Kisah Arum, Gadis 13 Tahun 'Taklukkan' Turki dengan Berkuda dan Memanah

Inspirasi

Kisah Arum, Gadis 13 Tahun 'Taklukkan' Turki dengan Berkuda dan Memanah

Danu Damarjati - detikNews
Minggu, 27 Feb 2022 11:52 WIB
Arum Nazlus Shobah, pemanah berkuda. (Dok pribadi Sunaryo Adhiatmoko)
Arum Nazlus Shobah, pemanah berkuda. (Dok pribadi Sunaryo Adhiatmoko)
Jakarta -

Video pendek viral di media sosial, seorang gadis remaja menunggang kuda sambil melepaskan panah-panah dengan jitu. Ternyata, anak dalam video itu sudah 'menaklukkan Turki' dengan cara berkuda dan memanah.

detikcom mewawancarai Srikandi cilik ini, namanya adalah Arum Nazlus Shobah. Usianya baru 13 tahun, namun kemampuan memanah sambil berkuda yang dia miliki bisa mengalahkan orang-orang yang berusia di atasnya.

Arum adalah pepanah berkuda yang memenangi sejumlah kejuaraan internasional. Kejuaraan monumental didapatnya saat di Turki karena dia berhasil menang di tiga kejuaraan di dua kota besar negara itu, tahun lalu. Menyanyikan Lagu Kebangsaan Republik Indonesia di podium negara orang adalah pengalaman yang tak terlupakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehari sebelum 17 Agustus 2021, di Ankara Turki, saya senang sekali karena saya bisa menyabet gelar juara umum. Saya menyanyikan lagu Indonesia Raya di Turki, senang sekali waktu itu di Ibu Kota Turki," kata Arum kepada detikcom, Kamis (24/2/2022).

Saat berlaga di arena luar negeri, peserta-peserta lain mengenakan busana asal daerah masing-masing karena olahraga ini memang terkait erat dengan budaya. Arum juga mengenakan busana bercorak Indonesia, terkadang mengenakan busana motif batik, kadang pula mengenakan kain tenun dari Lombok.

ADVERTISEMENT

Arum kini tinggal bersama keluarganya di kawasan Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dia juga berlatih memanah di halaman rumah.

Ayahnya, Sunaryo Adhiatmoko, menjelaskan perihal prestasi putrinya di Turki, negara yang menjadi tuan rumah tradisi berkuda. Bahkan, tradisi panahan tradisional Turki baik yang berkuda maupun tanpa berkuda, diakui UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai 'warisan budaya tak benda' kelas dunia sejak 2019. Namun Arum, gadis cilik dari Indonesia, bisa mengalahkan pemanah-pemanah berkuda Turki.

"Turki insyaallah sudah bisa kita taklukkan. Panahan berkuda ini bagian tradisi Turki. Kita belajar ke sana, kita datang mengalahkan mereka, dan mereka respek," kata Sunaryo Adhiatmoko, ayah dari Arum.

Pada Juni 2021, Arum menjadi juara dalam ajang '2nd Circular Track Horseback Archery Cup 2021' yang digelar oleh Performance Horseback Archery Academy di Ankara, Turki. Saat itu, Arum menjadi juara kedua. Juara pertama kategori junior kala juga berasal dari Indonesia, yakni kakak kandung Arum sendiri bernama Arsa Wening Arrosyad (14). Di kategori senior, Kharisma Zaky yang juga suami dari kakak tertua Arum dan Arsa, menjadi juara pertama.

"Arum waktu itu hanya sampai juara dua, karena dia bersaing dengan kakaknya," kata Sunaryo sambil tersenyum.

Arum Nazlus Shobah, pemanah berkuda. (Dok pribadi Sunaryo Adhiatmoko)Arum Nazlus Shobah, pemanah berkuda. (Dok pribadi Sunaryo Adhiatmoko)

Pada Agustus 2021, ada lagi ajang 'International Horseback Archery Circular Track Championship 2021' di Ankara Turki. Arum yang masih berusia 13 tahun masuk dalam kategori perlombaan dewasa. Kakak Arum bernama Arsa berhalangan ikut kejuaraan panahan berkuda karena harus sekolah. Arum kemudian tampil lagi di Turki, yakni di

Sebagaimana diberitakan detikcom, 16 Agustus 2021, pertandingan diikuti oleh 37 peserta dari 10 klub panahan berkuda Turki, Denmark, dan Indonesia.

"Arum menjadi Juara Umum, padahal dia paling muda, paling bocah," kata Sunaryo.

Pada September 2021, Arum kembali menjadi juara umum International Horseback Archery Siege System di Istanbul Turki. Nama Arum masuk dalam media massa Turki. Ada koran Aksam yang pada 2 Oktober 2021 memuat berita berjudul 'Endonezyalı Arum atlı okçuluk şampiyonu oldu' atau 'Arum dari Indonesia Juara Panahan Berkuda'.

Sunaryo menjelaskan, olahraga ini membutuhkan keahlian yang prima, bukan sekadar bisa naik kuda tapi juga harus bisa memanah dengan tepat dalam banyak posisi. Menunggang kuda sambil memanah memang terlihat seperti film-film berlatar masa lalu.

"Ya, kolosal sekali," kata dia.


Arum dan kudanya

Arum Nazlus Shobah adalah gadis kelahiran 14 Mei 2008, lulusan SD Islam Terpadu As Salamah, Pamulang, 2020. Dua tahun belakangan ini, dia berkonsentrasi untuk latihan panahan berkuda. Dia akan melanjutkan sekolah kembali di pondok pesantren yang juga menyediakan aktivitas panahan berkuda, di Bogor.

"Sekarang fokus latihan berkuda dan hapalan Alquran," kata Arum.

Baru saja, Arum pulih dari COVID-19 dengan gejala ringan. Namun, aktivitasnya agak terganggu karena stable (kandang kuda) tempatnya berlatih di Bogor sedang di-lock down sementara dan baru Maret dibuka kembali. Dia sudah tak sabar bertemu kuda-kuda kesayangannya.

"Ada Ashariah, Wening, Dawuk, Santi, dan Boba," kata Arum menyebut nama-nama kudanya.

Arum Nazlus Shobah, pemanah berkuda. (Dok pribadi Sunaryo Adhiatmoko)Kuda-kuda Arum (Dok pribadi Sunaryo Adhiatmoko)

Ashariah, kuda betina berusia dua tahun, menjadi favorit Arum. "Mukanya lucu, cantik, warnanya cokelat ada warna putih di mukanya," ucapnya.

Namun Ashariah masih terlalu muda untuk ditunggangi. Ada Santi, kuda berusia 3,5 tahun yang lebih tinggi dan cepat berlari. Namun saat mengikuti kompetisi di Turki dan di manapun, Arum dan peserta lainnya tidak membawa kuda sendiri. Lomba panahan berkuda digelar dengan penentuan kuda lewat cara undian. Dalam dua hari, Arum harus cepat beradaptasi dengan kuda yang baru dikenalnya.

"Misal kalau kudanya bandel, kita harus cari cara. Nah di sini kita dilatih soal kepemimpinan dan keberanian, kita harus menjadi pemimpin atas kuda ini. Soalnya kalau saya takut, saya tidak bisa mengendalikan kuda," tutur Arum.

Arum Nazlus Shobah, pemanah berkuda. (Dok pribadi Sunaryo Adhiatmoko)Arum dan kudanya bernama Ashariah. (Dok pribadi Sunaryo Adhiatmoko)

Siapa sangka, Arum dulu adalah gadis kecil yang sempat takut dengan kuda. Setelah lulus SD, dia mulai main-main ke stable di kawasan Bintaro. "Pertama kalinya sih takut, kayak orang-orang lain. Takut karena kuda itu kan tinggi," kata dia.

Arum berhasil menaklukkan rasa takut itu. Akhirnya dia berolahraga panahan berkuda. Kemampuan memanah sudah dia pelajari lebih dulu sejak kelas 2 SD. Ayahnya, Sunaryo, yang juga Sekretaris Jenderal Perkumpulan Panahan Berkuda Indonesia (KPBI) mendukung aktivitas Arum dan saudara-saudaranya. Arum kemudian berlatih intensif di pusat pelatihan KPBI, Sumatera Barat.

"Di situ kurang lebih satu bulan, digeber pagi, siang, sore," kata Arum.

Dia menemukan keseruan dalam olahraga kebudayaan (ethnosport) ini. Kakak-kakaknya turut menginspirasi Arum untuk menjadi juara. Jatuh dari kuda pun tidak lantas menyurutkan aktivitasnya.

"Di Sumatera Barat, saya pernah dapat kuda yang tidak lari kencang, kudanya berontak, keluar lingkaran, dan saya jatuh dari kuda. Saya menindih kayu di bawahnya. Saya langsung diterapi dan langsung naik kuda lagi biar nggak trauma," kata Arum.

Arum Nazlus Shobah (Grandyos Zafna/detikcom)Arum Nazlus Shobah (Grandyos Zafna/detikcom)

Kuda dan busur-anak panah membawanya jaya sampai Turki, negara di persimpangan benua. Arum memang bercita-cita untuk berkeliling dunia.

"Cita-cita saya ingin menjadi diplomat. Saya ingin keliling dunia, menciptakan perdamaian dunia," tandas Arum.

Simak juga Video: 120 Mangkok Per Hari, Pria di Depok Sudah Bagikan 18 Ribu Bubur gratis

[Gambas:Video 20detik]




(dnu/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads