Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia (Menwa) buka suara atas insiden meninggalnya mahasiswa UNP Veteran Jakarta, Fauziyah Nabila atau Lala saat pembaretan. Komandan Komando Nasional (Dankonas) Menwa Indonesia Ahmad Riza Patria menuturkan, kegiatan pembaretan sudah mengantongi izin orang tua dan pihak kampus.
"Yang pertama tentu kita berdukacita atas meninggalnya mahasiswa UPN yang mengikuti pembaretan Menwa di Sentul. Itu kejadian sudah 25 September lalu. Kami minta semua kegiatan-kegiatan kemahasiswaan agar mengikuti proses, harus izin orang tua, harus sepengetahuan kampus dan kegiatan ini memang sudah izin orang tua dan sepengetahuan kampus," kata Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (30/11/2021).
Wakil Gubernur DKI Jakarta itu juga memastikan pihaknya tidak menemukan tindakan kekerasan yang dialami oleh Lala sebelum tewas. Riza juga menyampaikan Lala meninggal dunia karena sakit yang diderita saat berkegiatan.
"Yang bersangkutan sudah dicek ternyata tidak ada unsur kekerasan atau pemukulan, jadi murni karena memang sakit kebetulan pada kegiatan tersebut," ujarnya.
Atas insiden ini, Riza mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Mahasiswi Jurusan Fisioterapi UPNVJ itu. Sebagai perwakilan Menwa Indonesia, Riza mempersilahkan pihak kampus mengusut tuntas peristiwa tersebut.
"Jadi mudah-mudahan yang bersangkutan husnul khotimah, keluarga juga sudah ikhlas dan merelakan dan sepenuhnya kita serahkan kepada kampus untuk menindaklanjuti apakah ada unsur-unsur lain di situ. Tapi setelah dicek tidak ada unsur kekerasan," ujarnya.
Di sisi lain, Riza tak menampik jika muncul desakan agar Menwa dibubarkan atas insiden ini. Kendati demikian, Riza menegaskan seluruh kegiatan Menwa bertujuan untuk mendidik mahasiswa dan menghindari segala bentuk kekerasan.
"Sejak dulu ada saja kelompok-kelompok, kegiatan-kegiatan sekolah, Pendidikan, sejak lama ada yang seperti itu tapi sejauh itu semakin ke sini semakin berkurang," jelasnya.
"Kita minta semua bentuk proses pendidikan dan latihan lebih mengedepankan kegiatan-kegiatan yang persuasif, kegiatan-kegiatan yang lebih baik, tidak boleh ada unsur unsur kekerasan atau menonjolkan kegiatan fisik. Fisik dibutuhkan tetapi tidak boleh dominan," sambungnya.
Sebagaimana diketahui, Lala disebut kelelahan saat mengikuti long march sejauh 10-15 kilometer. Kala itu, Lala berada di baris paling belakang.
(taa/lir)