada di tangan klan-klan, keluarga-keluarga yang kuat, keluarga Marcos, keluarga Aquino," imbuhnya.
Evi lalu membandingkan dengan kondisi di Indonesia. Evi menyebut kondisi dan situasi politik di Indonesia berbeda dengan Filipina. Kemunculan Joko Widodo (Jokowi) dinilai jadi salah satu bukti.
"Kalau kita (Indonesia) kan agak beda. Kita kan tiba-tiba ada Pak Jokowi. Kalau di sana (Filipina) nggak mungkin, pasti dari keluarga, atau dia didukung oleh keluarga tertentu, misalnya dia populer," kata Evi.
Terpilihnya Joseph Estrada jadi Presiden ke-13 Filipina juga dianggap sebagai bukti kondisi politik di sana berbeda dengan di Indonesia. Joseph Estrada terkenal sebagai bintang film.
Selain itu, Evi juga melihat saat ini keluarga Marcos sedang berupaya untuk memperbaiki citra buruk akibat kepemimpinan Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos. Terlebih, sebut dia, Marcos Jr diduga bukan pemimpin yang 'bersih'.
"Pasti kuat sekali PR-nya, karena dia merubah image yang jelek ya, dari keluarga yang dianggap kleptokrasi. Kleptokrasi itu kan berarti yang korupsi, yang mencuri uang negara yang diformat ulang image-nya, akhirnya dia dipilih oleh rakyat," sebut Evi.
"Kalau saya lihat di beberapa berita sebetulnya dia punya kasus hukum juga ini, yang Marcos Jr. Dia ada mengemplang pajak juga loh sebetulnya dia itu," sambung dia.
Analisis Evi, pemerintah Marcos Jr akan tetap berada di trek demokrasi. Namun, Evi menyebut bukan 'murni' demokrasi.
"Tapi dia mungkin dia akan running sebagai pemerintah yang demokrasi. Tapi dalam demokrasi itu, ya sekali lagi, karena mereka menguasai senat, mereka punya power. Ya bisa aja kan apa yang diputuskan itu dalam bentuk kongkalikong. Jadi nggak harus dengan kekerasan seperti zaman Marcos, jaman Soeharto. Kayaknya sekarang susah yang kayak gitu," paparnya.
Simak video 'Anak Diktator Ferdinand Marcos Jr Memenangkan Pilpres Filipina':
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.