Narasi kadrun dan cebong kembali muncul di tengah polemik pemecatan dokter Terawan Agus Putranto dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Narasi kadrun disematkan kepada Ketua Umum IDI periode 2022-2025 Adib Khumaidi yang merangkap jabatan di Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menyebut istilah kadrun dan cebong itu sampai sekarang masih dijadikan bahan olok-olok. Bahkan, dia menilai dua narasi itu sangat kasar.
"Kadrun atau cebong itu istilah pejoratif bernada hinaan bagi pendukung Jokowi dan Prabowo di pilpres 2019 lalu. Bahkan sangat kasar," kata Adi kepada wartawan, Jumat (1/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kadrun berkonotasi Islam radikal metamorfosa dari istilah kampret sebutan pendukung Prabowo. Sementara cebong, sebaliknya dinilai Nusantara dan NKRI diasosiasikan pendukung Jokowi yang dinilai gemar memelihara kodok," imbuhnya.
Hingga kini, sambung Adi, istilah itu masih menjadi bahan olok-olok antarkubu yang berbeda untuk saling menghina. Fenomena ini dinilai sebagai bukti masih masyarakat masih terbelah.
"Sampai sekarang dua istilah ini jadi bahan olok-olok antarkubu untuk saling menghina. Ini menunjukkan rakyat masih terbelah ekstrem. Sangat naif karena Jokowi dan Prabowo sudah bersatu dalam kolam koalisi, saling berangkulan, berbagi jatah kekuasaan," sebutnya.
Muncul Lagi di Polemik Terawan-IDI
Adi pun memberikan analisis mengenai munculnya istilah kadrun dan cebong di polemik IDI dan Terawan ini. Dia menyebut pendukung Terawan mayoritas pendukung pro pemerintah.
"Istilah ini kemudian muncul dalam kasus pemecatan Terawan. Sederhana saja nebaknya. Pendukung Terawan itu mayoritas pro pemerintah wajar disebut cebong. Sementara IDI dituding kadrun karena dinilai berafiliasi dengan Islam keras. Intinya saling mengolok-olok ini antarpendukung," katanya.
Simak Video: Dorong Usulan Revisi UU Kedokteran, Legislator PDIP: IDI Terlalu Powerful
Adi menilai harusnya semua pihak fokus kepada akar persoalan pemecatan Terawan, tanpa harus ribut-ribut dan saling menghina.
"Bukannya fokus menginvestigasi akar persoalan pemecatan Terawan, malah ribut saling menghina dengan sebutan kadrun dan cebong. Negara ini memang lebih suka tampilan luarannya saja ketimbang isi di dalamnya," sebut Adi.
Sebutan 'kadrun' terhadap Adib Khumaidi sempat ramai di media sosial. Bahkan netizen juga mempersoalkan jabatan Adib di MUI dan IDI.
MUI Merasa Prihatin
MUI prihatin dengan ramainya olok-olok di media sosial itu. Seperti diketahui, Adib Khumaidi menjabat Ketua Pelaksana Ketua Lembaga Kesehatan Majelis Ulama Indonesia (LK MUI).
"Menanggapi hal ini, Sekjen MUI Amirsyah Tambunan merasa prihatin karena memasuki bulan suci Ramadan masih belum sadar untuk berhenti memperolok-olokkan saudara sebangsa setanah air. Kapan Indonesia mau maju kalau masih salah menyalahkan bahkan memfitnah sesama saudara sebangsa setanah air," ujar Sekjen MUI Amirsyah Tambunan saat dihubungi, Jumat (1/4).