Kemudian, Rohimah diteriaki dengan sebutan yang tidak menyenangkan. Bahkan dia sempat akan dipukuli oleh keluarga tahanan tersebut. Beruntung masih ada petugas lain yang melerai.
"Saya dibilang gila, dibilang ke rumah sakit jiwa," kata Rohimah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tempat sampah ditendang, saya mau dipukuli. Untung ada teman saya," tambahnya.
Rohimah sempat tidak tahan dan ingin mengundurkan diri dari pekerjaan waltah KPK yang telah ditekuninya sejak 2013. Rohimah menyebut dia sering diremehkan dan dianggap sebagai asisten rumah tangga.
"Mereka kadang menganggap pengawal tahanan itu adalah asisten rumah tangganya," ucapnya.
Namun dia menerima pekerjaannya sebagai salah satu cara untuk mengendalikan diri. Sering kali Rohimah mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan lantaran para tahanan yang sejatinya memiliki jabatan menganggapnya sebelah mata.
"Tantangan yang saya rasakan selama saya bekerja di rutan KPK banyak banget tantangannya, seperti mereka itu kan terkadang masing berpikir kalau mereka itu ngerasa belum tahanan, jadi sikapnya sebagai ada yang bupati, gubernur, walkot, kadang-kadang tindakannya masih nggak mau diatur. Nah tugas tuh mengatur tapi sambil tetap mengayomi bagaimana proses prosedur yang kita pegang berjalan tanpa ada benturan di lapangan," imbuhnya.
Rohimah bangga dengan pekerjaannya, baca pada halaman berikut.