Riwayat Kampung Akuarium: Digusur Ahok-Kini Tanahnya Dibawa Anies ke IKN

Riwayat Kampung Akuarium: Digusur Ahok-Kini Tanahnya Dibawa Anies ke IKN

Tim detikcom - detikNews
Senin, 14 Mar 2022 14:39 WIB
Kebahagiaan Idul Adha juga dirasakan warga Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara. Di tengah kondisi nestapa karena rumahnya sudah rata dengan tanah, mereka tetap bisa merasakan nikmatnya daging kurban.
Foto ilustrasi suasana Kampung Akuarium sebelum usai pembongkaran dan sebelum pembangunan Kampung Susun. (Lamhot Aritonang/detikcom)
Jakarta -

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membawa tanah dari Kampung Akuarium ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Tanah ini memiliki riwayat penggusuran dan pembangunan.

Tanah dari Kampung Akuarium ini dibawa Anies ke IKN Nusantara di Kalimantan Timur, diterima oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), disatukan Jokowi bersama tanah dari provinsi lain di Indonesia. Anies menyampaikan pesan di balik pilihan tanah Kampung Akuarium yang dia bawa.

"Tanah dari Kampung Akuarium menghadirkan harapan bahwa pembangunan kota baru yang akan dijadikan ibu kota ini hendaknya tidak memarjinalkan rakyat kecil dan justru nyata-nyata akan memberikan kemajuan dan kebahagiaan bagi semua, khususnya rakyat kebanyakan," kata Anies melalui akun Facebooknya seperti dilihat, Minggu (13/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membawa tanah dari Kampung Akuarium, Jakarta Utara (Jakut), untuk IKN Nusantara. Anies meyakini tanah dari Kampung Akuarium menjadi harapan baru bagi kebahagiaan dan kemajuan bagi seluruh rakyat.Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membawa tanah dari Kampung Akuarium, Jakarta Utara (Jakut), untuk IKN Nusantara. Anies meyakini tanah dari Kampung Akuarium menjadi harapan baru bagi kebahagiaan dan kemajuan bagi seluruh rakyat. (Foto: Tangkapan layar)

Ngomong-ngomong soal 'memarjinalkan' dan 'tidak memarjinalkan', Kampung Akuarium lekat dengan dinamika kebijakan politik di Jakarta. Kampung Akuarium ini terletak di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, belakang bangunan Museum Bahari peninggalan kompeni VOC, tak jauh pula dari Pasar Ikan (Cagar Budaya).

Riwayat Kampung Akuarium

Era VOC: Benteng

ADVERTISEMENT

Dikutip dari catatan pemberitaan detikcom, arkeolog Universitas Indonesia (UI) Candrian Attahiyat menjelaskan soal adanya Benteng Dalam peninggalan VOC di Kampung Akuarium. Dahulu kala, benteng itu menjadi pondasi jembatan yang pernah menghubungkan 'pulau' Pasar Ikan dengan daratan depan gudang rempah yang saat ini menjadi Museum Bahari.

Keberadaan tembok ini diketahui saat berlangsungnya proses perataan penggusuran perkampungan tahun 2016. Keberadaan tembok ini juga pernah disinggung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang saat itu menjabat Gubernur DKI Jakarta, 12 Mei 2022.

"Waktu penggalian sudah ketemu, ada dinding yang menunjukkan pintunya bulan. Ternyata sudah tenggelam 2 meter di bawah muka laut. Ada fotonya zaman Belanda. Kita mau bikin kalau bisa rekonstruksi walau harus turun 2 meter," ujar Ahok saat itu.

Selanjutnya, jadi tempat akuarium:

Simak Video 'Bawa Tanah Kampung Akuarium ke IKN, Anies: Dulu Mereka Tersingkir':

[Gambas:Video 20detik]



Era Hindia-Belanda: Jadi laboratorium

Dikutip dari majalah Pemprov DKI Jakarta, Media Jaya, Kampung Akuarium dulu sempat berwujud tanah lapang dekat Pasar Ikan. Kemudian pada 10 Januari 1898, era Pemerintahan Hindia-Belanda, berdiri laboratorium zoologi pertanian khusus penelitian laut atau biota laut.

Pembangunan laboratorium dimulai pada September 1904 dan selesai Desember 1905. Jadilah Laboratorium Zoologi Pertanian atau 'Visscherij Laboratorium te Batavia', dikenal pulau sebagai 'Visscherij Station te Batavia' atau Stasiun PErikanan Batavia, sifatnya masih bangunan semi permanen. Barulah tahun 1922, bangunan permanen didirikan.

Era Hindia Belanda: Ada akuariumnya

Nama 'Kampung Akuarium' punya asal mula dari kondisi sejak 1923, era Kolonial Hindia-Belanda. Pada 12 Desember tahun itu, akuarium air laut besar yang dibangun di sini dibuka untuk masyarakat umum. Ada banyak hewan dan tumbuhan laut di dalamnya. Kawasan ini menjadi destinasi wisata. Konon, akuarium itu adalah yang terbesar di Asia Tenggara saat itu. Akuarium ini bertahan sampai Indonesia merdeka, bahkan sampai Era Orde Baru.

Era Orba '70-an: Ditempati warga

Tahun 1972, akuarium raksasa dipindahkan ke Ancol oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Warga di sekitar Pasar Ikan mulai masuk ke dalam lahan yang ditinggalkan akuarium raksasa.

Tahun 1977, era Orde Baru, akuarium ditutup bersama Pasar Ikan untuk kepentingan pengembangan kawasan Museum Bahari. Setelah lahan tidak lagi dipakai sebagai akuarium, warga kemudian memanfaatkan lahan yang ditinggalkan itu sebagai tempat tinggal. Ahok saat pernah menjadi gubernur menyimpulkan bahwa proses pemukiman di situ didapat lewat proses penjarahan.

"Ketika kita tinggiin akuarium, dijarah bangunan mereka. Pasar dijarah juga, dibongkar, dan jadi rumah," kata Ahok, 11 April 2016.

Selanjutnya, digusur Ahok hingga dibangun Anies:

2012: Kontrak politik Jokowi

Meski tidak secara khusus menyebut 'Kampung Akuarium', namun kontrak politik ini seolah memberi janji penjagaan eksistensi permukiman di lahan-lahan dengan kondisi seperti di Kampung Akuarium. Kontrak politik yang dimaksud adalah yang memuat nama Jokowi selaku calon gubernur Jakarta pada 15 September 2012, di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara. Judul kontrak politik adalah 'Jakarta Baru: Pro-Rakyat Miskin, Berbasis Pelayanan dan Partisipasi Warga'.

Tertera dalam kontrak politik, "Pemenuhan dan perlindungan hak-hak warga kota, meliputi legalisasi kampung ilegal, permukiman kumuh tidak digusur tapi ditata, dan perlindungan penataan ekonomi informal." Soal ini, Gubernur DKI terdahulu, Ahok, mengakui namun dia belum tahu status hukum lahan-lahan semacam itu.

"Saya juga ada (waktu ada kontrak politik). Saya juga ke sana. Itu namanya (di) Tembok Bolong, ada di Waduk Pluit, di Muara Baru," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, 14 April 2016 silam.

Namun secara umum, dia tidak merasa mengingkari janji. Soalnya, Ahok memahami bahwa bangunan di atas Kampung Akuarium, di Tembok Bolok Waduk Pluit, dan di lahan-lahan permukiman lainnya adalah ilegal.

2016: Digusur Ahok

Ahok menjadi Gubernur meneruskan estafet Jokowi yang menjadi Presiden tahun 2014. Pada 11 April 2016, Pemprov DKI yang dipimpin Ahok mengeksekusi pembongkaran Kampung Akuarium. Warga tergusur kemudian tinggal di tenda-tenda darurat. Oktober 2016, warga Kampung Akuarium dibantu LBH Jakarta dan LSM melayangkan gugatan class action ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) mencoba senjata andalan satpol pp berupa tameng saat menghampiri puluhan satpol PP yang sedang berjaga di kantor balaikota, Jakarta (10/8/2014). Pengecekan tersebut sebagai upaya mengecek kelengakapan dan kesiapan personil Satpol PP yang bejaga di balaikota dki jakarta.Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mencoba senjata andalan Satpol PP berupa tameng saat menghampiri puluhan Satpol PP yang sedang berjaga di kantor Balai Kota, Jakarta (10/8/2014). Pengecekan tersebut sebagai upaya mengecek kelengkapan dan kesiapan personil Satpol PP yang berjaga di Balai Kota DKI Jakarta. (Hasan Alhabshy/detikcom)

2018: Dibikinkan shelter

Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI Jakarta mulai 2017. Pada 2018, DKI membuatkan tempat penampungan untuk warga Kampung Akuarium yang tergusur. Setahun kemudian, warga diajak membahas desain rumah susun.

2020: Anies bangun Kampung Susun Akuarium

Pada 17 Agustus 2020, warga Kampung Akuarium mendapat angin segar. Anies meresmikan peletakan batu pertama pertanda pembangunan kembali Kampung Susun Akuarium dimulai.

17 Agustus 2021, Anies meresmikan pembangunan tahap pertama Kampung Susun Akuarium. Ratusan unit hunian sudah siap dihuni pada saat itu.

Sejumlah warga beraktivitas di kawasan Tower B dan D Kampung Susun Akuarium, Jakarta Utara, Rabu (27/10).Sejumlah warga beraktivitas di kawasan Tower B dan D Kampung Susun Akuarium, Jakarta Utara, Rabu (27/10). (Pradita Utama/detikcom)
Halaman 2 dari 3
(dnu/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads