Sebelum masuk lingkaran Istana dan kini menjadi Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo pernah terjun ke politik pada 2013, Daerah Pemilihan Jawa Tengah V. Ketika Puan Maharani ditunjuk Presiden Jokowi menjadi Menko PMK, dia sempat diminta menggantikannya di Komisi VII DPR RI yang membidangi masalah energi dan sumber daya alam. Apa yang mendorong Doktor Ekonomi Sumberdaya Alam itu terjun ke politik?
"Saya punya ide-ide berbasis idealism bagaimana mengurangi emisi, membangun sistem kelistrikan yang sangat ideal ke depan. Nah, apakah pandangan itu dapat masuk dalam kebijakan yang benar, satu kebijakan yang visioner," kata Darmawan yang akrab disapa 'Mas Darmo' dalam program Blak-blakan detikcom.
Namun setelah berdiskusi dengan banyak pihak, akhirnya dia memutuskan tidak melanjutkan kiprahnya di politik. Lelaki kelahiran Magelang, 19 Oktober 1970, itu didapuk menjadi deputi di Kantor Staf Presiden (KSP) di bawah Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan. "Saya bertugas selama lima tahun, 2014-2019. Jadi cita-cita politik saya kandas," ujar Darmawan Prasodjo.
Toh begitu, perjalanan hidup dan karirnya kemudian malah menuntutnya berkiprah langsung di perusahaan yang mengelola energy berbasis batu bara terbesar di dunia. Sejak akhir Desember 2019, dia ditugaskan menjadi Wakil Direktur Utama (Dirut) PLN, dan sejak 6 Desember lalu menjadi Dirut PLN menggantikan Zulkifli Zaini.
"Kalau melihat ke belakang, saya juga terkejut. Disertasi doktor saya adalah bagaimana memerangi perubahan iklim, tapi sekarang saya memimpin perusahaan berbasis batu bara terbesar di dunia," kata Darmawan Prasodjo.
Ia pun memaparkan peta jalan PLN menuju transisi energi dari batu bara ke sumber-sumber energi baru terbarukan (EBT). Ia optimistis, dalam lima tahun ke depan, EBT akan menjadi pilihan murah sekaligus ramah lingkungan.
(deg/jat)