Sekjen MPR Dorong Srikandi Pemuda Pancasila Punya Daya Saing

Inkana Izatifiqa R Putri - detikNews
Senin, 13 Des 2021 16:53 WIB
Foto: Dok. MPR
Jakarta -

Sekretaris Jenderal MPR Ma'ruf Cahyono mengajak para Srikandi Pemuda Pancasila untuk memiliki daya saing di era saat ini. Ia mengatakan era 4.0 dan 5.0 merupakan era dengan beberapa perubahan fundamental dan mendasar. Bahkan, era 5.0 menjadi era teknologi lama 'serba fisik' diganti dengan teknologi digital.

"Digitalisasi mengubah hampir semua tatanan kehidupan. Fenomena menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata ke dunia maya," kata Ma'ruf dalam keterangannya, Senin (13/12/2021).

"Konsep society 5.0 memungkinkan kita menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern seperti AI, robot, untuk kebutuhan manusia dengan tujuan agar manusia dapat hidup dengan nyaman," imbuhnya saat menghadiri Musyawarah Nasional II Srikandi Pemuda Pancasila di Hotel Bumiwiyata, Depok, Sabtu (11/12).

Melihat kondisi saat ini, Ketua Keluarga Alumni Fakultas Hukum (KAFH) Unsoed ini mengungkapkan berbagai keterampilan baru semakin diperlukan. Oleh karena itu, mantan Plt Sekretaris Jenderal DPD (2017 -2018) mendorong Srikandi Pemuda Pancasila untuk memiliki daya saing. Beberapa di antaranya dengan memiliki prasyarat meliputi, creativity (kreativitas), critical thinking (berpikir kritis), communication (komunikasi), dan collaboration (kolaborasi).

"Kemampuan memecahkan masalah, kognitif, dan sosial menjadi semakin penting, kebutuhan keterampilan fisik akan semakin berkurang," jelasnya.

"Kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara yang baru dan tidak lazim yaitu dengan kemampuan untuk menemukan cara pemecahan yang unik dalam menghadapi masalah," lanjutnya.

Berpikir kritis, kata Ma'ruf merupakan proses berpikir mendalam dan mencakup kemampuan untuk evaluasi diri. Sementara prasyarat komunikasi adalah kemampuan menyampaikan makna dari satu entitas atau kelompok ke kelompok lainnya melalui penggunaan tanda, simbol, dan aturan semiotika yang dipahami.

"Kolaborasi artinya proses partisipasi beberapa orang, kelompok, dan organisasi yang bekerja sama untuk mencapai hasil yang diinginkan," katanya.

Untuk memiliki daya saing, Ma'ruf menambahkan diperlukan juga kemampuan literasi, seperti numerasi, sains, informasi, finansial, budaya, dan kewarganegaraan. Selain itu, Srikandi Pemuda Pancasila juga perlu memiliki karakter bangsa layaknya yang terkandung dalam Pancasila.

"Dan yang terpenting memiliki perilaku (karakter) yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila," paparnya.

Terkait karakter bangsa, Ma'ruf menilai proses pembentukan karakter bangsa memerlukan revaluasi. Sebab, menurutnya, beberapa persoalan yang kini dihadapi berawal dari ketidaktepatan dalam penerapan konsep awal kebangsaan.

"Ketidaktepatan inilah yang dapat menjerumuskan Indonesia seperti yang ditakutkan Soekarno, 'menjadi bangsa kuli dan kuli di antara bangsa-bangsa'. Bahkan kekhawatiran Soekarno, menjadi bangsa pengemis dan pengemis di antara bangsa-bangsa," kata Ma'ruf

Dalam acara bertema 'Mewujudkan Srikandi Pemuda Pancasila yang Berkarakter dan Berdaya Saing', Ma'ruf ini, Ma'ruf pun mengungkapkan beberapa hal yang termasuk dalam pembangunan karakter. Pertama, kemandirian atau menurut istilah Presiden Soekarno adalah berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). Kedua, martabat nasional.

"Masyarakat demokratis yang ingin dicapai adalah sebagai pengganti dari masyarakat warisan yang feodalistik," ungkap alumni Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) ini.

"Indonesia tidak perlu mengorbankan martabat atau kedaulatannya sebagai bangsa yang merdeka untuk mendapatkan prestise, pengakuan dan wibawa di dunia internasional," imbuhnya

Ketiga, persatuan nasional. Dalam konteks saat ini, Ma'ruf menyebut hal ini dapat diwujudkan dengan kebutuhan untuk melakukan rekonsiliasi nasional antar berbagai kelompok yang pernah bertikai ataupun kelompok mengalami diskriminasi. Dan keempat, yakni martabat nasional.

"Pada konteks ke-Indonesiaan, rasa kebersamaan (kebangsaan-nasionalisme) menyiratkan sebagai keberhasilan yang tertopang oleh landasan idiil, yaitu Pancasila," sambungnya.

Dalam membangun karakter bangsa, Ma'ruf menyebut nasionalisme juga menjadi hal yang perlu dimiliki untuk menciptakan persatuan bangsa.

"Rasa kebangsaan tersebut melahirkan persatuan antar masyarakat suatu bangsa tanpa melihat perbedaan latar belakang seperti agama, suku, ras, golongan, bahasa dan lain-lain yang ingin hidup merdeka dan bebas dari penindasan dan penjajahan," ujarnya.

Terkait paham nasionalisme, Ma'ruf menegaskan masyarakat dapat menerapkan teori nasionalisme dari Soekarno, yang mengacu pada kemanusiaan.

"Nasionalisme kita haruslah nasionalisme yang tidak mencari gebyarnya atau kilaunya negeri keluar saja, tetapi haruslah mencari selamatnya manusia. Nasionalisme kita haruslah lahir dari pada kemanusiaan," ungkapannya.

Menurutnya, dengan rasa nasionalisme bangsa Indonesia dapat menghadapi berbagai tantangan, dan ancaman ideologi. Selain itu, nasionalisme juga dapat melindungi bangsa dari tantangan politik, seperti KKN, konflik internal partai politik, persoalan fungsi pendidikan politik, hingga pemilu.

"Ancaman ideologi itu berupa komunis, radikal kanan, dan ideologi lainnya," pungkasnya.




(akn/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork