Badrus adalah pelukis jalanan yang mematok harga seikhlasnya untuk karya-karyanya. Ternyata Badrus adalah seorang sarjana.
Muhammad Badrus, begitu nama lengkapnya. Pria kelahiran Salatiga tahun 1966 ini biasa berkeliling menjajakan lukisannya dengan motor bebeknya, melintasi daerah Kota Bekasi hingga Jakarta Timur. Dia berangkat dari rumah kontrakan di belakang Pasar Sumber Artha Bekasi, kadang menyusuri Jl Kalimalang, kadang pula ada di Mega Mall Bekasi.
detikcom berbincang dengan Badrus ketika dia singgah di pinggir Polsek Duren Sawit, daerah Kalimalang, Jakarta Timur, Selasa (22/3).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan hidup Badrus mengantarnya ke jalan seni dan kerajinan. Sejak muda, dia sudah senang melukis. "Dulu saya hobi ngelukis sejak '85. Ini saya ngelukis lagi setelah pandemi COVID-19," kata dia.
Mundur ke tahun 1986, dia menerawang masa-masa di kota Yogyakarta. Dia menjadi mahasiswa Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga. Dia menempuh jurusan pendidikan umum yang sedianya menyiapkan lulusannya untuk menjadi guru ilmu pengetahuan sosial (IPS). Sembari berkuliah, dia juga mencari tambahan uang untuk hidup di Yogyakarta.
"Di sana sekalian cari lahan rezeki untuk ngelukis," kata Badrus sambil mengingat Yogyakarta.
![]() |
"Dulu saya usaha melukis kaca, melukis botol, melukis di kanvas. Jadi sebelum punya anak pertama, saya sudah melukis," kata dia. Karya-karyanya ternyata laku dan bisa menjadi tambahan uang saku sebagai mahasiswa kala itu.
Pada 1990, dia menikah saat masih berstatus mahasiswa, tepatnya setelah kuliah kerja nyata (KKN). Dia dan istrinya dikaruniai empat orang anak. Dia lulus kuliah pada 1995.
Di Yogyakarta, dia menjadi perajin kapal dalam botol. Pesanan dari luar negeri bahkan dia kerjakan juga. Namun gempa Yogyakarta 2006 membuat kondisi ekonominya berubah. Dia pergi ke Jakarta untuk menjual barang-barang yang sudah diproduksi sebelum gempa. Saat di Jakarta itu, dia kemudian menikah lagi.
"Istri (kedua) itu dulu mantan karyawan teman saya. Akhirnya nikah," ujarnya.
Restu dari istri pertama muncul belakangan. Meski begitu, tentu saja istri pertama sempat marah. "Ya marah, cuma kan sebentar. Dia pokoknya istimewa lah karena nggak marah berkepanjangan," ujarnya. Dari istri kedua, Badrus punya tiga anak.
Selanjutnya, pandemi COVID-19 membuatnya harus memutar otak mencukupi kebutuhan rumah tangga, baik untuk istri pertama di Salatiga maupun istri kedua dan tiga anak di Bekasi. Pandemi COVID-19 yang menerjang pada 2020 membuat produksi kerajinan kapal dalam botol setop total.
Istri kedua bekerja sebagai penjaga toko aromaterapi di mal Bekasi, adapun Badrus harus tetap menghasilkan uang, dia menjadi penjual nasi kebuli. Ternyata berjualan nasi kebuli juga tidak menguntungkan. Akhirnya dia menekuni kembali hobi lamanya, yakni melukis. Awalnya, dia menjual lukisannya secara menetap namun tidak laku. Dia memutuskan menghidupkan sepeda motor bebeknya untuk 'pameran keliling'.
"Rutenya gak mesti. Tapi saya di sini (depan Polsek Duren Sawit) baru sekitar semingguan. Kadang juga kelilingnya ke Pondok Bambu; Pondok Gede. Jadi gak mesti," kata Badrus saat ditemui detikcom di seberang Polsek Duren Sawit.
![]() |
Rutenya berjualan masih sekitar Bekasi, Jawa Barat. Namun sewaktu-waktu dia pernah berjualan sampai ke Cililitan, Jakarta Timur. Kalau hari Jumat, biasanya Badrus menjajaki jualannya dari masjid ke masjid. Dia mencari masjid yang jaraknya cukup jauh. Selepas Jumatan, pria paruh baya itu langsung berjualan di halaman masjid.
Badrus mengaku lukisan yang ia jual merupakan buah karyanya sendiri. Ia rela dibayar se-ikhlasnya guna menyambung hidup dan memperkenalkan seni kepada masyarakat luas.
Hal inilah yang membuatnya enggan kembali berjualan nasi kebuli. Dia lebih memilih fokus untuk melanjutkan karier sebagai pelukis. "Kayaknya enggak ada niat deh buat kembali dagang nasi kebuli. Justru saya sudah fokus ke lukisan," terangnya.
Ia pun mengaku tak kewalahan meski harus berjualan dan melukis. Badrus punya cara untuk menyiasati hal itu. Saat pagi, dia fokus melukis hingga pukul 10.00 WIB. Setelahnya, ia mengantar istrinya bekerja di mega mall Bekasi.
Dia pun mulai menjajalkan dagangannya sejak pukul 12.00 WIB. Bersama anak keenamnya yang kelas 2 SD, Badrus mangkal di rute tertentu yang biasa dia lewati.
![]() |
Setelah pukul 14.00 WIB, Badrus kembali pulang ke rumah untuk beribadah. Di sela-sela waktunya, terkadang ia melukis atau istirahat sejenak.
"Sampai nanti sorenya nyusul istri lagi, jemput dia (istri) habis magrib," katanya.
Dia tak setiap hari melukis. Sebab, dalam sehari belum tentu lukisannya habis terjual. Per hari, Badrus membawa 10-15 lukisan. Itu pun hanya laku 2-3 buah. Namun, kalau ada pembeli yang memborong karyanya, baru lah ia melukis tiap hari. Biasanya, dalam waktu 1 jam dia mampu menghasilkan 5 lukisan.
Pembeli pun bisa meminta dilukiskan sesuai keinginan (request). Untuk sketsa wajah, Badrus mematok harga Rp 200.000-250.000 untuk ukuran 60x80 cm.
"Cuma kan orang ngelukis wajah jarang yang dapat 1 wajah, biasanya kan 2 wajah. Jadi aku patok untuk ukuran yang agak gede 1 wajahnya Rp 200.000-400.000. Ada yang pernah bayar Rp 1 juta untuk 5 wajah," ucapnya.
Dia punya alasan tersendiri untuk konsisten dalam melukis. Selain hobi, hal itu ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ia bertanggung jawab untuk menafkahi istri dan ketujuh anaknya.
Sempat Viral
Upaya Badrus dalam memasarkan lukisan terbilang unik. Dia rela dibayar seikhlasnya agar mendapat pemasukan guna menyambung hidup. Siapa sangka, hal itu justru membuatnya viral di social media. Pada 2020, jumlah pembeli terus bertambah.
"Ya pas awal-awal viral jumlah pembeli sempat bertambah. Itu kan viralnya pas awal-awal Corona masuk Indonesia ya," ucap Badrus.
![]() |
Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah pembeli justru menurun. Saat ini pun, pembeli turun signifikan. Hal itu disebabkan oleh ketidakpastian kondisi. Menurutnya, mayoritas masyarakat memilih untuk memenuhi kebutuhan pokok daripada tersier. Namun hal itu tak menjadi penghalang baginya untuk melanjutkan berkarya. Dia masih rela melukis dan berjualan keliling.
"Cuma saya masih bertahan karena cita-cita saya kan dari hasil penjualan ini untuk kebutuhan pokok, untuk biaya sekolah, kontrakan segala macem. Disanya saya bikin untuk lukisan yang lebih bagus itu untuk galeri saya di Mega Mall. Syukur-syukur bisa ikut pameran," tutur Badrus yang bercita-cita ingin menggelar acara pameran lukisan tunggal.
Simak juga 'Adi, Penyandang Down Syndrome Kolektor Medali':
(azl/dnu)