Sekretaris Jenderal MPR Ma'ruf Cahyono mendorong agar wisudawan Unsoed dapat menjadi orang yang lebih nyaman dengan perubahan. Ia juga mendorong calon wisudawan terbiasa memikirkan sesuatu yang belum pernah dipikirkan, kreatif dan inovatif.
"Lebih menyukai apa yang belum pernah diketahui dari pada yang sudah diketahui, lebih senang menyelesaikan hal-hal yang lebih sulit dari pada yang lebih mudah," tutur Ma'ruf dalam keterangannya, Kamis (9/12/2021).
Hal ini dikatakan Ma'ruf saat menjadi salah satu pembicara dalam pembekalan bagi calon wisudawan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Jawa Tengah, Periode Desember 2021. Pembekalan melalui zoom yang digelar oleh 'Soedirman Career Center', 9 Desember 2021, 09.00 - 12.00 WIB, itu bertema 'Strategi Menjadi Lulusan yang Agile dan Berdaya Saing Menuju Era Society 5.0'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pemaparan, pria yang pernah menjadi Plt Sekretaris Jenderal DPD pada tahun 2017 -2018 itu mengatakan, jika manusia melakukan perubahan, berarti dirinya menjadikan keadaan lain dari pada semula, keadaan atau hal harus menjadi lebih baik.
"Perubahan harus menjadikan keadaan atau hal lebih baik," ujarnya.
Ia pun mendorong agar mahasiswa menjadi agen perubahan yang mampu dan sanggup mentransformasi sumber daya yang ada di sekitarnya. Hal tersebut perlu dilakukan untuk memperoleh nilai tambah yang menguntungkan, baik secara ekonomi maupun agroekonomi, pribadi maupun sosial.
Ma'ruf juga berbicara soal Society 5.0 yang digagas oleh Jepang. Dikatakan konsep ini memungkinkan kita menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern seperti AI, Robot, Iot, untuk kebutuhan manusia dengan tujuan agar manusia dapat hidup dengan nyaman.
Ma'ruf membandingkan jika revolusi 4.0 menggunakan AI, dan kecerdasan buatan sebagai komponen utamanya, maka Society 5.0 menggunakan teknologi modern hanya saja mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya.
Lebih lanjut ia mengatakan dalam Society 5.0 komponen utamanya adalah manusia yang mampu menciptakan nilai baru melalui perkembangan teknologi dapat meminimalisir adanya kesenjangan pada manusia dan masalah ekonomi di kemudian hari.
Kepada wisudawan, pria yang menjadi dosen di Magister Hukum Unsoed, Universitas Pancasila, dan STIH IBLAM Jakarta ini juga mengingatkan agar mereka memiliki kemampuan 6 Literasi Dasar, yakni numerasi, sains, informasi, finansial, budaya, dan kewarganegaraan.
"Serta mampu berpikir kritis, bernalar, kreatif, berkomunikasi, kolaborasi serta memiliki kemampuan problem solving dan yang terpenting memiliki perilaku, karakter, yang mencerminkan nilai Pancasila, kepedulian sosial dan budaya," katanya.
Ia juga merasa bangga ketika dirinya didaulat menjadi salah satu pembicara dalam pembekalan bagi calon wisudawan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Jawa Tengah, Periode Desember 2021.
"Saya merasa tersanjung dan bangga menjadi narasumber dalam zoom ini. Kebanggaan tersendiri karena saya juga alumni Unsoed," tambah alumni Fakultas Hukum Unsoed itu.
Menurut pria kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, itu kampus Unsoed merupakan bagian perjalanan dari hidupnya. Dikatakan banyak kenangan suka dan duka selama dirinya menimba ilmu di kampus yang berada di Purwokerto itu.
"Semuanya membuat saya menjadi seperti saat ini. Sebagai bukti saya tetap bagian dari kampus ini maka saya selalu hadir dalam setiap kegiatan," ujarnya.
Pria yang juga menjadi Pengurus Pusat Keluarga Alumni Unsoed itu menyatakan kecintaannya kepada Unsoed tak lekang oleh waktu. Untuk itu dirinya menyatakan bangga ketika dijadikan narasumber dalam suatu zoom apalagi audiens dari acara itu adalah civitas akademika terutama yang hendak meninggalkan kampus.
"Wisudawan Unsoed sebentar lagi akan meninggalkan kampus tapi saya ingatkan jangan sampai lupa pada asal usulmu," tuturnya.
(prf/ega)