Gunung Semeru di Jawa Timur meletus tanpa didahului kenaikan tren aktivitas vulkanik. Penyebab erupsi Semeru hari ini diduga curah hujan yang tinggi.
"Kalau kita amati tadi, terkait kegempaan relatif rendah," kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eko Budi Lelono, dalam konferensi pers via kanal YouTube BNPB, Sabtu (4/12/2021).
Pemantau aktivitas Gunung Semeru mengamati aktivitas vulkanik dari 1 November sampai 3 Desember. Rekaman aktivitas kegunungapian tidak terlalu banyak, tidak ada pula suplai magma. Artinya, tidak ada pula penambahan material dari gunung yang bisa memicu erupsi.
"Kejadian kemarin ini kelihatannya memang ada juga faktor dari luar ini, terkait ketidakstabilan endapan atau lidah lava, ini mungkin disebabkan curah hujan yang tinggi sehingga memicu lava yang tadi ada di sana menyebabkan erupsi atau guguran daripada awan panas," kata Eko Budi Lelono, menyebut soal hujan sebagai pemicu erupsi.
Selain itu, gempa vulkanik tidak meningkat akhir-akhir ini. Dia menyebut rekaman gempa tremor juga sangat rendah.
"Kalau dari sisi kegempaannya, ini relatively rendah. Ini tidak berasosiasi dengan peningkatan adanya suplai magma atau batuan ke permukaan," kata Eko.
Erupsi ini terjadi lewat rangkaian peristiwa yang teramati, yakni guguran awan panas tercatat mulai pukul 14.47 WIB. Selanjutnya pukul 15.10 WIB, PPGA Pos Gunung Sawur melaporkan visual abu vulkanik dari guguran awan panas yang mengarah ke Besuk Kobokan.
(dnu/idh)